TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Aktivis dan pegiat media sosial dr. Eva Sri Diana Chaniago menyebut rezim pemerintah Joko Widodo (Jokowi) telah gagal membuat Indonesia menjadi negara yang sejahtera, aman, damai, dan sentosa.
Maka itu, dirinya mengaku pada Pilpres 2024 mendatang akan mendukung calon presiden yang beda dengan barisan yang diusung rezim. Dokter Eva merasa selama dua periode Jokowi berkuasa justru membuat rakyat morat-marit.
“Kehidupan makin sulit 10 tahun terakhir ini, rakyat saling sindir dan saling maki. Alih mendamaikan, malah ada buzzerRp. Lebih banyak dirasa pencitraan daripada fakta di lapangan. Kejahatan dan korupsi semakin tinggi,” kata dia dikutip dari akun Twitter @DrEvaChaniago di Jakarta, Sabtu (8/4/2023).
Menurut dia, jika mengharapkan pada perubahan, maka harus ada perbedaan. Bagi dr. Eva, karena dengan perbedaan maka akan ada dua kemungkinan perubahan yang terjadi, yakni menjadi lebih baik atau justru lebih buruk.
“Tapi paling tidak kita sudah coba untuk merubahnya. Daripada pasrah, maka akan tetap pada keadaan sama bahkan cenderung juga menjadi lebih buruk,” katanya.
Dia melanjutkan, agar perubahan menjadi lebih baik, maka dirinya mengajak masyarakat harus lebih jeli dan hati-hati dalam memilih pemimpin, jangan sampai cerita Pilpres 2019 terulang lagi.
“Insya Allah saya akan konsisten memilih capres yang beda barisan dengan rezim. Semoga ada calon di hati yang mewakili pada Pilpres 2024 nanti. Capres yang kelak membawa Indonesia jadi lebih baik, aman, damai, adil & sejahtera,” ucapnya berharap.
Dia tidak memungkiri mengenai pendapat pribadinya ini akan menuai pro dan kontra di masyarakat. Dokter Eva mengisyaratkan akan mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024 mendatang, karena dirinya mendukung gerakan perubahan.
“Namun, kita tetap harus saling menghormati karena kita harus memulai dari kini akan tetap jadi saudara, mengutamakan persatuan, walau beda pandang dan pilihan. Mari mendukung pilihan masing-masing, tanpa ada kebencian dan caci maki, tetap dengan akal sehat. Salam Perubahan,” kata dr. Eva Sri Diana Chaniago.