TEROPONGNEWS.COM, LANGGUR – Bupati Maluku Tenggara (Malra), M. Thaher Hanubun meletakkan batu pertama pembangunan gedung Gereja Karunia, Jemaat GPM Anugerah, Klasis Pulau-pulau Kei Kecil, Kota Langgur, Selasa (10/10/2023).
Dalam sambutannya, Bupati Malra, M. Thaher Hanubun mengatakan, gereja maupun masjid tidak mengenal batasan-batasan maupun perbedaan-perbedaan, yang seringkali menjadi alasan untuk hidup dalam Situasi tidak harmonis.
Gereja ataupun masjid diposisikan sebagai Rumah Allah, dimana menjadi tempat berhimpun sebagai satu keluarga.
“Acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Gereja Karunia, Jemaat GPM Anugerah yang pada hari ini kita selenggarakan, merupakan salah satu simbol harapan jemaat untuk memiliki satu bangunan gedung gereja yang representatif,” ujar dia.
Menurutnya, makna yang terkandung dari acara ini adalah kebersamaan, persaudaraan, dan solidaritas. Makna ini sungguh sangat positif, ketika orang-orang yang merasa bertanggungjawab atas pembangunan ini turut kemegahan gedung gereja, terkadang menjadi sumber penilaian manusia, namun itu bukanlah hal yang utama, tetapi bagaimana gereja ini melahirkan kualitas iman jemaat.
“Ini yang harus kita kejar bersama. Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara akan terus dan senantiasa mengawal visi untuk mengembangkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memupuk solidaritas antar umat beragama, di Kabupaten Maluku Tenggara,” kata Bupati.
Bupati mengaku, sejak dirinya dilantik pada tanggal 30 Oktober 2018, salah satu komitmen pemerintahan ini adalah, pembangunan dan penyelesaian sarana peribadatan baik Protestan, Katolik maupun Islam, dan sampai tahun 2024 akan cukup banyak sarana peribadatan yang sudah dapat diresmikan.
Dikatakan, jika pihaknya mencoba untuk merubah pola bantuan sarana peribadatan. Kalau dulu, biasanya bantuan pemerintah daerah untuk sarana dan prasarana peribadatan hanya sebesar Rp 50 juta. Hal itu tentunya sangat membebani panitia pembangunan.
“Bukan saja membebani panitia, tetapi juga umat, yang berdampak pada tidak terselesaikannya sarana peribadatan bertahun-tahun lamanya, bahkan ada yang puluhan tahun. Saat ini, pemerintah daerah menyelesaikan sarana peribadatan sekaligus sesuai dengan rekomendasi pimpinan umat seperti kalau Gereja Protestan, maka Ketua Klasis baik Kei Kecil maupun Kei Besar memberikan rekomendasi, gereja mana yang didahulukan untuk diselesaikan. Begitu juga rekomendasi Wakil Uskup bagi Gereja Katolik dan Ketua MUI bagi masjid,” pungkas Bupati.
Dia mengaku, pemerintah daerah ingin hadir ditengah-tengah umat, sehingga tak ada lagi proposal yang dibagi untuk Umat maupun jemaat.
Makna lain yang terkandung adalah, sebuah ungkapan hati guna memohon restu Tuhan dan para leluhur, untuk turut menjaga proses pembangunan tersebut.
“Pada banyak kesempatan, selalu saya sampaikan, bahwa adat, gereja dan pemerintah adalah tiga tungku yang menopang kehidupan masyarakat Kei, baik yang hidup di tanah Kei maupun yang merantau di luar,” imbuh dia.
Lebih lanjut Bupati menambahkan, keterlibatan ketiga unsur ini dalam menopang kehidupan masyarakat Kei, dapat memberikan jaminan keselarasan yang tentunya harus dilaksanakan secara benar dan sungguh-sungguh.
“Saya berharap Jemaat GPM Anugerah, hendaknya dapat menghayati kehadiran gereja ini sebagai satu kesatuan pribadi-pribadi jemaat, untuk menyuarakan kedamaian sejati yang membawa cinta bagi sesama,” harap Bupati.
Salah satu dasar dari kedamaian sejati adalah, hidup solider dengan sesama. Hormati kepelbagaian, Jangan mudah terprovokasi oleh isu -isu menyesatkan yang dapat menghancurkan kebersamaan. Perbedaan pendapat jangan menjadi alasan untuk tidak harmonis.
“Saya mengharapkan, agar sekiranya dalam pembangunan gedung gereja ini, kebersamaan hidup orang bersaudara lebih dikedepankan,” harap Bupati.