Berita

Stunting Jadi Masalah Serius di Kaltim

×

Stunting Jadi Masalah Serius di Kaltim

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Hj Padilah Mante Runa menghadiri, sekaligus membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Kaltim Tahun 2020, Senin (23/11/2020). Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, SAMARINDA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Hj Padilah Mante Runa mengingatkan, jika masalah stunting adalah hal serius menjadi ancaman bagi Kaltim bahkan Indonesia. Karena anak stunting menurut dia, tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tapi pertumbuhan otak.

“Mengakibatkan sumber daya manusia menjadi tidak produktif dan berdampak terganggunya kemajuan negara,” katanya lewat siaran persnya yang diterima Teropongnews.com, Selasa (24/11/2020).

Karena itu dia menegaskan, periode 1000 hari pertama kehidupan ini seyogyanya menjadi perhatian khusus, karena itu merupakan penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.

4085
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Penurunan stunting penting untuk dilakukan, dengan pendekatan multi sektor melalui sinkronisasi program nasional, lokal dan masyarakat di tingkat pusat hingga daerah.

Selain itu, kerja sama lintas sektor pun diperlukan, seperti ketahanan pangan, pembangunan sanitasi dan air bersih, serta pembangunan desa dioptimalkan hingga ke pemerintah daerah.

“Perlu pelibatan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama untuk mengedukasi masyarakat tentang penanganan stunting,” harapnya.

Sementara itu, Kepala Bagian Agama dan Kesehatan Biro Kesra Setda Provinsi Kaltim, Siddik Amrillah menyebutkan, data stunting Kaltim angka penurunan prevalensi mencapai 27,1 persen.

“Apabila mengacu target 20 persen batasan stunting tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Jika dibanding target WHO, maka prevalensi kita masih tinggi,” ujarnya.