Parlementaria Raja Ampat

Pemkab Raja Ampat Apresiasi Keberhasilan Transplantasi Karang dan Rehabilitasi Mangrove di Yensawai

×

Pemkab Raja Ampat Apresiasi Keberhasilan Transplantasi Karang dan Rehabilitasi Mangrove di Yensawai

Sebarkan artikel ini
PKSPL IPB dan masyarakat kampung Yensawai Batanta Utara, berhasil tanam terumbu karang. Foto Wim/TN

TEROPONGNEWS.COM, RAJA AMPAT- Terumbu karang di kabupaten Raja Ampat saat ini terancam oleh aktivitas manusia dan kondisi alam akibat perubahan iklim.

1554
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Sejumlah aktivitas manusia yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan terumbu karang adalah penangkapan ikan menggunakan bahan peledak atau pun menggunakan kompresor sampai pada penggunaan jangkar yang salah tepat pada terumbu karang.

Sedangkan ancaman terhadap ekosistim terumbu karang yang disebabkan oleh kondisi alam adalah adanya pemutihan karang akibat dari meningkatnya suhu perairan.

Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, S.IP, MM, M.Ec, Dev. Foto Wim/TN

Wakil Bupati Raja Ampat, Orideko Iriano Burdam, memberikan apresiasi dan menyambut baik usaha IPB University atas keberhasilannya melakukan transplantasi terumbu karang serta rehabilitasi mangrove dan lamun di kampung Yensawai distrik Batanta Utara.

Dinilai berhasil melakukan transplantasi karang serta rehabilitasi mangrove dan lamun oleh PKSPL IPB University dan ICCTF – Bappenas, yang merupakan bagian dari kegiatan Coral Reef Rehabilitation Management Program – Coral Triangle Initiative (COREMAP CTI), maka wakil bupati Oridek Burdam minta hal serupa juga dilakukan pada beberapa kampung yang ada disekitar di pesisir Raja Ampat.

“Harapan saya ke depan, kalau bisa kegiatan transplantasi karang dan rehabilitasi mangrove juga bisa di lakukan di wilayah pesisir Raja Ampat, yang karangnya juga rusak akibat ulah tangan manusia,” ujar Orideko Burdam.

Ia pun berharap hal serupa bisa menjadi motivasi kepada kampung-kampung yang lain di Raja Ampat, untuk selalu menjaga laut dan bawah lautnya. “Apa yang sudah dilakukan tim dari IPB University bisa dijaga dan terus diaplikasikan oleh masyarakat Yensawai,” terangnya.

Kordinator Kelompok Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Kampung Yensawai, Konstantinus Saleo. Foto Wim/TN

Kordinator Kelompok Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Kampung Yensawai, Konstantinus Saleo menjelaskan, dulunya terumbu karang kampung Yensawai tidak rusak seperti sekarang ini.

Setelah hadirnya tim PKSPL IPB University di kampung Yensawai memberikan perubahan signifikan terhadap laut dan dalam laut di kampung tersebut.

“Sebelum tim dari PKSPL IPB University hadir di kampung Yensawai, di kampung kami ini banyak karang yang rusak dan terjadi abrasi yang signifikan. Setelah mereka melakukan pelatihan lewat kelompok yang sudah dibentuk, sehingga kami bisa tanam mangrove dan kami juga menanam karang serta lamun juga dan puji Tuhan semuanya berhasil,” terang Konstantinus.

Ia juga menjelaskan, pada lokasi yang dipilih untuk menanam karang, dimana lokasi tersebut terdapat banyak karang yang rusak. Namun menurutnya, setelah dilakukan transplantasi, akhirnya lokasi tersebut terlihat seperti taman bawah laut.

“Harapan kami kedepan, lokasi itu akan menjadi tempat wisata, sekalian menjadi tempat edukasi kepada siapa saja yang datang, dan diajari bagaimana cara melakukan transpalasi karang,” tandas Saleo.

“Untuk pemerintah Raja Ampat, jika kedepan ada kegiatan penanaman karang atau rehabilitasi mangrove dan lamun, tidak usah ke luar Raja Ampat. Datang saja di kampung Yensawai. Karena kampung Yensawai sudah disiapkan oleh IPB University untuk jadi ahli karang, ahli mangrove dan ahli lamung,” tandasnya.

Anakan mangrove yang berhasil di tanam oleh masyarakat di kampung Yensawai Batanta Utara. Foto Wim/TN

Dr. Ferry Kurniawan, Direktur program kegiatan PKSPL IPB, menjelaskan awalnya terjadi abrasi dan kerusakan terumbu karang sehingga menggerakkan kemauan masyarakat untuk bergabung dalam upaya-upaya konservasi serta kebutuhan atau ancaman yang datang dari laut.

“Dulunya di Yensawai ini adalah pantai tererupsi serta banyak sekali terumbu karang yang mati, sekitar 25 persen kita amati,” terang Ferry Kurniawan.

Sementara itu kata Ferry, khusus untuk mangrove dan lamun, secara fisik kedua tumbuhan laut itu untuk melindungi pantai dari abrasi dan secara ekologi adalah sumber makanan masyarakat.

Dikatakannya, dengan ada pendampingan dari tim PKSPL IPB University, masyarakat menjadi paham dan terampil untuk melakukannya sendiri.

“Awalnya kita (PKSPL IPB University) sekitar 75 persen terlibat aktif mendamping warga. Setelah itu, mereka melakukannya sendiri,” tandas Fery Kurniawan.

Dikatakan, kampung Yensawai dulunya merupakan daerah objek wisata, hanya saja kurang terkenal. Namun sekarang lebih kepada mengembangkan ekowisata di tengah-tengah masyarakat. Kedepan pihaknya akan memasukan kegiatan rehabilitasi di dalam program tersebut.