TEROPONGNEWS.COM, SORONG – Konsep pembangunan di Kota Sorong pasca ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya perlu dibahas kembali secara komperhensif dan memasukan isu-isu lingkungan didalamnya guna menata kembali pembangunan di daerah ini yang lebih baik.
Hal tersebut di katakan pengamat lingkungan yang tak lain Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS), Ari Purnomo, S.IP.,M.Si saat di undang sebagai pembicara pada kegiatan Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digagas Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia atau The Society of Indonesian Environmental Journalists dengan Thema “Memperkuat Narasi Lingkungan di Tahun Politik”.
Sebagai pengamat Lingkungan, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Muhammadiyah Sorong, Ari Purnomo, S.IP.,M.Si dalam pemaparan materi mengatakan Kota Sorong pasca dijadikan ibu kota Provinsi Papua Barat Daya perlu pembahasan secara komperhensif sehingga isu-isu terkait lingkungan perlu dibahas di dalamnya.
“Walaupun kota Sorong ini sudah lama, tetapi provinsi kita ini masih baru, ke depannya ketika membangun Papua Barat Daya ini, di bahas secara komperhensif, masukan isu lingkungan di dalamnya, isu lingkungan bukan hanya memelihara pohon, hutan dan sebagainya, tetapi isu lingkungan itu secara holistik atau cara pandang yang menyeluruh,” ujarnya Rabu (05/07/2023).
Langkah pembangunan ke depan akan menentukan masa depan Kota Sorong sebagai ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya secara keseluruhan. Ari Purnomo mengatakan konsep pembangunan di Kota Sorong jangan sampai terkesan tumbuh begitu saja tanpa ada yang memimpin. Bila itu dibiarkan, Kota Sorong akan mengalami krisis yang mengkhawatirkan.
Perubahan iklim berdampak besar pada kehidupan manusia. Banyak krisis yang ditimbulkan akibat kerusakan alam, pembangunan yang tidak tertata dengan baik. Disadari atau tidak, kita turut berkontribusi dan punya andil terhadap kerusakan lingkungan.
“Saya mohon maaf, jangan ada yang tersinggung. Kota Sorong ini seakan-akan berkembang dengan sendirinya, berkembang tanpa ada yang memimpin, seolah-olah tidak ada pemerintah, hotel dimana-mana terbangun tiba-tiba, ruko-ruko dimana-mana bangun tiba-tiba, perumahan dimana-mana bangun tiba-tiba,” kata Ari Purnomo.
Menanggapi permasalahan sampah di Kota Sorong yang tak kunjung selesai, pengamat lingkungan itu mengaku belum perna mendengar baik dari pemerintah, Politisi yang merencanakan pengelolaan sampah dengan baik. Jadi isu lingkungan ini terkesan di abaikan.
“Dari pemerintah, Saya belum perna mendengar pengelolaan sampah dengan baik, dari politisi juga belum ada yang seperti itu, bahkan di abaikan isu lingkungan itu,” beber Ari Purnomo.
Sebagai saran kepada pemerintah, sebelum merencanakan pembangunan perlu di kaji kembali apakah pembangunan tersebut mencederai lingkungan atau tidak.
“Maksud saya ketika membangun perlu di lihat apakah ini mencederai lingkungan atau tidak,” ucapnya.
Menurut Ari Purnomo isu lingkungan di Kota Sorong masih di pandang sebelah mata oleh pengambil kebijakan. Sebagai seorang yang lahir dan besar di Sorong, Ari Purnomo menjelaskan pemangku kebijakan terkesan membiarkan pembangunan yang tidak pada tempatnya, ia mencontohkan, KM 9 misalnya, ada pembangunan ruko di atas bantaran sungai.
“Saya ini lahir dan besar di Sorong, di kilo 9 itu dulunya ada sungai besar di situ, sekarang ada bangunan Krisbow di atasnya, yang jadi pertanyaan kok bisa yah…! Ada bangunan di atas sungai,..?,” ujar Ari Purnomo bertanya. *
