Berita

Integrasi Urban Farming di RW 05 Dago

×

Integrasi Urban Farming di RW 05 Dago

Sebarkan artikel ini
Pengolahan sampah organik, di RW 05 Dago, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung. Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, BANDUNG – Pengolahan sampah bukan hanya sebatas membuang sampah pada tempatnya. Lebih dari itu, pengolahan sampah yang terintegrasi dengan urban farming, mampu menciptakan keasrian dan keunikan tersendiri di RW 05 Dago, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.

Hal ini dijelaskan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Dabaresih RW 05 Dago, Agus Sukaryat. Ia memaparkan, pengolahan sampah organik di wilayahnya dilakukan setiap hari Sabtu pukul 08.00 WIB.

“Kita jemput sampahnya dari rumah ke rumah. Setiap warga difasilitasi ember terpilah. Lalu kita jemput sampahnya, dan dikumpulkan di satu titik sumber di pos Dabaresih,” ujar Agus kepada wartawan, di Bandung, Jumat (9/6/2023).

Sampah organik diolah dengan bata terawang, drum komposer, loseda, dan Wadah Sisa Makanan (Wasima). Hasil olahannya menjadi pupuk padat, eco enzim, dan Mikro Organisme Lokal (MOL).

“Hasilnya juga terintegrasi dengan Uber Farming. Ada Buruan Dabaresih juga. Kita libatkan warga, untuk mengelolanya. Di sini kita buat penghijauan tematik tiap gang. Ada gang jahe, ada gang tanaman hias. Media tanamnya dari galon yang ada di bank sampah,” paparnya

5180
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Selain sampah organik, warga juga membawa sampah anorganik untuk ditabung di bank sampah. Di sana, Agus dan timnya memilah ulang sampah-sampah yang masih bisa diolah.

“Setelah dipilah, kami setorkan ke bank sampah induk Kota Bandung. Sebulan dua kali sampah anorganik disetorkan ke bank sampah induk. Kita juga menerima sampah minyak jelantah,” katanya

Sampah anorganik yang tidak diterima bank sampah, diolah menjadi kreasi daur ulang. Seperti saat acara 17 Agustus, warga membuat kreasi daur ulang sampah dalam bentuk ecobricks.

“Karena sampah sachet itu belum bisa diterima, atau ditampung bank sampah induk, sehingga kami olah saja jadi kreasi ecobricks. Bisa jadi kursi dan meja. Kami bikin tikar juga,” ungkapnya.

Bahkan, beberapa warga RW 05 sudah menukarkan sampah dengan logam mulia. Jika tabungan nasabah sudah mencapai Rp44.000, bisa ditukarkan dengan logam mulia seberat 0,025 gram.

“Ada lima nasabah yang sudah berhasil menukarkan tabungan sampahnya, dengan logam mulia,” tuturnya.

Ia beharap, semangat KSM Dabaresih bisa tetap konsisten dan berkelanjutan, untuk terus mengedukasi tentang pemilahan sampah dari sumber atau rumah tangga.

“Ke depannya kita juga sudah ada rencana untuk bergabung dengan program Kementerian Lingkungan Hidup. Lalu menambah aksi adaptasi lingkungan selain penghijauan, seperti pengampungan air hujan, penanganan air limbah, dan penanganan banjir serta longsor,” ujar dia.

Dalam waktu dekat ini, kata dia, KSM Dabaresih juga akan kolaborasi dengan Get Plastic Learning Center, salah satu komunitas non-profit di Bali, untuk memperluas jangkauan dan gerakan pengolahan sampah.