Meluruskan Polemik PON XX Papua, PMP Jerman Menggelar Forum Diskusi Terbuka

Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman (PMP Jerman) menggelar Forum Diskusi Terbuka dengan tajuk “Polemik PON di Mata Generasi Muda Papua, secara daring langsung dari Jerman. Foto istimewa.

TEROPONGNEWA.COM, JERMAN- Perhimpunan Mahasiswa Papua di Jerman (PMP Jerman) sebagai Organisasi Mahasiswa Independen menggelar Forum Diskusi Terbuka dengan tajuk “Polemik PON di Mata Generasi Muda Papua, Hanya Sebatas Representasi-Promosi”.

“Harapan kami dari Forum Diskusi Terbuka ini, kita semua bisa meluruskan polemik yang ada saat ini dan mencari solusi bersama, karena kita semua ingin PON ini berjalan dengan baik dan (Papua) bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk PON 2021. Seperti Motto PON XX Papua Torang Bisa!, hari ini kita ingin buktikan bahwa torang (kita) juga bisa menyelesaikan polemik dengan cara yang bijaksana dan elegan,” jelas Ketua Pelaksana Forum Diskusi Terbuka, Reza Dani Rumbiak, melalui siaran pers kepada teropongnews.com, Senin (14/6/2021).

Forum diskusi terbuka secara daring dilakukan PMP Jerman. Foto istimewa.

Diskusi yang berlangsung secara daring melalui Zoom dan disiarkan secara langsung melalui akun YouTube PPI TV ini, membahas tentang pemilihan icon PON XX Papua, serta pentingnya menjadikan perempuan Papua atau wanita Papua sebagai icon untuk PON Papua.

“Ikon menurut katanya sendiri artinya adalah ciri, gambar, representasi dari sebuah identitas. Karena ini merupakan perayaan PON di Papua, akan lebih cocok ketika ada seorang perempuan (Papua) yang mewakili identitas, warna, dan kultur yang hadir sebagai ikon PON XX di Papua,” jelas Stephen Wally, Penggagas Petisi melawan Cultural Appropriation pada PON Papua yang saat ini sudah mengumpulkan lebih dari 12 ribu tanda tangan dari seluruh masyarakat Indonesia.

Sejalan dengan Stephen, Komika Arie Kriting pun menilai PON Papua bisa menjadi panggung yang baik untuk perempuan Papua yang menurutnya selama ini sangat kurang mendapat kesempatan untuk tampil dan menunjukan jati diri mereka.

“Perempuan Papua itu cantik dengan perbedaan karakternya sendiri. Ini (PON) adalah etalase yang tepat. Ini merupakan panggung yang tepat untuk menjadi ikon bagi diri mereka sendiri,” tegas suami Indah Permatasari ini.

Menjawab isu representatif perempuan Papua pada pelaksanaan PON XX Papua, kata Roy Letlora, perwakilan PB PON XX Papua sekaligus yang berwenang dalam mempromosikan event tersebut, mengapresiasi dan menanggapi positif saran yang diberikan dari beberapa narasumber terkait polemik icon PON Papua itu. Ia memastikan akan mengevaluasi kembali penggunaan kata “Icon” dalam PON XX Papua. “Afirmasi orang Papua itu sudah harga mati bagi kita. Saya dan panitia sendiri akan melakukan evaluasi terhadap istilah (icon) ini,” terang Roy.

Roy Letlora pun menegaskan saat ini ia dan tim sedang melakukan proses seleksi untuk mencari Duta PON wanita anak tanah Papua sebagai pendamping Boaz Solossa yang sudah lebih dulu ditunjuk menjadi Duta PON XX Papua.

“Jujur aja saya lagi seleksi itu untuk tandemnya Boaz untuk sebagai pasangan dia, untuk sebagai duta PON. Cuma memang betul, kita mencari sosok/figur seorang wanita Papua untuk menjadi nomor satu yang mewakili itu tidak mudah. Ada kakak Lisa Rumbewas yang dari angkat berat, ada Nowela, banyak itu,” lanjut Roy.

“Nanti Nowela tanggal 24 Juni ini, dia sudah muncul, 100 hari countdown, terus ada lagi putri Ekowisata. Nah, mereka itu sudah kita rancang,” tandasnya memastikan keterlibatan dari wanita Papua di PON XX Papua.

Di penghujung sesi tanya jawab bersama peserta diskusi, Roy menegaskan bahwa PON Papua memang milik orang Papua dan memihak sepenuhnya kepada masyarakat Papua.

Hal ini ditunjukan dengan memprioritaskan produk asli Papua dan UMKM milik orang Papua untuk mendapatkan tempat pada venue-venue yang tersedia.

“Saat penyelenggaraan PON itu semua unsur, UMKM yang ada di Papua di klaster-klaster terutama, itu menjadi prioritas utama untuk masuk ke venue-venue untuk dijual. Kita hanya mengizinkan yang asli papua, produk asli papua, mulai dari noken segala macam itu masuk ke venue sebagai souvenir yang akan dijual, dan yang jual juga masyarakat asli Papua tidak boleh orang lain karena (tempatnya) terbatas,” imbuhnya.

“Teman-teman mari kita saling berangkulan, bergandengan, satu untuk Papua, Torang Bisa,” ajak Roy Letlora di penghujung closing statementnya.

Diskusi Terbuka ini dihadiri oleh Ketua Bidang II PB PON XX Bapak Roy Letlora, komika asal timur Indonesia Arie Kriting, produser sekaligus musisi asal Papua Stephen Wally, serta perwakilan suara perempuan Papua yaitu Jeni Karay influencer asal Jayapura dan Co-Founder Papua Muda Inspiratif Meilaine Osok sebagai pembicara.

Forum ini dihadiri juga oleh artis-artis asal Papua seperti Putri Nere dan Michael Jakarimilena, perwakilan beberapa Organisasi Mahasiswa Papua dan diaspora Papua yang berada di dalam maupun luar negeri.