Tutus Riyanti

Sungguh miris melihat tingkah laku generasi muda saat ini. Berbagai kerusakan yang menimpa generasi muda saat ini, membuat kita harus mengelus dada dan khawatir dengan nasib bangsa ini ke depan.

Pada tahun 2007, KPAI pernah melakukan survei. Dari 4.500 remaja yang di survei, 97 persen diantaranya mengaku pernah menonton video porno. Sebanyak 62,7 persen remaja SMP mengaku sudah tidak perawan lagi. Bahkan 21,2 persen remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Itu data 15 tahun lalu. Tentu saja sekarang jumlahnya semakin banyak lagi.

Menurut data Unicef tahun 2016 lalu juga menunjukkan, bahwa kekerasan yang terjadi pada sesama remaja di Indonesia diperkirakan mencapai 50 persen.

Data KPAI pada tahun 2019, jumlah anak yang berhadapan dengan hukum mencapai 1.251 kasus. Dan yang menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza) pada anak remaja mencapai 344 kasus.

Ingin Generasi Berkualitas

Di dalam Sistem yang sekarang ini, tentu sangat sulit menemukan generasi muda yang berkualitas. Apalagi di dalam agama Islam, tentu mengharapkan generasi muda Islam tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Namun sayang, harapan hanya tinggal harapan. Generasi muda sekarang tumbuh menjadi generasi yang sangat mengecewakan. Sangat jauh dari harapan orang tua, bangsa, dan agamanya. Lantas, siapa yang salah dalam hal ini?

Di dalam keluarganya, para generasi muda ini tidak di didik dengan ilmu agama yang baik. Mentang-mentang bisa membayar, banyak orangtua yang menyerahkan pendidikan anak hanya kepada pihak sekolah/kampus. Padahal seharusnya orang tua juga wajib mengawasi dan mendidik anaknya, bukannya seratus persen menyerahkan pendidikan anak ke pihak institusi pendidikan.

Ketika generasi muda ini keluar dari rumahnya, masih disuguhi dengan pergaulan dan lingkungan yang hampir semuanya rusak. Jiwa muda yang tidak terkontrol dan tanpa tuntunan agama, membuat para remaja ini ingin mencoba berbagai macam aktivitas yang jauh dari tuntunan agama, seperti narkoba, miras, seks bebas, dan aktivitas lainnya yang merusak.

Belum lagi, adanya serangan budaya dan pemahaman barat yang secara massif menyerang generasi muda Islam. Banyak sekali tontonan dan tayangan yang sama sekali tidak mendidik, bahkan bisa diakses hanya sambil rebahan di rumah. Hal ini semakin merusak pemikiran dan kepribadian generasi penerus bangsa ini. Generasi muda tumbuh menjadi generasi pembebek dan pengikut semua hal yang dapat diaksesnya tersebut.

Adanya isu yang berkembang tentang “radikalisme”, “terorisme”, “ekstrimisme”, yang sengaja dihembuskan dan dibesar-besarkan, semakin membuat generasi muda Islam “takut” dengan ajaran agamanya sendiri. Sehingga membuat mereka akhirnya menghindar dan tidak mau belajar agama yang “terlalu mendalam” karena ketakutannya terhadap label-label tersebut.

Ditambah lagi dengan abainya negara terhadap masalah ini. Negara justru membiarkan tayangan, tontonan, dan semua paham barat yang merusak generasi muda saat ini. Seharusnya negara dengan kekuasaan yang dimiliki, bisa mengambil peran dengan memblokir semua hal tersebut, agar tidak semakin merusak generasi muda harapan bangsa.

Jelas sudah, di dalam sistem kapitalisme yang didalamnya diterapkan paham sekular dan liberal, semakin membuat generasi muda Islam tumbuh menjadi generasi yang jauh dari kata “takwa”. Generasi yang sangat jauh dari harapan orang tua, bangsa, dan agama.

Jika kita mempelajari, di dalam sejarah peradaban Islam telah terbukti bahwa generasi muda berkualitas adalah yang memiliki kepribadian yang khas (istimewa), serta bertakwa kepada Allah SWT. Mereka menjadi generasi yang menguasai ilmu agama (faqih fiddin), yang hafal Alquran, hafal ribuan hadits, beribadah, berinfaq, dan berjihad. Pada saat yang bersamaan mereka juga dapat menguasai beberapa bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi.

Di dalam Islam, masyarakat juga akan menjadi kontrol yang bisa saling mengawasi dan mengingatkan dalam hal kebaikan. Mengingat bahwa generasi muda adalah aset yang akan meneruskan masa depan peradaban Islam.

Negara juga akan berusaha melindungi generasi muda dari serangan dan paham-paham yang bertentangan dengan syariat Islam. Negara akan memberikan sanksi tegas bagi pihak-pihak yang berusaha merusak generasi muda. Begitu pula generasi muda yang berperilaku menyimpang dari syariat Islam, negara juga akan memberikan sanksi yang tegas.

Tentu saja, lahirnya generasi berkualitas secara massal tidak bisa diharapkan di dalam sistem kapitalisme saat ini. Jika menginginkan lahirnya generasi yang berkualitas, tentu saja pertama kali yang harus dilakukan adalah merubah sistem yang rusak ini dan menggantinya dengan sistem yang lebih baik.