TEROPONGNEWS.COM, SAMARINDA – Meski dinilai cukup aman karena curah hujan yang relatif masih tinggi dan minim titik api (hotspot), Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) tetap waspada terhadap bahaya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Seperti sejumlah provinsi yang dalam posisi siaga darurat karhutla, Kaltim juga melakukan langkah-langkah antisipasi. Diantaranya, menyiapkan aplikasi dengan memanfaatkan teknologi informasi, untuk memantau titik-titik hotspot yang tersebar di daerah.
Bukan hanya itu, Kaltim juga sudah membentuk dan melatih Masyarakat Peduli Api (MPA) dengan jumlah personel sebanyak 1.339 orang. Sedangkan total sumber daya manusia untuk pengendalian karhutla di Kaltim berjumlah 2.548 personel.
Termasuk dari Dishut Kaltim dan UPTD Tahura sebanyak 354 personel, UPTD KLHK (Manggala Agni Kaltim) 105 personel dan Unit Manajemen 720 personel.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Kaltim, HM Jauhar Efendi menjelaskan, komunitas masyarakat peduli api ini tersebar di daerah-daerah.
“Kewaspadaan di tingkat tapak ini sangat penting. Sebab, saat terjadi kebakaran hutan dan lahan, para relawan yang sudah dilatih itu akan langsung turun ke lapangan,” jelas Jauhar, lewat rilisnya yang diterima Teropongnews.com, Rabu (10/2/2021).
Langkah cepat itu harus dilakukan, karena saat api kecil, pasti akan lebih mudah dipadamkan. Tapi ketika api sudah membesar, maka upaya pemadaman pasti akan lebih sukar dan memakan waktu yang cukup lama.
Sekalipun pemerintah pusat sudah menyiapkan berbagai upaya termasuk rencana menyiapkan hujan buatan dan water booming yang akan diangkut dengan pesawat dan helikopter, Jauhar berharap, Kaltim tidak sampai separah itu.
Hujan buatan dan water booming itu disiapkan untuk daerah-daerah prioritas, seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur.
“Kita tidak berharap dapat prioritas itu, karena Kaltim relatif aman. Lebih baik mencegah,” pungkas Jauhar.
Dia berharap, tidak terjadi curah hujan tinggi hingga menyebabkan banjir, namun tidak juga kemarau panjang yang berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan.
“Musim kemarau nanti, kami imbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan membakar dan tidak membuang puntung rokok sembarangan,” pesan Jauhar.