TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG mendukung upaya Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) dalam mempercepat pembangunan infrastruktur berkelanjutan dan pengembang properti di Tanah Air, melalui suplai produksi semen hijau ramah lingkungan.
Hal itu ditegaskan SIG dalam Workshop Pembahasan Optimalisasi Penggunaan Semen Ramah Lingkungan diselenggarakan oleh Kementerian PUPR dan didukung oleh Asosiasi Semen Indonesia (ASI) di Tribrata Hotel & Convention Center Darmawangsa, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Direktur Utama SIG Donny Arsal menyambut positif upaya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Red: Kementerian PU dan Kementerian PKP) yang mengoptimalisasi penggunaan semen ramah lingkungan dalam pekerjaan konstruksi.
Donny berujar, sebagai market leader di industri semen tanah air, SIG memiliki beragam inovasi produk semen hijau yang rendah karbon sebagai bukti wujud Perseroan terhadap konstruksi berkelanjutan di Indonesia.
“Semen hijau SIG adalah solusi terbaik untuk konstruksi ramah lingkungan yang rendah karbon dan bisa menjadi pilihan utama bagi pemerintah, serta pengembang properti untuk meningkatkan keunggulan dan daya saing. Dengan jaringan operasional yang ekstensif, SIG siap mendukung pembangunan hingga wilayah terpencil di seluruh wilayah Indonesia,” kata Donny Arsal dikutip dari situs resmi perusahaan di Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Sementara, Ketua ASI Lilik Unggul Raharjo menjelaskan, semen Non-OPC memiliki banyak keunggulan, seperti emisi karbon yang lebih rendah dan meminimalisir penggunaan sumber daya alam. Selain itu, semen Non-OPC juga berfokus pada kualitas dan keberlanjutan konstruksi, termasuk di antaranya kekuatan dan daya tahan.
“Semen Non-OPC juga telah digunakan di berbagai mega proyek di Indonesia, seperti Jembatan Suramadu, Jalan Tol Bali Mandara, Pelabuhan Patimban, dan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung,” ujar Lilik.
Mengenai pasokan, Lilik Unggul Raharjo menyampaikan bahwa total kapasitas semen Non-OPC di Indonesia mencapai sekitar 93 juta ton, di mana supply mapping-nya mulai dari ujung Sumatra hingga Papua semua sudah memproduksi PCC (Portland Composite Cement).
“Kemudian beberapa pabrik anggota ASI seperti pabrik SIG yang ada di Narogong sudah memproduksi full Non-OPC, seperti PCC, PPC (Portland Pozolan Cement), slag, kemudian juga hidrolis. Demikian pula pabrik di Tuban dan Tonasa. Anggota asosiasi yang lain juga ada yang sudah melakukannya,” ujar Lilik Unggul Raharjo.
Plt. Direktur Pengembangan Jasa Konstruksi Dicki Rinaldi menegaskan pentingnya penggunaan material ramah lingkungan, khususnya Non Ordinary Portland Cement atau semen Non-OPC untuk mendukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
Ia memastikan bahwa pemerintah sangat fokus dalam program percepatan pembangunan infrastruktur yang tak hanya menjadi stimulus bagi perekonomian nasional, tetapi juga memiliki dampak lingkungan yang lebih terkendali.
“Kita harus memastikan pembangunan infrastruktur yang kita lakukan memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kapasitas daya dukung lingkungan,” kata Dicki Rinaldi.
Dicki Rinaldi menambahkan, penggunaan semen Non-OPC yang memiliki keunggulan dari sisi teknis, ekonomi, dan lingkungan, harus dioptimalkan dalam setiap proyek pembangunan di bawah Kementerian PUPR.
Sebagai informasi, Kementerian PUPR telah mengeluarkan berbagai regulasi, seperti Surat Edaran Menteri PUPR No. 07/2016 tentang Pedoman Tata Cara Penentuan Campuran Beton Normal dan Instruksi Menteri PUPR No. 04/IN/M/2020 tentang Penggunaan Semen Non OPC dalam pekerjaan konstruksi.
Selain itu, Kementerian PUPR juga berupaya untuk menyesuaikan persyaratan spesifikasi teknis untuk masing-masing jenis bangunan konstruksi, baik di bidang jalan dan jembatan, sumber daya air maupun permukiman dan perumahan.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Iswandi Imran mengungkapkan, pengembangan semen ramah lingkungan Non-OPC di Indonesia sudah cukup baik.
Kata dia, saat ini terdapat beragam tipe semen ramah lingkungan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan seperti low heat, high durability, high performance, high strength, dan lainnya.
“Standar dan regulasi semen ramah lingkungan di Indonesia juga sudah lengkap, baik dari sisi SNI materialnya, maupun juga SNI untuk desainnya. Ini sudah terakomodasi semua. Bahkan tadi juga disampaikan oleh bapak-bapak dan ibu dari PUPR, spesifikasinya pun sudah mengadopsi hal-hal tadi sehingga tinggal bagaimana kita secara konsisten menerapkannya di konstruksi yang kita tangani,” ujar Iswandi Imran.