Scroll untuk baca artikel
Example 525x600
Example floating
Example floating
Example 728x250
EkonomiOpini

Stabilitas Inflasi di Penghujung Kuartal Ketiga 2024: Sebuah Narasi di Tengah Gejolak Harga Pangan

×

Stabilitas Inflasi di Penghujung Kuartal Ketiga 2024: Sebuah Narasi di Tengah Gejolak Harga Pangan

Sebarkan artikel ini

Oleh: Listya Endang Artiani Universitas Islam Indonesia

Listya Endang Artiani, Universitas Islam Indonesia.
Example 468x60

TEROPONGNEWS.COM – Memasuki penghujung kuartal ketiga tahun 2024, Indonesia menghadapi tantangan yang kompleks namun juga menawarkan peluang yang tidak boleh diabaikan. Stabilitas inflasi yang berhasil dijaga hingga bulan Agustus, meskipun diwarnai oleh berbagai dinamika harga pangan dan energi, memberikan sinyal positif bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Namun, bulan September 2024 membawa tantangan baru yang semakin mendesak. Prediksi kenaikan harga bahan bakar dan komoditas pangan strategis akibat musim kemarau yang berkepanjangan serta potensi gejolak harga minyak global menjadi ancaman yang nyata.

Example 300x600

Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah dan Bank Indonesia tidak tinggal diam. Sinergi antara keduanya terus diperkuat dalam menghadapi ancaman inflasi. Berbagai kebijakan pengendalian harga telah diimplementasikan sejak pertengahan tahun, menunjukkan tekad untuk menjaga kestabilan ekonomi di tengah gejolak yang ada.

Melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang terus berlangsung, perhatian pemerintah tetap terfokus pada daya beli masyarakat dan stabilitas harga-harga pokok. Namun, penting untuk diingat bahwa pencapaian ini bukanlah akhir dari sebuah perjuangan, melainkan awal dari komitmen yang lebih besar.

Pentingnya Memahami Inflasi dan Dinamikanya

Periode bulan September akan menjadi kunci dalam menentukan apakah Indonesia mampu mempertahankan capaian stabilitas inflasi yang telah dibangun atau justru menghadapi tekanan baru yang memerlukan langkah-langkah strategis lebih lanjut. Inflasi inti yang meningkat pada bulan Agustus, gejolak harga pangan, dan tantangan harga energi global akan menjadi ujian nyata bagi perekonomian nasional dalam menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kestabilan harga.

Inflasi adalah salah satu indikator penting dalam memahami keseimbangan ekonomi sebuah negara. Pada Agustus 2024, Indonesia menunjukkan capaian yang patut diapresiasi, dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tetap terjaga di kisaran sasaran sebesar 2,5±1%. Deflasi 0,03% month-to-month (mtm) yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menandakan bahwa inflasi tahunan berada diangka 2,12% year-on-year (yoy), sedikit turun dari 2,13% pada bulan sebelumnya. Namun, di balik angka-angka tersebut, terdapat cerita tentang dinamika perekonomian yang tak sederhana. Stabilitas inflasi bukan hanya sekedar angka, tetapi mencerminkan seberapa efektif suatu negara dalam mengelola perekonomiannya di tengah gejolak yang ada.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kestabilan inflasi di Agustus adalah komponen inflasi inti dan Administered Prices (AP). Inflasi inti, yang mencerminkan harga barang dan jasa yang relatif stabil serta tidak terpengaruh oleh kebijakan pemerintah atau gejolak harga pangan, mengalami peningkatan sebesar 2,02% (yoy), naik dari 1,95% pada Juli 2024. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sektor-sektor tertentu menunjukkan kestabilan, ada bagian lain dari perekonomian yang mulai merasakan dampak kenaikan harga. Inflasi inti yang meningkat menjadi indikator bahwa masyarakat mulai merasakan dampak dari kenaikan biaya hidup yang lebih luas.

Namun, ada juga sektor pangan yang cukup dinamis. Inflasi dari volatile food (VF), kelompok harga yang cenderung berfluktuasi akibat perubahan harga pangan, justru mengalami penurunan menjadi 3,04% (yoy), lebih rendah dari 3,63% pada bulan sebelumnya. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh panen berlimpah di sejumlah sentra produksi pangan di Indonesia. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa di balik penurunan ini, ada gejolak harga pangan yang terus berlanjut, terutama pada komoditas seperti beras dan cabai rawit, yang tetap mempengaruhi inflasi di beberapa provinsi.

Sinergi Antara Pemerintah dan Bank Indonesia

Sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia bukanlah sekadar pertemuan dua entitas dalam ruang rapat yang sepi; ini adalah aliansi strategis yang menentukan arah dan nasib perekonomian bangsa. Dalam situasi krisis yang melanda, ketika setiap keputusan bisa menjadi penentu antara harapan dan keputusasaan, kolaborasi ini harus dihadirkan dengan semangat yang tak tergoyahkan dan visi yang tajam. Tanpa sinergi yang kuat, kita tidak lebih dari sekadar kapal yang berlayar tanpa arah, terombang-ambing oleh gelombang ketidakpastian yang ganas.

Bank Indonesia, sebagai garda terdepan dalam stabilitas moneter, memiliki tanggung jawab monumental untuk menjaga nilai rupiah dan mengendalikan inflasi. Namun, tanpa dukungan dan kebijakan yang tepat dari pemerintah, upaya tersebut dapat menjadi sia-sia. Ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak sinkron, seperti pengeluaran yang berlebihan tanpa pertimbangan inflasi, semua usaha Bank Indonesia akan berakhir pada titik yang sama: pengenduran nilai mata uang dan meningkatnya kesulitan bagi rakyat. Dalam hal ini, sinergi bukan hanya penting; ia adalah keharusan yang mutlak.

Pemerintah harus menyadari bahwa keputusan politik yang populis, meskipun terlihat menarik dalam jangka pendek, bisa menghancurkan stabilitas ekonomi dalam jangka panjang. Ketika pemerintah berjuang untuk memenuhi janji-janji populisnya, ia harus bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk memastikan bahwa langkah-langkah tersebut tidak memicu gejolak yang lebih besar. Kebijakan fiskal dan moneter yang harmonis akan menciptakan iklim investasi yang sehat, mendorong pertumbuhan, dan memastikan bahwa setiap lapisan masyarakat merasakan manfaatnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia pun harus bersikap proaktif. Dalam menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks, tidak cukup hanya menunggu dan bereaksi; ia harus menjadi arsitek kebijakan yang inovatif dan berani. Sinergi ini memerlukan dialog yang terbuka dan terus-menerus antara kedua pihak. Komunikasi yang jelas dan transparan akan menghindarkan kita dari misinterpretasi yang bisa memicu kepanikan di pasar, dan pada akhirnya mengancam kestabilan ekonomi.

Namun, sinergi ini bukan tanpa tantangan. Di tengah hiruk-pikuk politik dan kepentingan yang bertentangan, menjaga kesatuan visi dan misi menjadi semakin sulit. Ketika ego dan kepentingan pribadi mengaburkan pandangan, kita berisiko terjerumus ke dalam perangkap kebijakan yang tidak terarah. Oleh karena itu, kita perlu mengingatkan diri kita akan tanggung jawab besar yang kita pikul sebagai bangsa. Sinergi antara pemerintah dan Bank Indonesia haruslah menjadi jembatan, bukan dinding pemisah.

Dalam mengatasi gejolak ekonomi yang tak terhindarkan, sinergi ini bisa menjadi alat yang ampuh untuk menghadapi tantangan yang ada. Dengan membangun kerjasama yang lebih erat, kita dapat menyusun strategi yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga proaktif. Kita bisa menciptakan inovasi dalam kebijakan yang memanfaatkan teknologi untuk memperkuat efisiensi dan transparansi, sekaligus meningkatkan daya saing ekonomi.

Ingatlah, dalam kesatuan terdapat kekuatan. Ketika pemerintah dan Bank Indonesia bersatu padu, mereka bisa mengubah gelombang krisis menjadi arus peluang. Mari kita bersiap untuk menempuh jalan yang penuh rintangan ini, namun penuh harapan. Dalam sinergi, kita tidak hanya mencari penyelesaian untuk hari ini, tetapi juga merancang masa depan yang lebih cerah bagi generasi yang akan datang. Di sinilah letak kekuatan kita: dalam kebersamaan, di mana pemerintah dan Bank Indonesia dapat menulis kembali kisah ekonomi bangsa kita, dari ketidakpastian menuju stabilitas yang berkelanjutan.

Kenaikan Harga BBM: Ancaman dan Tantangan

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bukan sekadar lonjakan angka di papan pengumuman stasiun pengisian; ini adalah sinyal bahaya yang mengguncang sendi-sendi kehidupan masyarakat. Setiap penambahan sen dalam harga BBM menjadi beban yang menumpuk dipundak rakyat, mengubah perjalanan sehari-hari menjadi perjuangan yang melelahkan. Masyarakat, yang seharusnya melaju menuju kemajuan, kini terjebak dalam kegelapan ketidakpastian, dimana setiap langkah terasa lebih berat, dan setiap tarikan napas dipenuhi kecemasan.

Kenaikan harga BBM tak hanya sekadar berimbas pada dompet, tetapi menciptakan efek domino yang menghantam seluruh aspek perekonomian. Biaya transportasi yang melambung tinggi mengguncang industri, memicu lonjakan harga barang dan jasa, dan pada gilirannya memaksa masyarakat untuk memotong pengeluaran yang sudah serba ketat. Keluarga yang dulu bisa mengatur anggaran dengan relatif baik kini terpaksa merelakan kebutuhan dasar demi menghindari kebangkrutan finansial. Dari makanan di meja makan hingga pendidikan anak, setiap sektor yang kita cintai terancam tergerus oleh gelombang tingginya harga BBM.

Dalam bayang-bayang ancaman ini, kita juga menyaksikan bagaimana sektor-sektor yang bergantung pada transportasi menjadi terpuruk. Pertanian, industri, dan perdagangan yang seharusnya menjadi pilar ekonomi berjuang untuk tetap bertahan. Petani, yang bergantung pada alat berat dan transportasi untuk mengangkut hasil panennya, kini terpaksa menjual hasil bumi dengan harga yang merugikan, hanya untuk menyambung hidup. Para pengusaha kecil, yang berjuang setiap hari, terancam gulung tikar ketika biaya operasional melonjak tak terkendali. Ini bukan sekadar krisis ekonomi; ini adalah bencana kemanusiaan yang mengancam jati diri kita sebagai bangsa.

Namun, lebih dari sekadar dampak langsung, kenaikan harga BBM juga menciptakan ketidakpastian sosial yang mendalam. Ketika rakyat merasa terjepit dan hak-hak dasar mereka terancam, ketidakpuasan akan tumbuh seperti benih yang disiram dengan air hujan. Unjuk rasa, demonstrasi, dan kerusuhan dapat terjadi dalam sekejap, menciptakan ketegangan yang tidak hanya mengguncang pemerintah, tetapi juga mengancam stabilitas negara. Dalam dunia yang serba terhubung ini, kita tak bisa mengabaikan dampak dari gejolak sosial yang bisa melanda kapan saja, mengubah wajah bangsa yang kita cintai menjadi arena konflik dan perpecahan.

Kini, kita dihadapkan pada pilihan yang krusial. Apakah kita akan terus membiarkan kenaikan harga BBM menjadi momok yang menghantui setiap langkah kita, ataukah kita akan berani menghadapi tantangan ini dengan solusi yang konkret dan berani? Kita tidak bisa lagi berdiam diri dalam bayang-bayang ketidakpastian. Saatnya untuk bersatu, merumuskan strategi yang tidak hanya meredakan gejolak, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan langkah yang tegas dan visi yang jelas, kita bisa mengubah ancaman ini menjadi peluang. Kita harus berani berinvestasi dalam energi terbarukan, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat infrastruktur transportasi. Hanya dengan cara ini, kita dapat memutus rantai ketergantungan pada BBM dan menatap masa depan dengan keyakinan. Kenaikan harga BBM bukan akhir dari segalanya; ia bisa menjadi titik balik menuju transformasi yang lebih besar dan berkelanjutan.

Gejolak Harga Pangan dan Dampaknya

Ditengah hiruk-pikuk kehidupan modern, dibalik kemewahan dan kesibukan kita, terdapat sebuah krisis yang mengancam nyawa: gejolak harga pangan. Ini bukan sekadar angka yang bergetar dilayar monitor ekonomi, tetapi suara jeritan dari mereka yang terjepit diantara kebutuhan dan kemampuan. Kenaikan harga pangan bukan hanya masalah statistik; ia adalah pengguncang jiwa, menghantam setiap keluarga dan menghancurkan harapan akan masa depan yang lebih baik.

Ketika harga pangan meroket, kita menyaksikan bagaimana keluarga-keluarga berjuang untuk memilih antara makanan bergizi dan kebutuhan dasar lainnya. Anak-anak yang seharusnya menerima nutrisi yang cukup kini terpaksa puas dengan makanan yang tidak mencukupi, membayangkan masa depan yang kelam dan penuh ketidakpastian. Kenaikan harga ini tidak hanya membuat perut keroncongan, tetapi juga mengikis rasa percaya diri dan harapan masyarakat. Disinilah letak tragedi: di saat seharusnya kita melangkah maju, banyak yang terpaksa mundur, terjebak dalam siklus kemiskinan yang tak berujung.

Dampak dari gejolak harga pangan ini tidak hanya dirasakan dalam hitungan hari atau minggu. Ini adalah racun yang mengalir dalam nadi perekonomian, menciptakan ketidakstabilan yang berlarut-larut. Sektor pertanian yang seharusnya menjadi penyokong utama ketahanan pangan menjadi terpuruk, para petani terpaksa memilih antara tetap bertahan atau meninggalkan ladang mereka demi mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dan ketika petani menyerah, kita tidak hanya kehilangan sumber pangan; kita kehilangan akar dari keberlanjutan masyarakat.

Lebih jauh lagi, harga pangan yang tidak stabil menciptakan gejolak sosial. Ketika perut tidak terisi, ketidakpuasan masyarakat mulai membara. Demonstrasi, kerusuhan, dan ketegangan sosial bisa meletus kapan saja, mengubah kebisingan pasar menjadi suara ketidakpuasan yang membara. Ketika harga pangan melambung tinggi, pemerintah tidak hanya berhadapan dengan angka di laporan; mereka berhadapan dengan kemarahan rakyat yang berteriak minta keadilan. Dalam keadaan ini, politik bisa menjadi alat untuk mencari kambing hitam, sementara rakyat yang tidak bersalah terjebak dalam dampak yang ditimbulkan oleh ketidakmampuan sistem.

Kita berada dititik kritis, di mana keputusan yang diambil sekarang akan menentukan nasib masa depan bangsa. Apakah kita akan membiarkan gejolak ini terus berlanjut, merenggut kehidupan dan harapan jutaan orang? Atau, apakah kita akan berdiri bersama untuk merumuskan solusi yang berkelanjutan, menciptakan sistem pangan yang adil dan merata? Ini adalah pilihan yang tidak bisa diabaikan.

Di hadapan tantangan ini, kita perlu lebih dari sekadar reaksi cepat dan solusi sementara. Kita memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, dimana setiap lapisan masyarakat terlibat dalam pencarian solusi. Hanya dengan cara ini kita bisa memadamkan api gejolak harga pangan yang berkobar, menyelamatkan harapan, dan membangun masa depan yang lebih cerah untuk generasi mendatang.

Pentingnya Kebijakan yang Transparan dan Akuntabel

Dalam menghadapi tantangan inflasi yang semakin kompleks, kebijakan yang transparan dan akuntabel bukan hanya penting; itu adalah keharusan. Kita tidak bisa lagi bersembunyi dibalik jargon dan statistik yang membingungkan. Masyarakat berhak tahu apa yang terjadi dibalik layar pembuatan kebijakan ekonomi yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari mereka. Ketidakpastian dan ketidakjelasan hanya akan menambah rasa cemas ditengah gejolak ekonomi yang melanda.

Transparansi adalah sinar terang yang menerangi jalan menuju kepercayaan publik. Tanpa transparansi, kebijakan menjadi seperti bayangan gelap, samar, dan tidak dapat diandalkan. Setiap langkah yang diambil pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan harga pangan harus bisa dipahami dan diakses oleh masyarakat. Ketika keputusan-keputusan krusial dibuat tanpa melibatkan suara rakyat, kita tidak hanya mengkhianati kepercayaan publik, tetapi juga membangun fondasi rapuh yang bisa runtuh kapan saja.

Akuntabilitas, disisi lain, adalah jaminan bahwa setiap keputusan akan diikuti oleh konsekuensi. Ini adalah janji bahwa tidak ada pihak yang akan lolos dari tanggung jawab, terutama ketika kebijakan yang diambil berdampak negatif pada masyarakat. Jika inflasi meningkat dan daya beli masyarakat tergerus, siapa yang akan bertanggung jawab? Kebijakan yang akuntabel akan memberikan jawaban tegas, dan menjadikan setiap pembuat kebijakan bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakannya.

Ketika kita berbicara tentang kebijakan ekonomi, kita tidak bisa mengabaikan dampak sosial yang ditimbulkan. Setiap angka dalam laporan inflasi bukan hanya sekadar statistik; itu adalah kisah nyata dari keluarga-keluarga yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ketika kebijakan gagal, bukan hanya ekonomi yang runtuh, tetapi juga harapan dan mimpi masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan yang transparan dan akuntabel adalah upaya untuk memastikan bahwa suara-suara rakyat didengar, dan bahwa setiap keputusan diambil dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang bagi seluruh masyarakat.

Saat ini, kita hidup diera dimana informasi dapat diakses dengan mudah, tetapi justru disinilah tantangan terbesar kita. Keterbukaan informasi harus menjadi norma, bukan pengecualian. Masyarakat harus dilibatkan dalam setiap langkah pembuatan kebijakan, agar mereka merasa menjadi bagian dari proses. Ketika masyarakat merasa dilibatkan, kepercayaan terhadap pemerintah akan tumbuh, dan dengan itu, stabilitas sosial dan ekonomi akan semakin terjamin.

Mari kita bersatu untuk mendesak agar setiap kebijakan yang diambil dipublikasikan secara jelas, dipahami, dan dapat dipertanggungjawabkan. Hanya dengan cara ini kita bisa memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil tidak hanya akan memenuhi target angka, tetapi juga akan memenuhi harapan rakyat. Ini adalah panggilan bagi semua pihak : pemerintah, sektor swasta, dan Masyarakat, untuk menjunjung tinggi prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam setiap langkah. Kebijakan yang baik tidak hanya diukur dari hasil, tetapi juga dari proses dan keterlibatan masyarakat. Kita harus terus menerus mendesak untuk menciptakan sistem yang benar-benar melayani rakyat, bukan sebaliknya.

Membangun Kesadaran Kolektif

Membangun kesadaran kolektif bukan sekadar sebuah ajakan; ini adalah seruan mendesak bagi setiap elemen masyarakat untuk bersatu dalam menghadapi tantangan yang ada. Ditengah gejolak inflasi yang merongrong kestabilan perekonomian, kesadaran kolektif menjadi senjata utama kita. Kita harus memahami bahwa setiap tindakan kita, sekecil apapun, memiliki dampak yang luas. Tidak ada lagi ruang untuk apatis; kita berada di tepi jurang yang bisa mengancam kesejahteraan banyak orang.

Ketika harga pangan melambung dan daya beli masyarakat tergerus, kita harus ingat: perjuangan ini bukan hanya milik pemerintah atau pelaku industri, melainkan tanggung jawab kita semua. Kesadaran kolektif berarti menyatukan suara dan langkah, menjadikan setiap individu bagian dari solusi, bukan sekadar penonton dalam drama yang penuh intrik ini. Setiap pembelian yang kita lakukan, setiap suara yang kita angkat, menjadi bagian dari narasi besar tentang ketahanan ekonomi bangsa.

Mari kita berani menantang ketidakadilan dan mempertanyakan setiap kebijakan yang diambil. Kita harus menjadi penjaga kedaulatan ekonomi kita, memastikan bahwa setiap kebijakan yang diimplementasikan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga mensejahterakan rakyat banyak. Dalam setiap pertemuan, dalam setiap forum diskusi, mari kita dorong agar isu inflasi dan harga pangan menjadi agenda utama. Hanya dengan cara ini kita bisa memastikan bahwa suara masyarakat tidak terabaikan.

Membangun kesadaran kolektif juga berarti mengedukasi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Pengetahuan adalah senjata terkuat dalam menghadapi ketidakpastian. Ketika masyarakat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dan harga pangan, mereka akan lebih siap untuk mengambil tindakan yang tepat. Kesadaran akan dampak dari setiap pilihan ekonomi, baik sebagai konsumen maupun produsen, harus terus diperkuat.

Saatnya kita berhenti berdiam diri dan mulai bertindak. Kekuatan kolektif kita terletak pada kesadaran bahwa kita semua terhubung dalam satu ekosistem ekonomi. Kita adalah arsitek dari masa depan yang lebih baik. Jika tidak sekarang, kapan lagi? Jika bukan kita, siapa lagi? Kesadaran kolektif bukan hanya sebuah slogan, tetapi sebuah janji untuk berjuang bersama, demi stabilitas dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Ini adalah panggilan untuk bertindak, panggilan untuk menyatukan kekuatan demi masa depan yang lebih cerah.

Menuju Stabilitas yang Berkelanjutan

Dengan demikian, meskipun tantangan di depan terlihat cukup berat, kita tidak boleh kehilangan harapan. Di tengah gejolak inflasi yang mengancam stabilitas ekonomi, saatnya bagi kita untuk bersatu dalam menghadapi badai yang menerpa. Kesadaran kolektif, sinergi antara pemerintah dan masyarakat, serta pengelolaan yang transparan akan menjadi kunci untuk mencapai stabilitas yang berkelanjutan.

Kita harus menyadari bahwa inflasi bukan hanya sekadar angka-angka kering di laporan ekonomi, tetapi juga mencerminkan perjuangan sehari-hari masyarakat. Setiap persen inflasi yang meningkat adalah suara jeritan rakyat yang terpinggirkan, yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka di tengah harga yang terus meroket. Dalam menghadapi gejolak harga pangan dan energi, tindakan proaktif dari semua pihak akan menentukan apakah kita bisa mempertahankan capaian inflasi yang telah diraih atau justru menghadapi lonjakan yang lebih tinggi. Inilah saatnya untuk tidak hanya berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk memastikan bahwa pertumbuhan tersebut menjangkau semua lapisan masyarakat.

Masa depan perekonomian kita terletak di tangan kita sendiri. Jika kita berani berkomitmen untuk berkolaborasi, mendengarkan suara-suara yang terpinggirkan, dan bertindak dengan ketegasan, kita akan mampu menciptakan fondasi yang kokoh untuk masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan. Ini adalah panggilan untuk bertindak: kita tidak bisa lagi berdiam diri dalam menghadapi ketidakpastian dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Setiap langkah yang diambil saat ini adalah investasi bagi generasi mendatang. Ketahanan dan stabilitas ekonomi bukanlah tujuan akhir, melainkan proses berkelanjutan yang memerlukan keterlibatan aktif dari semua elemen masyarakat. Dengan tekad dan kerjasama yang baik, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi perekonomian Indonesia, di mana setiap individu merasakan dampak positif dari pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.

 

Example 300250
Example 120x600