TEROPONGNEWS.COM, BANDUNG – Cawapres nomor urut 3 Mahfud Md mengingatkan masyarakat agar jangan memilih dalam Pemilu 2024 karena menerima uang atau money politic. Pandangan lain, Mahfud menilai money politic sebagai rezeki namun ketika memilih menggunakan hati nurani.
“Iya, jangan milih karena dikasih uang, money politic. Money politic-nya diambil aja, itu kan rezeki, apalagi kalau disedekahkan lagi ke orang lain,” tutur kata Mahfud di Pondok Pesantren Sirnamiskin, Bandung, Sabtu (16/12/2023).
Mahfud juga bicara soal jika ada pihak yang menekan untuk memilih calon tertentu, menurut Mahfud di-iya-kan saja untuk menghindari konflik
Soal money politic yang diterima masyarakat, menurut Mahfud dapat menjadi sedekah ketika diberikan kepada orang lain. Namun, bisa menjadi dose jika diterima dan dinikmati sendiri.
“Tapi pada saat pencoblosan pilihan hati nurani agar dapat dua pahala ya kan? Kalau ikut hati nurani dapat pahala, kemudian money politic-nya yang diberikan disedekahkan lagi, kan dapat dua pahala,” ujar Mahfud.
“Tapi kalau money politic-nya diambil dimakan sendiri nggak apa-apa itu dosa, tetapi kalau nanti memilih sesuai dengan bisikan hati pahalanya sama dosanya impas,” imbuhnya.
Puji Diri Sendiri
Dalam kesempatan ini, Mahfud menyampaikan tidak pernah memuji-muji dirinya dan pasangannya Ganjar Pranowo.
“Saya tidak ingin membaik-baikkan diri. Kata orang Belanda orang memuji diri sendiri itu bau, orang memuji diri sendiri itu tidak baik. Oleh sebab itu, saya tidak akan memuji bahwa yang terbaik itu Ganjar dan Mahfud,” ucap Mahfud.
Kemudian Mahfud meminta para relawan untuk mengajak masyarakat melihat rekam jejak para calon pemimpin bangsa. Dia mengajak untuk tidak hanya melihat janji yang disampaikan dalam kampanye.
“Tetapi Saudara baca sendiri, beri tahu masyarakat kalau mau menilai orang baik atau tidak itu bukan mendengarkan kampanyenya, bukan hanya membaca berita-beritanya yang sekarang, tetapi baca track record-nya. Track record perjalanan hidup seseorang itu lah yang harus dibicarakan,” ujar Mahfud.
Mahfud menilai banyaknya janji yang diberikan tidak berlaku tanpa melihat rekam jejak. Dia mengajak untuk melihat bukti nyata yang telah dilakukan para calon, terlebih mengenai keberanian maupun ketegasan.
“Kalau orang sekarang mau janji a, b, c, d, padahal di masa lalu punya kesempatan, tidak pernah melakukan hal yang dia janjikan padahal dulu itu bisa, berarti dia bohong. Saya mau memberantas korupsi padahal dia sendiri pernah terlibat kasus korupsi berarti dia bohong,” ungkap Mahfud.
“Saya mau memberantas korupsi tetapi dia membiarkan korupsi terjadi berarti dia itu bohong. Oleh sebab itu track record masa lalunya orang ini bersih apa nggak, berani apa tidak, tegas apa tidak, itu yang harus dibaca,” pungkasnya. (Khairil Huda)