BeritaEkonomi

Sampai 30 April, Realisasi Pendapatan APBN di Pabar dan PBD sebesar Rp766,97 M

×

Sampai 30 April, Realisasi Pendapatan APBN di Pabar dan PBD sebesar Rp766,97 M

Sebarkan artikel ini
Dokumentasi Presscon ALCo Realisasi s.d. 30 April Tahun 2024 Regional Papua Barat dari GKN Manokwari
Dokumentasi Presscon ALCo Realisasi s.d. 30 April Tahun 2024 Regional Papua Barat dari GKN Manokwari

TEROPONGNEWS.COM, SORONG – Bertepatan dengan momentum Hari Pancasila, Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jendral Perbendaharaan (DJPb) Papua Barat dari Gedung Keuangan Negara (GKN) Manokwari
Komplek Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat yang berada di Jl. Brigjen Marinir (Purn) Abraham O. Atururi, Kelurahan Anday, Kabupaten Manokwari mengeluarkan siaran pers dengan tajuk , Kitorang Pu APBN sampai 30 April 2024.

Kepala Kanwil DJPb Papua Barat, Purwadhi Adhiputranto dalam siaran pers yang diterima redaksi Teropong News tersebut memaparkan bahwa kondisi ketidakpastian geopolitik di berbagai belahan dunia yang terus membayangi sepanjang tahun 2023 perlu terus diwaspadai.

Risiko tersebut ditambah dengan pelemahan ekonomi Tiongkok dan shock akibat perubahan iklim diperkirakan akan membuat perekonomian global stagnan, moderasi inflasi dan harga komoditas masih terus berlanjut.

Meski dalam kondisi demikian kinerja APBN di awal 2024 mampu melanjutkan kinerja baik APBN 2023 dengan momentum pertumbuhan ekonomi yang stabil.

Kinerja baik APBN itu, kata Purwadhi, tercermin dari dampak pelemahan perekonomian global dan volatilitas pasar keuangan global yang terus diantisipasi.

Dimana pertumbuhan ekonomi tahun 2023 yang tumbuh relative kuat di angka 5,05 persen, neraca perdagangan sampai Maret 2024 melanjutkan tren surplus, inflasi yang relative terjaga dan indikator-indikator produksi yang masih cukup kuat menunjukkan perkembangan ekonomi nasional masih tetap kuat dan stabilitas ekonomi terjaga.

Dengan kata lain, Indonesia mampu melanjutkan tren positif yang telah dicapai sepanjang tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,05 persen (yoy).

Memasuki awal 2024 realisasi Pendapatan Negara dan Hibah hingga 30 April 2024 tercatat Rp924,9 triliun atau telah mencapai 33,0 persen dari target APBN 2024 sementara realisasi Belanja Negara Rp849,2 triliun atau 25,5 persen.

Sejalan dengan kondisi perekonomian nasional yang masih tumbuh kuat, pada tataran Regional Papua Barat (Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya) menunjukkan hal yang serupa yang ditunjukkan oleh beberapa indikator berikut: PDRB tahun 2024 tumbuh sebesar 2,27 persen (yoy); inflasi Papua Barat pada bulan April 2024 mencapai 3,59 persen (yoy) dan Papua Barat Daya mencapai 2,45 persen (yoy).

Pada April 2024 tingkat inflasi Provinsi Papua Barat (Pabar) sebesar 0,17 persen (mtm) atau 3,59 persen (yoy) dan Provinsi Papua Barat Daya (PBD) sebesar 0,73 persen (mtm) atau 2,45 persen (yoy).

Laju inflasi di provinsi Papua Barat terjadi , karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh peningkatan indeks pada kelompok pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau, terutama beras, tarif angkutan udara, ikan cakalang, bayam dan bawang putih.

Begitu juga pada provinsi Papua Barat Daya, laju inflasi dikarenakan peningkatan pada kelompok pengeluaran Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan komoditas ikan teri, ikan tuna, beras, bakso siap santap, dan bayam.

Selain itu secara tahunan kelompok pengeluaran transportasi angkutan udara juga cukup memilki andil dalam laju inflasi pada bulan April 2024.

Realisasi Pendapatan APBN Regional Papua Barat sampai dengan bulan April 2024, mencapai 21,63 persen dari target atau sebesar Rp766,97 miliar. Kemudian realisasi pendapatan terbesar berasal dari Pajak Dalam Negeri sebesar Rp609,19 miliar dengan kontribusi terbesar yaitu PPh Non Migas mencapai Rp381,61 miliar disusul oleh penerimaan PPN dan PPnBM yang mencapai Rp217,49 miliar.

Dari lima sektor dengan kontribusi terbesar, terdapat sektor yang mengalami pertumbuhan neto negatif, yaitu: Sektor administrasi pemerintahan dan jaminan sosial wajib mengalami kontraksi sebesar 23,09% (yoy) dan mempunyai kontribusi sebesar 34,61%.

Kontraksi tersebut disebabkan karena telah berakhirnya proyek yang didanai oleh APBN dan APBD yang tidak terulang lagi di Tahun 2024 seperti Proyek yang dikerjakan oleh Dinas PUPR Kabupaten Teluk Bintuni dan Pembangunan, Dinas PUPR Provinsi Papua Barat serta adanya penurunan setoran PPN dari pembangunan Bandara Torea Fak-Fak Ditjen Perhubungan.

Lebih lanjut ,Purwadhi sampaikan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor tumbuh 18,52%(yoy) dengan kontribusi sebesar 10,52%.

Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 5,02% (yoy) dengan kontribusi sebesar 12,30%, dengan WP umumnya merupakan Wajib Pajak Cabang yang didominasi oleh setoran PPh Pasal 21.

Sektor Industri Pengolahan tumbuh 57,61% (yoy) dan mempunyai kontribusi sebesar 10,48%. Pertumbuhan ini disebabkan dari peningkatan aktivitas industri pengolahan yang menjadi penopang kegiatan ekonomi di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya yaitu antara lain industri migas, kayu lapis, kelapa sawit, dan semen.

Sektor Aktivitas Keuangan dan Asuransi tumbuh 46,06% (yoy) dan mempunyai kontribusi sebesar 8,39%. Pertumbuhan ini disebabkan oleh peningkatan setoran PPh Pasal 21 Bulan April dari Wajib Pajak yang bergerak di Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan. Wajib Pajak tersebut merupakan Wajib Pajak Cabang yang berkedudukan di Wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *