TEROPONGNEWS.COM, AMBON – Kebijakan pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dengan QR Code di SPBU, ternyata banyak mengalami kendala di lapangan, khususnya bagi sopir angkutan kota (angkot).
Sekretaris Asosiasi Sopir Angkot Kota Ambon (ASKA), E. Singkery mengaku, para sopir angkot tidak merasa nyaman dengan sistem tersebut, lantaran selain terkendala jaringan, terkadang jatah pengisian BBM bagi mereka sudah habis sebelum digunakan.
“Terkadang saat kita mengisi Pertalite, maka dikatakan oleh petugas SPBU bahwa sudah melebihi jatah 60 liter/hari. Tapi kenyataannya, kita belum menggunakan jatah tersebut sama sekali. Apakah ini terjadi kebocoran,” kata dia kepada wartawan, di Ambon, Jumat (24/2/2023).
Sementara itu, PJ Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena mengatakan, digitalisasi dalam pelayanan SPBU adalah hal tidak bisa dihindari, karena pada dasarnya kebijakan secara nasional tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat. Namun apabila terjadi hal-hal yang disampaikan perwakilan ASKA, maka dapat disinyalir terjadi kebocoran data pribadi.
“Ada dua kemungkinan, yaitu terjadi double QR Code, tapi mungkin juga penyimpangan yang terjadi oleh oknum di SPBU. Ini dugaan kita yang harus ditertibkan,” tegas dia.
Terhadap masalah-masalah tersebut, Wattimena berharap, Pertamina dapat melakukan pengawasan terhadap SPBU-SPBU yang ada di Kota Ambon.
Sedangkan Sales Branch Manager Pertamina Maluku, Wahyu Purwatmo menjelaskan, pihaknya terus berbenah, terkait program subsidi BBM tepat sasaran dengan digitalisasi SPBU.
“Pertamina terus berbenah, khususnya untuk masalah jaringan dengan koordinasi bersama Telkom dalam digitalisasi SPBU, dan per hari ini jaringan dapat beroperasi dengan normal,” ujarnya.
Diakui, pendaftaran registrasi untik pembelian lewat QR Code terus dilakukan, namun konsumen yang belum terdaftar juga masih dapat dilayani, dalam pembelian BBM subsidi jenis Solar dan Pertalite di SPBU.
Kepala Dinas Kominfo dan Persandian Kota Ambon, Joy Adriaansz mengusulkan, agar QR Code untuk pembelian BBM harusnya tidak boleh statis, namun random atau berubah setiap pengisian.
“Disarankan agar QR Code dapat dibuat random pada aplikasi Smartphone, untuk menghindari kecurangan penggunaan QR Code. Selain itu, tidak ditempelkan di mobil, guna menghindari penyalahgunaan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab,” sarannya.
Lebih lanjut Adriaansz menegaskan, pihak SPBU juga harus memberikan sanksi tegas, apabila ada petugasnya yang melakukan kecurangan.