Kerugian Belajar di Rumah Saat Masa Pandemi Covid-19

Ilustrasi belajar di rumah. Foto-Ist/TN

Merauke, TN – Penerapan belajar di rumah maupun online dalam dunia pendidikan saat ini tidak menjamin hasil yang baik bagi para siswa, terutama bagi siswa Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA/sederajat. Lebih khusus, bagi siswa yang berasal dari keluarga menengah ke bawah dan yang ada di kampung-kampung.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Merauke, Sergius Womsiwor mengatakan, ada beberapa alasan yang menjadi faktor cara belajar siswa tidak optimal. Diantaranya, tidak memiliki fasilitas atau sarana pendukung belajar yang memadai, yakni tak punya HP android, radio, televisi dan juga minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) atau pengetahuan dalam memaknai belajar secara online.

Kemudian, kata dia, cara anak-anak untuk belajar sudah pasti berbeda-beda, ada yang bisa belajar tanpa guru, dan hanya dengan pendampingan orang tua dan atau kegiatan yang dilakukan dengan sistem online. Namun, akan ada perbedaan, ketika pendampingan yang dilakukan orang tua dengan yang dilakukan guru.

“Cara penyampaian materi dan emosional guru akan lebih berpengaruh pada psikologi anak untuk mereka mau belajar. Karena dia akan merasa, bahwa akan mendapatkan nilai dari gurunya. Selain itu, guru lebih memahami materi atau pelajaran yang akan disampaikan ke siswa atau anak didik,” jelas Womsiwor, Senin (20/4) via seluler.

Berikut, lanjut dia, tingkat intelegensi atau kemampuan anak untuk menangkap ilmu yang diberikan walaupun dengan berbagai media, sebagai sarana belajar tentunya tidak sama. Bagi anak yang berasal dari keluarga mampu, mungkin ini bisa ada harapan keberhasilannya. “Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan anak-anak yang ada di kampung dan pedalaman,” tanya Womsiwor.

Menurut dia, sebagian besar anak-anak di kampung sehari-harinya justru membantu orangtua mencari makan di hutan atau berkebun. Sehingga, sangat kecil kemungkinan, bahkan tidak akan ada kegiatan belajar, apa lagi SDM orang tuanya juga sangat terbatas.

Sekalipun soal pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak termasuk para orangtua, tapi fakta di lapangan menceritakan perbedaan nyata kondisi masyarakat sesuai tingkatan kemampuannya.

“Wabah Virus Corona (Covid-19) ini pengaruhnya besar sekali, dalam dunia pendidikan. Dan semua bidang. Harus ada pemikiran brilian dari pemerintah untuk bagaimana mendorong proses ini sehingga sistem pencegahan Covid-19 dilakukan secara intens, cepat, akurat dan bisa memberi dampak yang cukump memberi jaminan kepada generasi muda,” pinta tegas Sergius.

Pemerintah diharapkan, membuat mekanisme yang digunakan untuk membantu sisa SMA tamatan SMA/Sederajat yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi, maupun dari SD ke SMP dan selanjutnya ke jenjang ke SMA, sehingga kesempatan bagi anak-anak untuk melanjutkan pendidikan tidak dihambat oleh lockdown.

“Untuk situasi seperti ini, kita harapkan bagaimana pemerintah berpikir untuk sistem pengamanan yang lebih,” harapnya.