Parlementaria Raja Ampat

Intip Pedagang Lokal di Lokasi Wisata Puncak Piaynemo Raja Ampat di Tengah Covid-19

×

Intip Pedagang Lokal di Lokasi Wisata Puncak Piaynemo Raja Ampat di Tengah Covid-19

Sebarkan artikel ini
Lapak pedagang lokal yang ada di lokasi wisata puncak Piaynemo Raja Ampat. Foto Wim/TN.

TEROPONGNEWS.COM, RAJA AMPAT- Yacobus Mambrasar, warga kampung Paam distrik Waigeo Barat Kepulauan kabupaten Raja Ampat, sehari-hari bekerja sebagai pedagang souvenir dan makanan siap saji di kaki bukit Piaynemo, salah satu lokasi wisata yang menjadi primadona kabupaten Raja Ampat.

1546
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Sejak pagi sekitar pukul 07.00 WIT, Yacobus Mambrasar bersama isteri dan kedua anaknya yang masih balita itu mulai berangkat menuju kaki bukit Piaynemo untuk mengais rezeki bersama para warga lainnya.

Yakobus Mambrasar pedagang lokal dari kampung Paam yang berjualan di lokasi wisata Puncak Piaynemo. Foto Wim/TN

Perahu dengan mesin tempel 15 Pk merupakan alat transportasi alternatif masyarakat tiga kampung di kepulauan Paam, yaitu kampung Paam, kampung Saukabu dan kampung Saupapir untuk mengangkut barang dagangannya ke lokasi wisata tersebut.

Berharap hasil dagangannya dibeli wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata puncak Piaynemo. Yakobus Mambrasar bersama para pedagang lokal lainnya menyiapkan kelapa muda dan makanan siap saji serta minuman untuk kebutuhan dan keperluan wisatawan di lokasi wisata Piaynemo.

Lokasi wisata puncak Piaynemo berada tepat di antara gugusan pulau-pulau Karts yang jauh dari permukiman warga. Sehingga lapak-lapak kecil yang disiapkan pemerintah Raja Ampat untuk masyarakat menjajakan barang dagangannya menjadi tempat transaksi jual beli satu-satunya di lokasi itu.

Ternyata menurut Yakobus Mambrasar, ada 5 kelompok di 3 kampung, Saupapir, Saukabu dan kampung Paam yang bergilir seminggu sekali untuk berjualan di lokasi tersebut.

“Ada lima kelompok di tiga kampung yang bergiliran seminggu sekali berjualan di lokasi wisata Piaynemo ini. Ini dibagi supaya semua kampung mendapat bagian untuk berjualan,” ujar Mambrasar.

Diakuinya, sebelum puncak Piaynemo mulai terkenal sebagai daerah tujuan wisata, dan ramai dikunjungi wisatawan asing maupun wisatawan lokal, warga di tiga kampung tersebut dulunya berprofesi sebagai petani Kopra dan pengrajin Senat (tikar dari pelepah sagu) serta ada juga yang berprofesi sebagai nelayan.

“Dulu Piaynemo belum terkenal seperti sekarang ini, kami dulunya bekerja Kopra, menganyam senat dari pelepah sagu dan sebagai nelayan,” terangnya.

Dikatakannya, perekonomian masyarakat kampung Saupapir, Saukabu dan kampung Pam di distrik Waigeo Barat Kepulauan sangat terbantu setelah Piaynemo menjadi lokasi wisata yang terkenal.

“Dalam seminggu saja kami dari setiap kelompok yang berjualan di lokasi wisata Piaynemo bisa mendapatkan untung sampai lima juta rupiah lebih. Itu dari banyaknya wisatawan yang berkunjung sebelum Covid-19 ada,” terang Mambrasar.

Menurut pengakuan Yakobus Mambrasar, ternyata pendapatan warga dari tiap-tiap kelompok yang berjualan di lokasi wisata Piaynemo dulu sebelum Covid-19 mendapat keuntungan yang besar.

“Setelah Covid, dan pemerintah tutup kawasan wisata Piaynemo ini, sudah tidak ada wisatawan yang datang, disitulah pendapatan kami mulai menurun, akhirnya kami kembali ke profesi awal membuat Kopra,” terangnya.

Covid-19 Alasan Minimnya Pendapatan Pedagang Lokal

Sejak pandemi Covid-19 melanda negeri ini, pengaruhnya berdampak hingga pendapatan perekonomian masyarakat, termasuk masyarakat lokal pedagang kaki lima di kaki bukit Piaynemo.

Dermaga speedboat di kaki bukit puncak Piaynemo lokasi wisata primadona Raja Ampat. Foto Wim/TN

Ketiga kampung yang berjualan secara bergilir setiap seminggu sekali ini sangat menggantungkan hidupnya dari wisatawan yang berkunjung di lokasi wisata Piaynemo Raja Ampat.

“Sekarang memang sangat terasa pak. Dulu kami bisa satu Minggu untung sekitar lima juta. Tapi sekarang mau dapat satu juta saja sangat susah. Tergantung wisatawan yang datang,” terang Yakobus.

Memang, setelah pandemi Covid-19 mulai mewabah, dan pemerintah melakukan lock down besar-besaran dan semua tempat-tempat wisata di Raja Ampat ditutup ditambah lagi wisatawan asing diminta meninggalkan Raja Ampat, disitulah awal merosotnya pendapatan para pedagang lokal di Piaynemo.

“Ya..mau bagaimana lagi, sejak itu kami warga Paam, Saupapir dan Saukabu, masing-masing mulai kembali menekuni profesi awal sebagai pengrajin Kopra, kami mulai anyam senat (tikar dari pelepah sagu) dan nelayan. Itu semua untuk bertahan hidup selama pandemi,” jelas Mambrasar kepada media ini di lokasi wisata puncak Piaynemo beberapa waktu lalu.

Diakuinya, saat ini dirinya bersama para pedagang dari kampung Saupapir dan Saukabu sudah mulai beraktifitas kembali di lokasi wisata puncak Piaynemo, mereka sudah kembali menjajakan hasil dagangannya setelah tempat-tempat wisata kembali dibuka pemerintah Raja Ampat.