TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Memasuki triwulan III 2023, perekonomian Jakarta tumbuh sebesar 4,93 persen dari tahun sebelumnya. Hal itu ditopang dengan meningkatnya kinerja konsumsi rumah tangga yang sejalan dengan mobilitas masyarakat.
Penyelenggaraan MICE dan event berskala besar menjadi faktor penting dalam peningkatan tersebut.
“Sejalan dengan perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Jakarta juga tetap kuat,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta, Arlyana Abubakar dalam bincang bareng media di Hotel Pullman, Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/11/2023).
Kemudian, Arlyana mengungkap, kinerja investasi juga tumbuh positif sejalan dengan akselerasi penyelesaian proyek strategis. Adapun akselerasi yang dimaksud berhasil dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta.
“Dari sisi lapangan usaha, masih solidnya pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan III 2023 terutama ditopang oleh LU infokom, jasa keuangan dan konstruksi,” tutur Arlyana.
Sementara itu, sejalan dengan perekonomian nasional dari sisi global, perekonomian tumbuh melambat dengan divergensi pertumbuhan antar negara yang melebar dengan ketidakpastian yang meningkat.
Adapun pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diprakirakan melambat menjadi sebesar 2,9%.
“Ekonomi Amerika pada 2023 masih tumbuh kuat terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik,” ungkap Arlyana
“Sedangkan ekonomi Tiongkok melambat dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti,” tambahnya.
Lebih lanjut, Arlyana memaparkan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, hal itu mendorong terjadinya kenaikan harga energi dan pangan sehingga inflasi global tetap tinggi.
“Untuk mengendalikan inflasi, suku bunga kebijakan moneter negara maju, termasuk Federal Funds Rate (FFR), diprakirakan akan tetap bertahan tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama (higher for longer),” jelas Arlyana.
Oleh karena itu, dalam perkembangan tersebut dapat mendorong pembalikan arus modal. Baik dari negara Emerging Market Economies (EMEs) ke negara maju dan ke aset yang lebih likuid.
“Sehingga dolar AS menguat tajam terhadap berbagai mata uang dunia,” pungkasnya.