TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Bambang Haryo Soekartono datang untuk melihat produktivitas Makassar New Port yang dibangun oleh PT. PELINDO (BUMN Kepelabuhanan). Karena menurutnya pembangunan dibuat dengan anggaran Rp 1,3 triliun.
Ia menjelaskan, pada tahap 1A memiliki kapasitas 800 ribu Teus (Peti Kemas) dan pelabuhan tersebut saat ini sudah difungsikan serta menampung sekitar 200 ribu Teus.
“Makassar New Port terus menggembangkan dengan menambah kapasitas menjadi 2juta Teus dengan anggaran 2,6 Triliun untuk antisipasi lonjakan Peti Kemas sebagai Hub Indonesia Timur dan diharapkan juga bisa merebut segmen pasar International karena dilewati oleh ALKI 2,” kata Bambang Haryo, dalam akun instagram pribadinya @bambangharyos, yang dikutip TeropongNews, Selasa (13/12/2022).
Ia menuturkan, pelabuhan ini juga sangat layak untuk kapal-kapal besar dengan panjang dermaga sekitar 1,3 kilometer dengan fasilitas 8 tower crane, kapasitas 40,6 s.d 48 ton dan kedalaman perairan pelabuhan 16 s.d 20 meter. Sangat layak untuk kapal-kapal berkapasitas 4.000 sampai dengan 5.000 Teus.
“Berbeda dengan pada saat saya melihat Pelabuhan Patimban di Jawa Barat yang dibangun oleh Pemerintah Pusat dgn anggaran 50 Triliun dan sampai dengan saat ini sudah digelontorkan mendekati 50% belum bisa di manfaatkan sebagai pelabuhan peti kemas karena tidak ada, fasilitas crane baik dipinggir dermaga maupun di lapangan penumpukan peti kemas. Kedalaman perairan sekitar dermaga juga tidak memenuhi syarat untuk kapal kapal besar, hanya berkisar 9 meter dan endapan lumpur sangat besar karena dekat dgn sekitar 10 aliran sungai yang membawa sedimen lumpur sangat tinggi,” ucapnya.
“Sehingga pelabuhan tersebut sulit untuk menampung kapal-kapal peti kemas berukuran diatas 1.000 Teus. Apalagi pelabuhan Patimban tidak dilewati oleh ALKI (Alur Kapal – Kapal International) dan hanya berfungsi untuk menampung limpahan muatan dari Pelabuhan Tj. Priok, yang dimana Pelabuhan Tanjung Priok saat ini masih mempunyai load factor yang tidak lebih dari 50%, apalagi Pelabuhan Tanjung Priok memiliki fasilitas peralatan crane dalam jumlah banyak sehingga pelabuhan Tanjung Priok tersebut sangat diminati oleh masyarakat pelayaran,” lanjut dia.
Maka, menurutnya, Pelabuhan Patimban bisa dikatakan hingga 10 tahun yang akan datang, sulit untuk mendapatkan limpahan peti kemas dari Pelabuhan Tanjung Priok.
“Sehingga pemanfaatan
pelabuhan Patimban tersebut untuk masyarakat transportasi laut masih sangat kurang, ditambah lagi pelabuhan tersebut juga jauh dari areal Industri sekitar 80 km sehingga ongkos angkut transportasi daratnya (hinterland) menjadi sangat mahal dibanding dengan dari Pelabuhan Tanjung Priok,” ujar dia.
Untuk itu, ia menegaskan, hal ini perlu diupayakan oleh Pemerintah Pusat agar bisa belajar banyak dari PT. Pelindo dalam membangun pelabuhan – pelabuhan secara efisien dan ekonomis untuk kepentingan pelayaran dan perpindahan logistik serta manusia antar pulau.
“Bila perlu Menteri Perhubungan Bapak Budi Karya bisa berkunjung ke Pelabuhan Makassar New Port ini, Saya juga mengapresiasi PT. Pelindo yang sudah merealisasikan Pelabuhan Hub yang efisien, efektif dan produktif untuk kepentingan masyarakat pelayaran Dalam Negeri dan International,” tuturnya.