BeritaKriminalitas

Oknum Guru di Raja Ampat Aniaya Murid Kelas 2 SD, AFU: Harus Ditindak Tegas

×

Oknum Guru di Raja Ampat Aniaya Murid Kelas 2 SD, AFU: Harus Ditindak Tegas

Sebarkan artikel ini
Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati (AFU). (Foto:Mega/TN) .

TEROPONGNEWS.COM,RAJA AMPAT – Oknum guru di Raja Ampat berinisial LWD tega menganiaya seorang pelajar SD YPK Marthen Luter Yenbesser Distrik Waigeo Selatan berinisial SS (7).

Akibatnya, SS yang masih duduk di bangku kelas 2 itu mengalami sejumlah luka serius hingga harus dirawat di RSUD Raja Ampat.

Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati (AFU) yang ditemui di Kota Sorong, Kamis (24/8/2023) mengatakan bahwa ia belum mendapatkan laporan dari dinas pendidikan terkait kejadian tersebut.

“Tentu kita akan tindak tegas. Memang ada dinamika dalam belajar mengajar, tapi yang namanya guru kan harus mengayomi. Namun saya juga belum dapat laporan jelas dari kepala dinas pendidikan dan kebudayaan, ” ujar AFU.

Kendati demikian, AFU belum dapat menjustifikasi persoalan itu lantaran belum mendapatkan penjelasan dari ke dua belah pihak, baik orang tua korban mau pun oknum guru tersebut.

“Kalau terbukti melanggar aturan, sebagai warga masyarakat tidak ada yang kebal hukum. Kalau melakukan pelanggaran harus ditindak tegas, ” ucap AFU.

Sementara itu menurut ibu kandung korban, Flora Sapulete yang kesehariannya bekerja sebagai clearning service RSUD Raja Ampat, menceritakan bahwa kejadian naas yang menimpa anaknya terjadi pada Rabu (23/8/2023) sekitar pukul 15.00 WIT.

Saat itu anaknya sementara bersekolah di kampung Yenbeser dan tinggal dengan adik perempuannya, dikarenakan dirinya sementara bekerja di kota Waisai.

“Saya tinggal di Kota Waisai, karena bekerja disini, sedangkan anak saya ini tinggal dengan adik bungsu saya di kampung (Desa Yenbeser) untuk sekolah,” ungkap Flora Sapulete Rabu (23/8/2023) malam.

Lanjut Flora mengemukakan, dari keterangan anaknya dan beberapa saksi dimana kejadian tersebut berawal saat korban bersama seorang rekannya baru saja selesai mengikuti pemakaman nenek mereka.

Usai dari pemakaman tersebut, korban pun pulang ke rumah. Di perjalanan, korban bertemu dengan seorang tema nya yang sedang membawa sebotol bensin.

“Kemudian anak saya ini ikut temannya yang sedang membawa botol bensin dan mereka berjalan menuju ke lapagan bola,” ungkap Flora menceritakan kronologis awal kejadian.

Sesampainya di lapangan bola tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari oknum guru berinisial LWD yang meminta kepada sejumlah murid lainnya agar menahan kedua anak itu dan dibawa ke oknum guru tersebut.

“Tiba- tiba teriak suara dari pak guru Luky dengan keras, tahan mereka berdua dan bawa kepada saya. Anak saya pun ditahan sama teman-temannya yang lebih besar dari anak saya. Anak Saya di situ tidak bisa melarikan diri. Sedangkan satu temannya sudah berhasil melarikan diri,” bebernya.

Anaknya pun dihampiri oleh oknum guru tersebut di pojok lapangan sepak bola. Saat itu anaknya tidak mengetahui pasti ada permasalahan apa hingga dia di panggil oleh oknum guru tersebut.

“Tanpa basa-basi, anak saya langsung dianiaya habis-habisan oleh pak guru itu sampai tidak berdaya. Kaki anak saya dua-duanya itu dijepit. Lalu mata anak saya itu di tendang menggunakan lutut oknum guru tersebut, hingga mata anak saya itu mengalami bengkak serius,” ujar Flora.

Aksi brutal oknum guru tersebut terhenti setelah bibi korban yang kebetulan melintas di lokasi kejadian melihat adanya tindakan penganiayaan sadis itu hingga korban tak berdaya.

Spontan bibi korban langsung protes keras dan membawa korban ke rumahnya untuk mendapatkan pertolongan pertama.

“Adik saya atau bibi dari anak saya kebetulan lewat di lokasi kejadian lalu melihat anak saya ini dianiaya hingga tak berdaya. Bibinya ini langsung protes keras dan langsung membawa anak saya ke rumah untuk melakukan pertolongan pertama kepada anak saya,” ujarnya.

Menurut Flora, kejadian tersebut baru diketahuinya setelah pihak keluarga mengirimkan beberapa foto kondisi anaknya yang mengalami sejumlah luka serius pada tubuhnya.

“Saya langsung kaget setelah melihat foto-foto anak saya yang sudah babak belur, lalu saya minta bantuan keluarga saya di kampung untuk membawa anak saya ke Waisai untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut,” katanya.

Setelah korban tiba di Waisai, Ibu Kota Kabupaten Raja Ampat, Flora langsung membawa anaknya ke kantor Polisi terlebih dahulu untuk membuat laporan.

“Sudah kami bawa ke Polres, lalu ada pemeriksaan singkat, dimintai keterangan, kemudian dilakukan visum.ke rumah sakit,” ujarnya.

Saat ini menurut Flora, anaknya telah dirawat di RSUD Waisai untuk tindakan awal. Dimana sejumlah tubuh anaknya mengalami luka memar dan bengkak.

“Anak saya mengalami luka dan memar serius pada tubuhnya. Ada di bagian mata , tubuh bagian belakang, sama bagian rusuk. Rencananya besok dokter baru akan melakukan sitiscan terhadap anak saya,”pungkasnya.

358_PENGUMUMAN-HASIL-PENELITIAN-ADMINISTRASI_PPD