Berita

Ema: Soal Sampah, Pola Pikir Warga Bandung Harus Diubah

×

Ema: Soal Sampah, Pola Pikir Warga Bandung Harus Diubah

Sebarkan artikel ini
Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna. Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, BANDUNG – Pengelolaan sampah di Kota Bandung, salah satunya harus diawali dengan mengubah pola pikir warganya. Sampah harus bisa dikelola sejak dari sumbernya, agar memiliki nilai ekonomi.

“Sampahnya kita masih dengan pola konvensional, yaitu dengan pola angkut, kumpul, simpan – angkut. Kita ingin mencoba, bagaimana membangun peradaban baru, dengan mengubah mindset kita dengan hal-hal yang sifatnya logis,” kata Plh Wali Kota Bandung, Ema Sumarna kepada wartawan, di Bandung, Senin (5/6/2023).

Ema meyakini, pengelolaan sampah dengan pola kurangi, pisahkan, dan manfaatkan (Kang Pisman) bisa dilakukan dengan masif. Salah satu cara yang dinilainya lebih tepat yaitu, dengan menyebarkan kisah sukses sebuah wilayah.

Ia mencontohkan, di RW 12 Kelurahan Maleer, Kecamatan Batununggal, ada penggagas juga motivator. Di wilayah itu, warga sudah berkomitmen dan menyelesaikan sampah selesai di TPS.

“Warga masyarakat di sana sudah mengetahui kapan sampah ditahan di rumah, dipilah, dan diangkut oleh pengelola sampah, di lingkungan RW. Kemudian diolah di TPS,” ungkapnya.

5227
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

“Di TPS sampah dikelola dengan pola maggot, recycle dan lain sebagainya. Ternyata bernilai ekonomi,” imbuh Ema.

Oleh karenanya, Ema mengajak setiap RW, untuk menduplikasi pengalaman sukses yang sudah dilakukan di beberapa wilayah.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudi Prayudi mengungkapkan, program Kang Pisman telah berjalan sejak tahun 2018.

“Untuk beberapa RW itu sudah menjalankan yang disebut, dengan kawasan bebas sampah atau KBS. Saat terjadi penumpukan sampah di TPS, RW yang melaksanakan KBS tidak terdampak, karena sampahnya sudah selesai di sumbernya,” ujar Dudi.

Oleh karenanya, Dudi mengajak RW, untuk menerapkan kawasan bebas sampah atau program Kang Pisman.

“Persentase untuk kawasan bebas sampah ini baru sekitar 10 persen saja dari 1.594 RW di Kota Bandung. Untuk itu kita berharap, RW yang menerapkan Kang Pisman bertambah. Sehingga semakin banyak lagi sampah sampah yang diselesaikan di level RW,” bebernya.