Berita

Komisi I Temukan Pasien Membludak di RSUD Sele Be Solu, Ada Yang Dirawat di Kursi Plastik

×

Komisi I Temukan Pasien Membludak di RSUD Sele Be Solu, Ada Yang Dirawat di Kursi Plastik

Sebarkan artikel ini
Komisi I DPRD Kota Sorong saat menyapa pasien yang dirawat di kursi plastik di IGD RSUD Sele Be Solu. (Foto:Mega/TN)

TEROPONGNEWS.COM,SORONG – Komisi I DPRD Kota Sorong mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sele Be Solu Sorong, Rabu (17/5/2023), menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait pelayanan rumah sakit yang dinilai kurang baik.

1516
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Pantauan media ini, selain anggota Komisi I DPR Kota Sorong, kunjungan tersebut juga melibatkan BPJS Kesehatan Cabang Sorong.

Ketua Komisi I DPRD Kota Sorong, Muhammad Taslim dalam keterangannya mengakui bahwa Rumah Sele Be Solu cukup padat, bahkan ada pasien pada Instalasi Gawar Darurat (IGD) yang dirawat di kursi plastik karena tidak mendapatkan tempat tidur.

“Setelah kami mendengarkan paparan dari ibu direktur, bahwa memang rumah sakit ini cukup padat, dan pengunjungnya kurang lebih 250 orang perhari. Apalagi Sorong sudah jadi ibu kota Provinsi Papua Barat Daya jadi dokternya terbatas,”ujarnya.

Terkait pasien rumah sakit Sele Be Solu yang membludak, Taslim mengatakan bahwa pihak rumah sakit tidak dapat menolak pasien lantaran menaati perintah undang-undang terkait pelayanan pada IGD.

“Di IGD itu memang jelas perintah undang-undangnya, bahwa fasilitas kesehatan maupun dokter itu tidak bisa menolak pasien. Kalau ditolak itu bisa kena pidana, sehingga mereka terapkan itu. Bahkan sampai ada pasien yang dirawat di kursi karena tidak mendapatkan ranjang. Saat dirujuk ke rumah sakit lain dan juga penuh, akhirnya dia rela duduk di kursi,”ucapnya.

Permasalahan berikutnya yang ditemui adalah terkait dengan antrian online yang viral di media sosial karena waktu tunggunya yang sangat lama.

“Terkait antrian online, ternyata ada perbaikan sistem dan sedang ada pembelian beberapa alat termasuk komputer, juga ada keterbatasan dokter ahli, sehingga ada yang menunggu dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore,”jelasnya.

Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan tersebut akan disampaikan kepada Pj. Walikota Sorong dan Pj. Gubernur Papua Barat Daya agar bisa ditindaklanjuti.

“Termasuk dengan insetif Nakes yang ternyata aturan yang disampaikan Walikota Sorong adalah 3 bulan sekali. Ternyata mereka maunya perbulan, karena mereka ini adalah pejuang-pejuang kemanusiaan yang memang harus diperhatikan, beda dengan pegawai-pegawai lain dan kami akan sampaikan hal itu juga,”terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur RSUD Sele Be Solu, drg. Petronela Susi Jitmau menjelaskan bahwa saat ini terdapat 10 ranjang di RSUD Sele Be Solu.

“Saat ini kurang lebih di IGD itu ada 10 tempat tidur. Dalam peraturan jarak antara tempat tidur pun harus diatur dalam sebuah gedung. Jadi untuk gedung saat ini ya cukup untuk 10 tempat tidur ,”katanya.

Seharusnya, sambung Susi, pihak rumah sakit menolak pasien tersebut, sebab tempat tidur pada ruang tindakan sudah penuh. Namun karena alasan kemanusiaan, dokter terpaksa menerimanya.

“Sebisanya kalau pasien itu masih bisa duduk, kami akan upayakan untuk pasang infus di tempat duduk. Tapi kalau kondisi pasien itu tidak bisa duduk, kami harus merujuknya,”ucapnya.

Susi menambahkan, terkait dengan antrian online, saat ini manajemen rumah saat sedang berproses. Sebab, dari Kementerian Kesehatan sudah memberikan sistem informasi rumah sakit versi 2.

“Yang versi 1 ini banyak data-data di tahun-tahun sebelumnya, kita mesti transfer ke versi 2. Lalu seluruh fasilitas komputer setiap ruangan, poli, rawat inap, kami harus lengkapi itu. Target kami di bulan Mei sudah ada pengadaan komputer,”pungkasnya.