TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Pengembangan anak usia dini termasuk dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG) nomor empat, yaitu memastikan semua anak memperoleh akses terhadap layanan pengembangan dan perawatan anak usia dini yang berkualitas, serta pendidikan prasekolah sebagai persiapan masuk ke pendidikan dasar.
Berkenaan dengan hal tersebut, diskusi mengenai praktik baik transisi yang menyenangkan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD) sebagai upaya dalam mengakselerasi transformasi PAUD di Asia Tenggara menjadi salah satu pembahasan utama dalam Forum Pleno Dialog Kebijakan PAUD di ASEAN atau Southeast Asia Policy Dialogue on Early Childhood Care and Education (SEA PD on ECCE) yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di Jakarta, pada Selasa (25/7/2023).
Forum pleno yang terdiri dari tiga sesi tersebut membahas sejumlah tema terkait komitmen pembangunan dan transformasi PAUD di Asia Tenggara. Forum pleno sesi pertama mengangkat tema “Universal Child Care and Transition to Primary Education”. Pembicara terdiri dari Pelaksana tugas (Plt.) Direktur PAUD Kemendikbudristek, Komalasari; Mathias Urban dari Dublin University; dan Assistant Secretary for Curriculum and Instruction, Departemen Pendidikan Filipina, Alma Ruby C. Torio.
Forum pleno sesi kedua mengangkat tema “Early Childhood Care Education Teachers’ Workforce”. Jajaran pembicara terdiri dari Direktur Guru Pendidikan Anak Usia Dini Kemendikbudristek, Santi Ambarukmi; Fasli Jalal dari Universitas YARSI Indonesia; Marek Tesar dari University of Auckland, Selandia Baru; dan Direktur The Southeast Asian Ministers of Education Organization Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Vina Adriany.
Tema forum pleno sesi ketiga “Advancing the ECCE Agenda in SEA: The Rule of Different Actors” menghadirkan pembicara Roger Yap Chao Jr., Education Youth and Sport Division, Sekretariat ASEAN; Head of ECED Tanoto Foundation, Eddy Henry; Regional Education Adviser UNICEF EAPRO, Mitsue Uemura; Citra Persada dari HIMPAUDI Pusat; dan Board of Director Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC), Sheldon Schaeffer.
Pada forum pleno sesi pertama, Plt. Direktur PAUD Kemendikbudristek, Komalasari, menjelaskan mengenai miskonsepsi pada jenjang PAUD, salah satunya berkenaan dengan keharusan pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung (calistung) pada anak usia dini. Kemendikbudristek telah berkomitmen untuk mengatasi miskonsepsi tersebut, salah satunya terwujud dengan peluncuran Merdeka Belajar episode 24, yakni Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan. Melalui kebijakan tersebut, Kemendikbudristek mendorong transisi PAUD ke SD yang berjalan dengan mulus dan proses belajar mengajar di PAUD dan SD kelas awal menjadi selaras dan berkesinambungan. “Setiap anak memiliki hak untuk dibina agar mendapatkan kemampuan pondasi yang holistik. Bukan hanya kognitif melainkan juga kematangan emosi, kemandirian, kemampuan berinteraksi, dan lainnya,” ujar Komalasari.
Dalam forum pleno yang sama, Assistant Secretary for Curriculum and Instruction, Departemen Pendidikan Filipina, Alma Ruby C. Torio, menyampaikan praktik baik mengenai transisi PAUD ke SD di Filipina melalui paparannya yang berjudul “Universal Child Care and Transition to Primary Education”. Ia mengatakan, anak merupakan salah satu aset terpenting bangsa, begitu pula di Filipina. Departemen Pendidikan Filipina memiliki sebuah program yang disebut dengan Agenda MATATAG yang berpusat pada peserta didik. Program tersebut memiliki keselarasan dengan program Merdeka Belajar Kemendikbudristek.
Empat agenda MATATAG yang juga diterapkan dalam transisi PAUD ke SD antara lain: (a) membuat kurikulum yang relevan untuk menghasilkan anak yang produktif, aktif, dan bertanggung jawab; (b) mengambil langkah untuk mengakselerasi dan menyampaikan dasar-dasar pelayanan pendidikan dan menyediakan fasilitas; (c) melindungi peserta didik dengan mengutamakan kesejahteraan, pendidikan yang inklusif, dan menyediakan lingkungan yang positif; serta (d) mendukung peningkatan kompetensi guru agar dapat mengajar dengan lebih baik.
“Kami berupaya agar setiap murid, terlepas dari latar belakang mereka, dapat mengakses pendidikan yang berkualitas dari masa PAUD sehingga pada 2030 tidak ada murid Filipina yang tertinggal,” ucap Alma Ruby.
Pada forum pleno sesi kedua, perwakilan dari University of Auckland, Marek Tesar menerangkan melalui paparannya yang berjudul “Early Childhood Teachers Workforce: Nurturing the Future” bahwa kurangnya apresiasi terhadap guru dapat menyebabkan kekacauan di seluruh dunia. Isu-isu kontemporer terkait pendidikan anak usia dini meliputi upah guru yang rendah, kurangnya kesempatan peningkatan kemampuan secara profesional, aspek kelelahan dan stres, ketidaksetaraan gender dalam peran kepemimpinan, serta kesenjangan ras dan etnis.
Lebih lanjut, ia menjelaskan sejumlah rekomendasi inisiatif untuk mengatasi isu-isu tersebut, antara lain advokasi untuk keadilan serta alokasi pendanaan yang cukup bagi guru, melakukan intervensi yang berfokus pada pendidikan awal, melakukan inovasi pedagogi, serta berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas. “Kami bekerja sama dengan serikat guru dan SEAMEO CECCEP dalam pemenuhan hak-hak anak atas lingkungan belajar yang baik agar anak-anak dapat menjadi pelajar sepanjang hayat,” jelas Marek.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur SEAMEO CECCEP, Vina Adriany mengungkapkan bahwa pelatihan guru seringkali didasarkan pada kekurangan guru dan model pembelajaran yang disusun dengan kurang mempertimbangkan aspek-aspek sosial dan budaya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai dan tidak hanya berfokus pada satu pakem yang dominan saja.
“Saya bersama dengan SEAMEO CECCEP selalu melihat dan mempertimbangkan suara-suara guru dengan berusaha memberikan pelatihan yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan penyegaran dan memutakhirkan kemampuan mereka,” ungkapnya. Ia menambahkan, melalui pelatihan, guru juga dapat memiliki ruang solidaritas, bertemu dengan guru lain dan saling bertukar pandangan, serta mengevaluasi praktik baik mengajar mereka satu sama lain.
Pada forum pleno sesi ketiga, Assistant Director Education, Youth, and Sport Division, Sekretariat ASEAN, Roger Yap Chao Jr., menyampaikan bahwa pendidikan anak usia dini dengan akses yang berkeadilan menuju pendidikan berkualitas merupakan salah satu poin utama dalam rencana kerja ASEAN di bidang pendidikan tahun 2021-2025. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mendukung dan memperkuat rencana kerja tersebut adalah dengan memprioritaskan pendidikan dini yang terintegrasi dan holistik bagi anak.
Roger menambahkan, peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini sebaiknya tidak hanya dilakukan sendiri-sendiri oleh setiap negara. Diperlukan kerja sama yang inklusif dengan berbagai pihak. Selain itu, juga perlu keseriusan dalam bentuk ketersediaan anggaran untuk melaksanakan program berkualitas bagi pendidikan anak usia dini. “Tidak kalah penting, diperlukan juga peningkatan kapasitas bagi orang tua untuk dapat terus terkoneksi dengan anak. Karena dengan membangun pendidikan anak usia dini, kita membangun fondasi yang kuat bagi generasi muda untuk dapat hidup di tengah di masyarakat global,” ujarnya.
Dalam forum pleno tersebut, Head of ECED Tanoto Foundation, Eddy Henry menyampaikan melalui paparannya bahwa Indonesia perlu melakukan analisis lebih lanjut untuk mengungkap isu-isu spesifik yang berkenaan dengan kesenjangan dalam upaya menguatkan pengembangan pendidikan anak usia dini. Beberapa isu tersebut antara lain pemenuhan gizi dan nutrisi untuk anak, praktik pola pengasuhan, dan akses terhadap pendidikan berkualitas.
Menurutnya, mengembangkan ekosistem yang efektif bagi pendidikan anak usia dini akan terwujud dengan kolaborasi oleh berbagai pihak. Selain pemerintah, ada organisasi-organisasi yang berperan penting agar masyarakat dapat menerima kebijakan secara utuh. Organisasi-organisasi tersebut adalah organisasi finansial, organisasi yang mengimplementasikan, dan organisasi pendukung. “Kolaborasi ini perlu dijalankan. Misalnya jika ingin menjangkau masyarakat di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, perlu media yang membantu penyebarluasan informasi,” tutur Eddy.
SEA PD on ECCE dihadiri oleh para menteri pendidikan dari negara-negara anggota ASEAN, perwakilan UNESCO, perwakilan Sekretariat ASEAN, The Southeast Asian Ministers of Education Organization Centre for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP). Forum Pleno SEA PD on ECCE juga mengundang tenaga ahli, mitra pembangunan, organisasi internasional dan organisasi non-pemerintahan di bidang PAUD, seperti Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC) dan Tanoto Foundation.