TEROPONGNEWS.COM, BANDUNG – Bergerak untuk sampah Arcamanik Terpadu (Be Smart), menjadi salah satu upaya Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung secara optimal menangani sampah dari hulu. Gerakan ini telah dimulai sejak Agustus 2023.
Camat Arcamanik, Willi Yudia Laksana mengaku, dari 54 RW di Kecamatan Arcamanik, sudah ada 23 RW yang menjadi Kawasan Bebas Sampah (KBS).
“Sudah 42 persennya KBS. Para ketua RW sepakat mewujudkan KBS. Bahkan, bekerja sama lintas RW,” ungkap Willi kepada wartawan, di Kantor Kecamatan Arcamanik, Rabu (1/11/2023).
Ia juga menyebutkan, dalam sehari sampah di Arcamanik bisa mencapai 21 ton. Sampah-sampah tersebut berasal dari 4 kelurahan, yang dikumpulkan dari 8 TPS.
“Di Arcamanik terdiri dari 54 RW, 290 RT, 81.206 jiwa, dan 18.771 unit rumah. Warga membuang sampah ke 8 TPS,” ucapnya.
Beberapa upaya yang telah dijalankan untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA, diantaranya membuat galian lubang di beberapa lokasi.
Ada 51 lubang galian di tanah, yang bertujuan untuk menampung sementara sampah organik, dan daun di masa darurat sampah pada periode awal. 51 lubang sampah ini volumenya bisa mencapai 6 ton 720 kg.
“Selain itu, kami juga rutin sosialisasi ke 41 komplek perumahan di Arcamanik secara terjadwal. Sampai saat ini sudah 4 periode berjalan,” ungkapnya.
Temuan di periode I (2-8 Oktober 2023), tercatat 3.105 unit rumah yang telah disosialisasikan. Ternyata sebanyak 35,94 persen sudah melakukan pemilahan sampah dari rumah.
Kemudian di Periode II (9-15 Oktober 2023), ada peningkatan penjangkauan hingga 3.628 unit rumah. Sebanyak 46 persen telah memilah sampah.
“Di periode III (16-22 Oktober 2023) total rumah yang sudah kita sosialisasikan pemilihan sampah itu 4.021 unit, sudah ada 45 persen yang pilah sampah. Periode IV (23-29 Oktober 2023) ada 4.494 unit rumah, yang 49,84 persen diantaranya sudah memilah sampah. Ini terus berprogres sampai akhir Desember,” jelasnya.
Melalui gerakan Be Smart ini, pihak kewilayahan juga melengkapi sejumlah sarana prasarana pengelolaan sampah di masing-masing perkantoran.
Misalnya loseda, rumah komposter, lubang sampah organik, serta pembiasaan perilaku baru dengan pengurangan bahan, atau wadah minuman makanan sekali pakai menjadi tumbler atau misting.
“Kami juga menyiapkan sebuah instalansi pengolahan sampah di halaman depan kantor Arcamanik. Ini kami jadikan laboratorium pengolahan sampah sebagai sarana edukasi untuk ASN, non ASN dan masyarakat umum,” papar Willi.
Di sana terdapat fasilitas mesin penggiling sampah organik, maggot, komposter bag, drumpori, dan pemilahan sampah anorganik. Dalam sehari, maggot bisa menyelesaikan sampah organik sebanyak 25 kg.
“Kita sudah melakukan ini selama 2 pekan. Sampah organik di warga juga kita kumpulkan, sebanyak 15 kg dari 20 KK yang diuji coba. Hampir 250 kg sampah organik bisa kita selesaikan dalam 2 pekan dengan maggot,” paparnya.
Willi menambahkan, total anggaran untuk penanganan sampah di Kecamatan Arcamanik tahun ini mencapai Rp928 juta. Dana tersebut sebagian digunakan untuk menambah kebutuhan mesin cacah organik skala kelurahan di 4 kelurahan.
“Sedang proyeksi anggaran sampah di tahun 2024 mencapai Rp853 juta,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga terus melakukan penjagaan TPS di Arcamanik. Sistemnya patroli di waktu rawan. Penjagaan TPS terkendali dengan pagar dan spanduk.
“Kita juga tegaskan cuma residu yang boleh dibuang ke TPS. Kemarin kita juga menemukan seorang pelanggar. Tertangkap tangan yang bersangkutan membuang media filter air. Penegakan hukum baru sebatas teguran, melalui surat pernyataan dari pelaku,” tegas dia.
Sementara itu, Ketua Harian Satgas Penanganan Darurat Bencana Sampah Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan, ia telah mensosialisasikan, dan memantau penanganan sampah di 15 kecamatan.
“Ada 27 TPS masih overload. Sekarang masih berproses untuk pengangkutan. Ada 37.000 ton sampah yang belum terangkut dan ini masih bercampur,” terang Ema.
Ia juga menyebutkan, zona 1, 2, dan 3 di TPA Sarimukti sudah tidak ada titik api. Zona 4 pun mendekati selesai. Namun, tidak bisa difungsikan normal seperti dulu.
“Kuota kita dibatasi 50 persen. Sekarang kita cuma dikasih 120 rit. Makanya sekarang kita coba upayakan sampah selesai di hulu. Sudah tidak boleh lagi, maka kita melakukan cara-cara lama,” tegasnya.
Apalagi sekarang Kota Bandung akan memasuki musim hujan, dan berpotensi membuat sampah hanyut dan menyumbat drainase.
“Sampah yang kita prioritaskan untuk diangkut sekarang itu yang ada di sisi jalan. Lalu sampah yang sudah lama tidak diangkut dan sampah pasar,” tuturnya.
Selain itu, Pemerintah Kota Bandung terus mengevaluasi kinerja penanganan sampah di tiap kluster, mulai dari pendidikan, fasilitas kesehatan, hotel, kafe, restoran, tempat pariwisata, hingga kewilayahan.
“Jika ada success story di RW, sebarkan hal inspiratif itu ke RW lainnya. Agar semakin banyak yang terinspirasi untuk belajar mengolah sampah,” harap Ema.