Berita

BBM “Urat Nadi” Perekonomian Masyarakat Raja Ampat

×

BBM “Urat Nadi” Perekonomian Masyarakat Raja Ampat

Sebarkan artikel ini
Tambatan perahu atau longboat milik warga di muara Kali Waisai Raja Ampat. Foto Wim/TN

TEROPONGNEWS.COM, RAJA AMPAT-
Kabupaten Raja Ampat Papua Barat merupakan daerah kepulauan, memiliki kurang lebih 1.411 pulau yang terdiri dari 80 persen lautan dan 20 persen adalah daratan.

1068
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Perairan yang kaya menyediakan sumber kehidupan, makanan dan mata pencaharian bagi sekitar 50.000 penduduk yang tersebar di 117 kampung pada 24 distrik (kecamatan) dan juga memberikan perlindungan serta tempat berteduh bagi masyarakat lokal selama musim angin.

Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi masyarakat lokal di Raja Ampat adalah “Urat Nadi” atau tumpuan kebutuhan hidup, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kepulauan maupun kawasan pesisir. Jauh dari ibukota kabupaten Raja Ampat di Waisai.

Berkutat dengan mesin tempel 40 Pk, Derek Mambrasar, warga kampung Der distrik Kofiau kabupaten Raja Ampat, siap-siap melajukan longboatnya menerjang ombak, menembus angin Utara menuju kampung halamannya. Waktu itu, pada 25 September 2021 lalu.

Bersama seorang kerabat dekatnya Derek, serta barang muatan hasil belanjaan kebutuhan sehari-harinya di kota Waisai, kemudian dibungkus dengan terpal mengantisipasi agar tidak basah terkena air hujan maupun air laut yang masuk ke dalam longboatnya. Diperkirakan dirinya akan menempuh waktu selama tiga jam perjalanan laut sampai tiba di kampung halamannya di Der Kofiau, dari Waisai ibukota kabupaten Raja Ampat.

“Laut mungkin agak sedikit bergelombang, angin Utara. Jadi Katong (kami) nanti tiba di kampung sedikit terlambat,” ujarnya seraya memastikan selang minyak dari mesin tempel ke jerigen berisi BBM aman tanpa kendala.

Ia pun menuturkan, ketika itu pada 25 September 2021 lalu, di kota Waisai Raja Ampat, terjadi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite maupun Premium selama kurang lebih satu Minggu.

Tidak hanya terjadi kelangkaan di SPBU, melainkan juga terjadi kekosongan di pangkalan-pangkalan BBM, tempat dimana masyarakat membeli minyak untuk transportasi pulang pergi dari kota Waisai ke kampung-kampung yang ada di kawasan pesisir.

“Tadinya katong harus tiba di kampung hari itu juga (25 September 2021) tapi karena trada (tidak) BBM di satu kota Waisai ini, makanya katong tatahan (tinggal) empat hari di Waisai. Waktu itu cari BBM susah,” terang Derek.

Memang benar apa yang diungkapkan Derek, ketika itu seluruh kota Waisai terjadi kelangkaan BBM Premium maupun Pertalite.

Akibatnya banyak aktifitas transportasi laut maupun darat sempat terhambat, terutama masyarakat yang akan balik ke kampung halaman, maupun sebaliknya dari kampung ke Waisai.

Setelah ditelusuri, ternyata penyebab terjadinya kelangkaan BBM di Raja Ampat diakibatkan karena kapal yang membawa BBM dari Terminal BBM Sorong untuk disalurkan ke tiga lembaga penyalur di kota Waisai terkendala teknis, sehingga terjadi keterlambatan.

Begitulah pentingnya Bahan Bakar Minyak untuk masyarakat kabupaten Raja Ampat, yang semata-mata hanya mengandalkan moda transportasi laut untuk berpergian kemana-mana, termasuk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga termasuk mata pencaharian masyarakat yang mayoritasnya adalah nelayan.

Pelabuhan Falaya di kota Waisai Raja Ampat, tempat berlabuh Speedboat yang biasanya melayani wisatawan ke spot-spot wisata. Foto Wim/TN

Selain itu juga, pentingnya BBM untuk menunjang Pariwisata di kabupaten Raja Ampat. Dimana tujuan wisata ke sejumlah spot yang menjadi primadona di Raja Ampat harus menggunakan Speedboat dengan tenaga mesin yang cukup besar. Itu pun membutuhkan BBM yang tidak sedikit.

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun para pelaku usaha wisata di Raja Ampat, maka pemerintah Raja Ampat tidak tinggal diam, dan kemudian mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) Raja Ampat Nomor: 17 Tahun 2018 tentang Penyedian, Pendistribusian dan Harga Jual Eceren BBM di Raja Ampat.

Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati, berharap dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati tersebut, maka akan membantu memudahkan masyarakat memperoleh BBM dengan harga yang murah.

Selain itu atas kerjasama dengan Pertamina, sehingga hadirlah titik BBM Satu Harga dan beroperasi di pulau Misool tepatnya di kampung Waigama Misool Utara.

Alasan dibentuknya Titik BBM Satu Harga di Misool karena dilihat dari letak wilayah dan geografis Kabupaten Raja Ampat yang terdiri dari gugusan pulau pula yang menjadi salah satu faktor penyebab distribusi BBM di wilayah ini menjadi cukup menantang, sehingga membutuhkan campur tangan Pertamina demi memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat di sana.

Komisaris Independen PT Pertamina (Persero), Iggi Haruman Achsien ketika meninjau salah satu SPBU di Waisai ibukota kabupaten Raja Ampat. Foto humas Pertamina.

Hadirnya Komisaris Independen PT Pertamina (Persero), Iggi Haruman Achsien di Waisai ibukota kabupaten Raja Ampat baru-baru ini, berharap agar masyarakat Kabupaten Raja Ampat selalu menggunakan BBM ramah lingkungan seperti produk-produk pertaseries.

Ia pun berkesempatan melakukan Management Walkthrough (MWT) ke fasilitas SPBU yang berada di Waisai. Kunjungan ini untuk memastikan penyaluran operasional berjalan lancar, dan stock kebutuhan terjaga pasca pertumbuhan ekonomi mulai berangsur pulih.

Lokasi yang dituju, yakni SPBU 86.98413 yang terletak di Jalan Kimindores, Kelurahan Sapurdanco, distrik Waisai Kota. Dilengkapi dengan 3 tangki timbun dengan kapasitas 15KL dan memiliki 2 dispenser dengan 2 nozzle untuk produk Pertalite dan Solar.

“Kegiatan ini menjadi sarana komunikasi antara manajemen dan mitra lembaga penyalur, sekaligus kepada konsumen dalam memberikan masukan agar pelayanan yang diberikan selalu maksimal dalam melaksanakan tugas penyaluran energi kepada masyarakat,” terangnya.

Diketahui, untuk pola supply BBM yang akan dibawa ke Kabupaten Raja Ampat, berasal dari Fuel Terminal Sorong menggunakan mobil tangki. Kemudian menggunakan moda laut dengan lama 7 jam perjalanan menuju Raja Ampat.

“Supply BBM harus selalu terpenuhi tepat waktu dan terschedule dengan baik agar roda perekonomian masyarakat tidak terhambat,” ujar I Made Ega Sanjaya, Sales Branch Manager Papua Barat.

Ia pun himbau kepada masyarakat Raja Ampat, saat ini seluruh fasilitas SPBU waisai dalam keadaan optimal, jika ada kebutuhan informasi lebih lanjut terkait operasional Pertamina di wilayah Papua Barat, masyarakat dapat menghubungi Kontak Pertamina 135 atau menggunakan aplikasi mypertamina.