TEROPONGNEWS.COM,JAKARTA – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi peran Puri dan Pelingsir di Bali dalam menjaga, merawat, dan melestarikan adat istiadat, kebudayaan, serta kesenian Bali.
Mengingat, kata dia, dalam mempertahankan benteng kedaulatan budaya, bukanlah persoalan mudah. Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan derasnya arus globalisasi, upaya untuk merawat kebudayaan akan dihadapkan pada berbagai tantangan yang semakin kompleks.
Bahkan, Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini menuturkan, jika lalai dan abai, bisa saja warisan budaya bangsa justru dibanggakan dan diklaim oleh negara lain.
“Terlebih Pulau Bali sebagai ikon pariwisata nasional yang mendunia, yang menjadikan masyarakat Bali harus sering berinteraksi dengan beragam budaya global. Keberadaan Puri dan Pelingsir tidak hanya telah memastikan bahwa adat istiadat, kebudayaan, serta kesenian Bali tetap terpelihara dengan baik. Bahkan juga membuatnya mendunia,” kata Bamsoet usai menerima perwakilan Puri dan Pelingsir se-Bali, di Bali, Rabu (14/9/2022).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan, seni dan budaya memiliki aspek multidimensional. Seni dan budaya tidak pernah berdiri sendiri, melainkan akan selalu terhubung pada kondisi lingkungan, referensi sosial, serta berbagai paradigma yang merepresentasikan perkembangan zaman.
“Seni dan budaya memiliki bahasa universal yang bisa dinikmati setiap kalangan. Sekaligus melepaskan manusia dari sekat-sekat perbedaan suku bangsa, agama, maupun golongan. Melalui seni dan budaya, manusia bisa menyelami kedamaian. Menikmatinya, bisa melepaskan diri dari stress maupun tekanan lain akibat rutinitas keseharian,” tuturnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, untuk memastikan seni dan budaya bangsa tetap terpelihara, perlu dibangun literasi kebudayaan.
“Dimana budaya bangsa menjadi legasi kesejarahan yang diwariskan, khususnya kepada generasi muda. Sehingga, generasi muda bangsa tidak menjadi generasi yang tercerabut dari akar budayanya sendiri, karena minimnya literasi budaya,” jelas dia.