Bisnis

Kinerja 2023, Produksi TBS Austindo Nusantara Jaya Naik 4,8%, Pendapatan Turun 12,1%

×

Kinerja 2023, Produksi TBS Austindo Nusantara Jaya Naik 4,8%, Pendapatan Turun 12,1%

Sebarkan artikel ini
Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (Foto Ist)

TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJ) mencatat kinerja produksi yang positif pada tahun buku 2023 dengan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 4,8 persen menjadi 881.051 mt dibandingkan tahun lalu, yaitu sebesar 840.581 mt.

Peningkatan produksi tersebut terutama dikontribusi oleh perkebunan di Pulau Belitung sebesar 254.579 mt, yang didorong oleh produktivitas yang tinggi dari tanaman-tanaman kelapa sawit muda hasil penanaman kembali (replanting). Kemudian, perkebunan muda di Papua Barat Daya menghasilkan total produksi TBS sebesar 120.445 mt, meningkat 7,2 persen dibandingkan produksi TBS pada tahun lalu. Peningkatan produksi ini sejalan dengan tren peningkatan produksi dari tanaman muda yang baru menghasilkan serta perbaikan akses jalan dan infrastruktur.

Dengan peningkatan produksi TBS tersebut mendorong pertumbuhan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 2,9 persen menjadi 283.659 mt. Hal ini menghasilkan tingkat ekstraksi minyak sawit sebesar 20,6 persen, meningkat dari 20,1 persen di tahun 2022. ANJ juga mencatatkan peningkatan produksi Palm Kernel Oil (PKO) sebesar 38,7 persen menjadi 1.459 mt di tahun 2023, yang berasal dari pabrik pengolahan kami di Papua Barat Daya. Sementara itu, produksi Palm Kernel (PK) mengalami penurunan menjadi 52.432 mt pada tahun 2023 yang disebabkan oleh sifat genetik dari kelapa sawit yang baru ditanam menghasilkan inti sawit atau PK yang lebih kecil.

Nopri Pitoy, Direktur Keuangan ANJ menjelaskan bahwa seiring pertumbuhan produksi TBS dan CPO yang positif, ANJ berhasil mencatatkan peningkatan volume penjualan CPO sebesar 4,9 persen menjadi 288.941 mt dibandingkan capaian penjualan tahun lalu sebesar 275.320 mt. Selain itu, ANJ juga berhasil menjual sebanyak 1.049 mt PKO, meningkat 13,1 persen secara tahunan. Namun, volume penjualan PK mengalami penurunan sebesar 4,4 persen, sejalan dengan penurunan produksi PK.

“Di tahun 2023, ANJ mencatatkan total pendapatan sebesar 236,5 juta dolar AS, turun 12,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan oleh lebih rendahnya harga jual rata-rata (HJR) untuk CPO, PK dan PKO serta penurunan volume penjualan PK. HJR CPO turun 12,9 persen menjadi 731 dolar AS per mt dibandingkan 840 dolar AS per mt pada tahun lalu. Selain itu, HJR PK juga turun 36,0 persen menjadi 358 dolar AS per mt dan HJR PKO turun 33,1 persen menjadi USD 734 per mt di tahun 2023,” ujar Nopri saat dihubungi, Senin (4/3/2024).

5199
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Nopri menambahkan bahwa laba bersih ANJ juga mengalami penurunan menjadi 1,9 juta dolar AS pada tahun 2023, turun dari 21,2 juta dolar AS dibandingkan tahun sebelumnya.  Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh HJR yang lebih rendah, ditambah dengan peningkatan biaya depresiasi dan bunga pada tahun 2023. Selain itu, biaya operasi perkebunan yang baru menghasilkan di Papua Barat Daya, serta dari area penanaman kembali di perkebunan Sumatera Utara I dan Pulau Belitung juga mengalami peningkatan. Sementara, produksi dari perkebunan-perkebunan tersebut diproyeksikan akan mencapai level optimal sekitar dua hingga tiga tahun ke depan.

Nopri mengungkapkan bahwa ANJ optimis produksi CPO dalam jangka panjang akan terus meningkat, seiring dengan profil usia perkebunan yang masih berada pada usia produksi prima.

“Tahun ini kami akan terus menggenjot produksi TBS dan CPO. Kami memproyeksikan produksi TBS akan meningkat sebesar 6,0 persen dibandingkan tahun lalu. Peningkatan ini akan didukung oleh peningkatan produksi dari kebun muda kami di Papua Barat Daya, serta tanaman hasil replanting yang sudah memasuki usia menghasilkan. Kami juga berharap volume pembelian TBS luar akan meningkat dan mampu mencapai volume produksi CPO di atas 300.000 mt di tahun ini,” jelas Nopri.

Guna mendukung target produksi tersebut, tahun ini ANJ telah menganggarkan belanja modal sebesar 36,8 juta dolar AS. Sebagian besar belanja modal ini dialokasikan untuk mendanai beberapa program yang mendukung peningkatan produktivitas perusahaan, meliputi program penanaman kembali (replanting) di perkebunan Pulau Belitung dan Sumatera Utara I,kompensasi lahan di perkebunan ANJ di Sumatera Selatan, laterisasi jalan, perumahan karyawan dan pembangkit listrik untuk pabrik di perkebunan Papua Barat Daya, proyek peninggian dan penguatan tanggul sungai di perkebunan Sumatera Utara II, serta fasilitas pengomposan di Sumatera Utara I yang akan menjadi pabrik kompos keempat yang dimiliki ANJ.

“Kami percaya program-program tersebut akan mendukung peningkatan produktivitas kami di tahun-tahun mendatang, dikombinasikan dengan inovasi-inovasi dalam praktik agronomi diharapkan dapat menghasilkan produktivitas yang maksimal. Selain itu, kami juga berkomitmen untuk melanjutkan inisiatif  untuk memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim yang telah dijalankan ANJ sejak 2012 dengan mengintegrasikan praktik ESG kedalam strategi bisnis perusahaan untuk mencapai target nol emisi karbon (net zero emissions) pada tahun 2030,” tutup Nopri.