TEROPONGNEWS.COM, SORONG – Pariwisata tentu harus menjadi leding sektor unggulan untuk mengatasi pemanasan global. Di Papua Barat Daya sendiri memiliki ikon wisata yang mendunia yakni Raja Ampat.
Bukan nya Raja Ampat , pariwisata di Tambrauw, Maybrat, Sorong Selatan dan Kabupaten Sorong pun tentu memiliki potensi yang tidak kalah pula untuk dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata.
Hal ini menjadi topik utama diskusi dan sosialisasi yang dilakukan oleh dinas Pariwisata , Pemuda dan Olahraga provinsi Papua Barat Daya bersama stakeholder parawisata pada, Jumat (14/24) di Vega hotel Sorong.
Dalam sosialisasi itu Dinas pariwisata membahas tentang program berkelanjutan mengenai perkembangan parawisata.
Yusdi Lamatenggo selaku Kadis Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Barat Daya menuturkan berbicara tentang perkembangan pariwisata, maka banyak aspek yang di lihat salah satunya yaitu tentang perubahan iklim.
“Seperti yang kita ketahui bahwa isu tentang perubahan iklim ini sangat terkenal di dunia. Dari banyaknya informasi tentang perubahan iklim. Salah satu yang akan terkena dampaknya yaitu parawisata baik dampak terhadap lingkungan, terhadap usaha, maupun juga dampak terhadap pekerja dalam parawisata itu sendiri, ” ucap Yusdi Lamatenggo.
Guna mengatasi dampak lebih luas dari efek perubahaan iklim, Yusdi sampaikan dinas pariwisata telah merancang program – program untuk mengurangi dampak dari ilusi karbon terhadap pengembangan pariwisata.
“Kita berharap melalui inisiasi-inisiasi kecil, kita bisa bangun komitmen bersama dari seluruh stakeholder baik pemerintah, masyarakat, NGO, para pelaku usaha, media,dan juga perguruan tinggi untuk merancang inisiasi-inisiasi untuk melakukan program-program yang rama terhadap perubahan iklim, sehingga kedepannya melalui dukungan dari berbagai pihak kita akan mempromosikan Papua Barat Daya menjadi salah satu destinasi wisata di Indonesia yang ramah terhadap perubahan iklim, ” kata Yusdi menjelaskan.
Dinas pariwisata juga akan membuat trip-trip paket-paket wisata yang ramah lingkungan yang di dalamnya termasuk konten – konten dari inisiasi para pelaku-pelaku usaha wisata yang memasukkan unsur aktivitas untuk penyerapan karbon, contoh kecilnya seperti penanaman satu pohon mangrove yang di lakukan oleh wisatawan sebelum pulang, penggunaan kayaki, sepeda,dan semua jenis transportasi yang ramah lingkungan.
“Program ini akan mulai kita jalankan bulan ini. Untuk itu kita menjalankan sosialisasi, bulan Juli kita akan turun ke lapangan untuk mengambil data, melihat langsung kegiatan dan menghitung karbonnya. Sehingga bulan September nanti kita sudah punya buku atau catatan tentang paket-paket wisata di Papua Barat Daya yang akan kita promosikan ke dunia internasional. Kita ingin memperkenalkan bahwa kita adalah destinasi yang pro terhadap perubahan iklim, ” ucap Yusdi sembari menambahkan semua program ini bertujuan untuk membranding Papua Barat Daya menjadi destinasi yang ramah terhadap emisi karbon.
Reportase : Hesty