TEROPONGNEWS.COM, TANJUNG SELOR – Pengembangan sektor peternakan yang dilakukan masyarakat, baik secara mandiri maupun berkelompok terus bergeliat. Tak heran, jika hal ini mendapat apresiasi dari Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Zainal Arifin Paliwang.
Seperti yang dilakukan masyarakat di Desa Gunung Sari, Kecamatan Tanjung Selor yang terhimpun dalam kelompok budidaya madu Kelulut.
Gubernur mengatakan, peternakan merupakan salah satu sektor lahan komoditi utama warga Kaltara.
“Saya sangat bangga dan gembira ada kegiatan masyarakat yang melakukan budidaya madu kelulut. Saya harapkan ke depan bisa kita (Pemprov Kaltara,red) promosikan melalui Dinas Pariwisata,” janji Gubernur Zainal, lewat siaran persnya, yang diterima Teropongnews.com, Rabu (30/6/2021).
“Rasanya ada asam-asamnya dikit, ini yang tidak dimiliki madu lainnya. Apalagi kalau dan harus kita cicipi, nikmatnya madu kelulut ini dari sarangnya langsung. Saya sudah pernah lakukan bersama istri, rasanya luar biasa,” tambahnya.
Bahkan madu kelulut tersebut memiliki khasiat dapat meningkatkan imun tubuh, yang sangat cocok dikonsumsi di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.
Kepala Desa Gunung Sari, Al Hakim menerangkan kelompok budidaya madu kelulut terbentuk sejak 2019, yang berawal dilakukan secara perorangan.
“Ada dua kelompok budidaya madu kelulut ini, yaitu kelompok Madu Kelulut Kaltara dan Madu Kelulut Gunung Sari. Jumlah orangnya ada 58, dan 300 slot yang terhampar di depan rumah-rumah warga,” sebut dia.
Namun sejauh ini, penjualan madu kelulut belum mampu memasuki pangsa pasar ke berbagai daerah lainnya.
Oleh karenanya, pembudidaya mengharapkan dukungan Pemprov Kaltara dan Pemkab Bulungan, agar bisa mendorong terjadinya perputaran ekonomi.
“Sementara ini penghasilan kelompok budidaya madu kelulut ini sekitar Rp15-20 juta perbulan. Harga jualnya untuk satu botol 200 cc seharga Rp250 ribu, besar dikit Rp350 ribu. Pembelinya dari warga sekitar Bulungan saja,” paparnya.
Sementara itu, salah satu peternak, Solihun mengaku, sudah beternak lebah kelulut selama dua tahun, saat ini omzetnya masih kecil, karena pembeli hanya sesuai dengan pesanan.
“Saya berharap adanya bantuan buat kami, karena ternak ini adalah mata pencaharian utama kami, dan kami bergantung hanya pada pesanan, tidak memproduksi massal,” harapnya.
Hal senada juga dikemukakan Ketua Kelompok Madu Kelulut Gunung Sari, Muhammad Amin Munaris. Menurutnya, madu kelulut yang belum memiliki label itu belum memiliki pangsa pasar yang tetap.
“Keluhan kita masalah di pemasaran masih kebingungan, tapi pembeli lokal ada saja tiap hari. Alhamdulillah hari ini saya sangat bersyukur, karena berkat madu ini saya bisa ketemu Gubernur,” tandas dia.