Berita

NU-Muhammadiyah Bisa Beda Hari, Mahfud Imbau Pemda Izinkan Fasilitas Publik Dipakai Salat Id

×

NU-Muhammadiyah Bisa Beda Hari, Mahfud Imbau Pemda Izinkan Fasilitas Publik Dipakai Salat Id

Sebarkan artikel ini
Menko Polhukam Mahfud MD. (foto: Instagram/mohmahfudmd).

TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengimbau ke pemerintah daerah (pemda), jangan sampai mempersulit penggunaan fasilitas publik untuk umat Islam melaksanakan Salat Idul Fitri 1444 Hijriah tahun 2023 ini.

Memang, ada perbedaan waktu Salat Id diantara organisasi masyarakat (ormas) atau kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Perbedaan ini perlu disikapi spesial.

Menurut Mahfud, kerukunan antarumat beragama di Indonesia perlu dijaga meski di sisi bersamaan ada sekelompok masyarakat hingga ormas melangsungkan salat Idul Fitri berbeda hari, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

Diprediksi, dua ormas keagamaan terbesar itu akan berlebaran berbeda hari, seperti tahun 2022 kemarin.

“Pemerintah mengimbau, fasilitas publik seperti lapangan yang dikelola Pemda agar dibuka dan diizinkan untuk tempat salat Idul Fitri jika ada ormas atau kelompok masyarakat yang ingin menggunakannya,” kata Mahfud MD dikutip dari akun Twitter pribadinya, Rabu (19/4/2023).

5426
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Dia meminta pemda mengakomodasi hal tersebut meski ada perbedaan waktu hari raya, demi kerukunan antarumat beragama.

“Kita harus membangun kerukunan meski berbeda waktu hari raya,” ujar Mahfud menegaskan.

Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) itu lantas mengutip hadits Nabi Muhammad SAW soal perbedaan waktu hari raya, “Berpuasalah kamu jika melihat hilal (bulan) dan berhari rayalah jika melihat hilal (Shuumuu biru’yatihi wa afthiruu birukyatihi).”

Tentu masing-masing ormas memiliki metode dalam melihat datangnya bulan 1 Syawal. Hal itu diharapkan tidak berpolemik di masyarakat.

“Maksudnya, setelah melihat hilal tanggal 1 bulan hijriyah. Melihat hilal bisa dengan rukyat, bisa dengan hisab,” kata Mahfud, menjelaskan makna hadits tersebut.

Ia berpendapat, rukyat yang dipakai NU adalah dengan cara melihat menggunakan mata atau teropong seperti praktik zaman Nabi, apakah sudah masuk bulan Syawal atau belum. Sementara hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah melihat datangnya bulan Syawal menggunakan perhitungan ilmu astronomi.

“Rukyat tentu didahului dengan hisab juga untuk kemudian dicek secara fisik. NU dan Muhammadiyah sama-sama berhari raya pada tanggal 1 Syawal. Bedanya hanya dalam melihat derajat ketinggian hilal,” jelas Mahfud MD.