TEROPONGNEWS.COM, RAJA AMPAT – Parawisata Raja Ampat Provinsi Papua Barat Daya terkesan tertinggal hal ini di karenakan pelaku usaha home stay menolak Kehadiran Hotel Bintang 5 (lima) di daerah yang di kenal sebagai pusat segitiga karang dunia itu.
Kepada media ini, salah satu pelaku usaha parawisata yang juga sebagai Sekretaris Yayasan Mentansan Nusantara Raja Ampat, Cristine Natalia Wijaya, S.Si, Sabtu (01/07/2023) mengatakan salah satu penyebab pariwisata Raja Ampat saat ini tertinggal adalah pengelola home stay menolak kehadiran Hotel berbintang di Raja Ampat.
“Mengapa tempat wisata terindah di dunia ini tertinggal..? Dari informasi yang kami dapat, pelaku usaha home stay di Raja Ampat menolak kehadiran Hotel Berbintang di Raja Ampat,” ujarnya.
Cristine menjelaskan alasan pelaku usaha menolak kehadiran Hotel bintang di Raja Ampat karena jika Hotel Berbintang beroperasi maka home stay di wilayah ini sebut tidak berkembang.
“Alasannya, jika hotel berbintang beroperasi di waisai maka home stay di wilayah akan tidak berkembang,” lanjut Cristine.
Menurut alumni Fakultas Bioteknologi Program Studi Biologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogjakarta itu ketika Kabupaten Raja Ampat siap menerima parawisata dalam skala besar masa tidak di pungkiri bahwa wisatawan baik lokal maupun manca negara datang dalam skala yang besar.
“Ketika kita di Raja Ampat menerima yang namanya Mass tourism (wisata dalam jumlah besar red) maka tamu yang datang juga dalam skala yang besar,” kata Cristine.
Istri dari Direktur Yayasan Mentansan Nusantara Raja Ampat Alfred L. Mentansan ini menjelaskan wisatawan baik lokal maupun manca negara yang datang untuk berwisata tidak semuanya bisa menginap di hotel berbintang. Ia mengatakan sebagian para wisatawan akan menginap di home stay masyarakat.
“Tidak semua tamu baik lokal maupun manca negara menginap di hotel bintang, pasti saja ada yang menginap di home stay,” bebernya.
Lebih lanjut, Sekretaris Yayasan Mentansan Nusantara Raja Ampat, Cristine Natalia Wijaya, S.Si mengatakan wajah pertama parawisata masuk Waisai Raja Ampat adalah pelabuhan, dan pantai WTC, menurut pelaku parawisata ini setiap wisatawan yang datang ke Raja Ampat pasti berkunjung ke pantai WTC, namun jika pantai yang perna dijadikan sentral kegiatan Sail Raja Ampat Tahun 2014 ini di biarkan dan terkesan tidak terurus.
“bagaimana banyak tamu yang mau datang ke pantai WTC, apabila pantai tersebut tetap kotor akibat sampah dan terkesan tidak terurus,” ucap Cristine.
Wanita berdarah China yang saat ini fokus untuk peningkatan pendidikan di Raja Ampat melalui Yayasan Mentansan Nusantara Raja Ampat ini menyebut para tamu yang datang terutama tamu manca negara ketika berkunjung ke Waisai Raja Ampat, mereka menginginkan wajah Papua yang hadir dengan tarian tradisional.