TEROPONGNEWS.COM,SORONG – Kampung Maladuk, Rabu, 04 Oktober 2023. Terik matahari sangat menyengat, tak ada hembusan angin yang menyejukkan udara menyebabkan kulit terasa terbakar.
Tampak beberapa rumah yang pintunya tertutup, sesekali warga lalu lalang di jalanan kampung Maladuk . Suasananya sungguh tenang bahkan bisa dikatakan sunyi. Itulah kondisi Kampung Maladuk, wilayah ring 1 Pertamina EP Papua Field Zona 14 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream.
Saat melewati beberapa rumah, tampak satu atau dua warga yang tengah beraktivitas di teras rumah, sekedar menyapu atau mengambil air bersih dari keran yang ada di halaman rumah.
Pandangan saya tertuju pada seorang wanita paruh baya mengenakan baju kaos putih dan celana pendek selutut berwarna hitam.
Wanita itu keluar dari sebuah rumah kayu, dengan menenteng ember kosong berwarna hitam. Tampaknya untuk mengambil air di halaman rumahnya. Ia bergegas menuju keran pipa air bersih di depan rumahnya, dengan harapan air mengalir dan embernya bisa terisi penuh.
Saya mendekatinya, tersenyum seraya menyapa. Wanita paruh baya itu menyambut dengan ramah, dan Kami pun berkenalan. Namanya, Antonia Thesia berusia 66 tahun. Mama Antonia begitu selanjutnya saya memanggilnya. Mama Antonia bercerita selama ini warga Kampung Maladuk kesulitan mendapatkan air bersih.
Sebelum adanya aliran air bersih yang diberikan Pertamina dalam program CSR nya, Mama Antonia dan warga kampung lainnya hanya mengandalkan air sungai yang terbilang sangat keruh untuk kebutuhan sehari-hari .
Bisa dikatakan air sungai itu sangat tidak layak untuk digunakan sebagai air mandi, mencuci, kakus dan lainnya. Selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan masak dan air minum. Miris, itulah kondisi yang mereka alami selama ini.
Sebelum adanya aliran air bersih yang diberikan Pertamina dalam program CSR nya, Mama Antonia dan warga kampung lainnya hanya mengandalkan air sungai yang terbilang sangat keruh untuk kebutuhan sehari-hari .
Bisa dikatakan air sungai itu sangat tidak layak untuk digunakan sebagai air mandi, mencuci, kakus dan lainnya. Selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan masak dan air minum. Miris, itulah kondisi yang mereka alami selama ini.
Siput itu dimasukkan ke dalam drum berisi air untuk proses penjernihan. Proses penjernihan yang memakan waktu dari pagi hingga sore hari itu menjadi pilihan bagi warga Maladuk yang ingin mendapatkan air bersih.
Selain bertemu dengan Mama Antonia, saya bertemu Kepala Kampung Maladuk, Selviana Kondologit yang menjealskan cara mendapatkan air bersih dengan cara tradisional.
Selviana mengatakan sebelum ada air bersih dari metode sedimentasi, masyarakat menggunakan cara tradisional dengan menggunakan cangkang siput yang dimasukan ke dalam drum berisi air sungai. Proses penjernihan menggunakan cangkang siput ini membutuhkan waktu beberapa jam, sekira 6-12 jam.
Selviana pun mengajak saya dan kawan-kawan ke tempat lokasi penampungan sedimentasi air. Sembari memperlihatkan bak air yang dicat warna biru. Saat ini, kata Selviana, belum semua rumah warga teraliri air bersih. Untuk itu, ia sedang berupaya agar semua rumah bisa mendapatkan air bersih menggunakan pendanaan dari pemerintah melalui dana kampung. Ia yakin dengan alokasi dana kampung sebesar Rp65 juta pertahun, mampu untuk mengalirkan air bersih ke setiap rumah warga. Target awalnya, 50 rumah warga harus sudah bisa mendapatkan fasilitas air bersih tersebut.
Sebagai pimpinan periode kedua di kampung Maladuk, Selviana merasa bersyukur dengan adanya bantuan dari Pertamina. Oleh karena itu, ia akan selalu mendukung program-program Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina berdampak positif bagi warganya.
Harapan warga menjadi catatan yang harus direalisasikan Pertamina melalui program CSR yang harus menyentuh langsung kepada masyarakat wilayah ring 1.
Ditemui secara terpisah, Hariyanto, selaku Communication, Relation & CID PEP Papua Field Pertamina mengatakan bahwa Program CSR tersebut sudah dimulai sejak tahun 2021, namun pada saat itu masih menggunakan teknologi Biosand Water Filter (BWT) dan dinilai belum mampu menurunkan tingkat kekeruhan pada air.
Dengan beberapa kali eksperimen akhirnya ditemukan cara sedimentasi untuk mendapatkan air bersih dan jernih.
Pada awalnya, kata Hariyanto, produksi air bersih perhari hanya 7000 liter dengan tingkat kekeruhan membebani filternya. Pada akhirnya pihak Pertamina membuat inovasi yang diberi nama Wamena (Water Treatmen Portabel). Di mana keuntungannya lebih efisien dari sisi biaya maupun dari sisi pembuatannya.
‘’Nah, bak yang kita gunakan sebenarnya baik air yang sudah tidak kita gunakan untuk kegiatan operasi kita. Jadi ada 3 bak yang tidak terpakai, sehingga kita bagi 3, bak satunya berkapasitas 32.000 liter untuk sedimentasi yang kita modif untuk WTP portabel, dan dua baknya lagi kita gunakan untuk bak air yang sudah diolah,”jelasnya.
Beberapa kali, proses sedimenasi mengalami inovasi sehingga menghasilkan air yang benar-benar bersih. Inovasi pertama, mekanisme air sungai ditarik ke bak sedimentasi, kemudian diolah dengan WTP.
Setelah lumpurnya terpisah di bak sedimentasi tadi, selanjutnya akan masuk ke proses filter. Setelah melalui proses filter, airnya ditampung ke bak dan didorong ke bak reservoir, selanjutnya didistribusikan ke masyarakat lewat sambungan pipa.
Inovasi kedua, air itu tidak langsung ke filter tetapi harus masuk ke bak sedimentasi setelahnya di filter. Jadi tingkat kekeruhannya dari 410 Mg/L bisa diturunkan jadi 104 Mg/L. Sehingga pH dari angka 9 bisa diturunkan menjadi 7 yang artinya sudah layak untuk digunakan atau dikonsumsi.
Untuk menjaga menjaga sustainablity tersebut, Pertamina mendorong pembentukan Bunkam Kali Minyak di Kampung Maladuk. Bunkam ini berperan untuk mengelola air bersih dan menyalurkannya ke rumah-rumah warga. Program air bersih dari program CSR tersebut ditargetkan hingga 5 tahun, dengan harapan ke depan bisa menjadi program mandiri di Kampung Maladuk dan bisa direplikasikan di kampung lainnya.
Hariyanto menjelaskan sistem pengolahan air seperti itu sangat simple dan dapat direplikasikan. Terlebih lagi kondisi di Papua cukup sulit dalam hal pengolahan air. Pertamina dalam program ini bukan hanya sekedar menyediakan alat pengolahan air, tapi kita juga melakukan penguatan kelembagaan dengan memberi pelatihan.
Menegaskan pernyataan Hariyanto soal keberadaan Bunkam, Fritz selaku Ketua Bunkam Kali Minyak mengungkapkan terdapat retribusi untuk setiap kepala keluarga sebesar Rp75.000/bulan yang nantinya retribusi tersebut untuk memenuhi kebutuhan Bunkam.
“Nanti rencananya kita pakai meteran air, kemungkinan Ketika sudah dipasang ada perubahan tarif jadi disesuaikan dengan pemakaian. Penampungan ini standarnya untuk kita di kampung Maladuk ini menurut perkiran saya 200 liter perhari untuk satu KK. Untuk tahap ini masih kampung Maladuk, rencananya ada 3 kampung Kampung ditambah dengan kampung Bar Ros dan Kampung Posa,”tuturnya.
Upaya Pertamina untuk memberikan kontribusi kepada warga masyarakat ring 1 menjadi catatan yang tak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Kampung Maladuk, maupun kampung lainnya yang berada di wilayah ring 1 Pertamina. Wilayah ring 1 menjadi istimewa, karena terkena dampak pengelolaan sumur minyak perusahaan.
Daerah Klamono raya adalah salah satu daerah penghasil minyak bumi dan gas dengan kapasitas yang besar. Sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadinya pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah minyak buangan yang berasal dari hasil eksplorasi produksi minyak.
Limbah minyak termasuk bahan berbahaya dan beracun atau B3, sehingga sifatnya dapat mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup.
Menyoal pencemaran lingkungan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Papua Barat Daya, Julian Kelly Kambu, yang ditemui secara terpisah mengungkapkan kandungan air yang baik harus memiliki kandungan pH sebesar 7, yang dianggap netral karena tidak memiliki kualitas asam ataupun basa.
Ia menjelaskan perusahaan harus punya dokumen lingkungan. Untuk yang di Klamono mereka menggunakan dokumen upaya pengelolaan dan upaya pemantauan. Setiap enam bulan mereka buat laporan, seperti program-program CSRnya mereka kepada masyarakat.
Selain itu, sambung Kelly, sampel air yang diambil oleh pihak Pertamina pun selalu diperiksa di laboratorium sebagai bukti bahwa kualitas air yang ada di sana berada di bawah batas ambang baku mutu sehingga tidak tercemar.
Namun hingga kini, belum terdengar adanya laporan warga setempat terkait adanya pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas sumur minyak.
“Kalau memang ada pengaduan terkait pencemaran air akibat aktivitas sumur minyak, bisa menyampaikan ke kami di mana lokasinya, sehingga kami bisa menggunakan kewenangan untuk meminta pihak perusahaan mengambil sampel air agar dilakukan pemeriksaan di laboratorium,”katanya.
Kelly juga mengakui bahwasanya kualitas air di wilayah Sorong rata-rata tidak semua memenuhi standar, karena adanya pengaruh faktor alam. Saat ini program air bersih yang ada di kampung Maladuk dikelola oleh Bunkam Kali minyak dan sedang tahap pengaliran 100 persen ke rumah warga.