BeritaPress Release

Distrik Kebar, Negeri Savana dari Tambrauw

×

Distrik Kebar, Negeri Savana dari Tambrauw

Sebarkan artikel ini
Padang Savana Kebar, kabupaten Tambrauw provinsi Papua Barat, dengan latar yang tak ada taranya. Foto : YM2P/TN

TEROPONGNEWS.COM, TAMBRAUW- Kabupaten Tambrauw adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat. Pusat pemerintahan atau ibukota berada di Fef. Kabupaten ini pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Indonesia.

Namun kabupaten Tambrauw ini memiliki Sumber Daya Alam yang sangat melimpah, hutan dengan segala isinya kekayaan alamnya tersebar hampir di semua distrik.

“Distrik Kebar, negeri Savana dari Tambrauw, percakapan Fasilitator Sekolah Konservasi Tambrauw, Negeri yang terindah di Provinsi Papua Barat adalah Kebar Kabupaten Tambrauw,” ujar Maria Sesa, seorang fasilitator Sekolah Konservasi Tambrauw (SKT).

2409
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Maria mengungkapkan rasa kagumnya melihat Padang Savana Kebar dengan latar yang tak ada taranya. Padang savana ini ibarat tempat tidur berkelas pada hotel bintang tujuh.

“Maka kita akan tidur menikmatinya dihiasi langit penuh bintang di malam hari tanpa air conditioner, tidak perlu memanggil seorang juru tv untuk menyetel program berita perang di Ukraina atau channel National Geography untuk mengulas kehidupan liar di Afrika,” ungkapnya serasa Padang Savana itu benar-benar hotel bintang 7.

Hari itu, Selasa 7 Juni 2022, sepanjang pagi, anak-anak Kebar sudah berkumpul dari berbagai kampung di sekitar Kebar Timur, Pubuan, Inam, Akmuri, Wasangon dan Kebar.

Mereka mengikuti Sekolah Konservasi Tambrauw, sebanyak 190 anak dan 20 guru terlibat secara interaktif dalam program Konservasi untuk masa depan Tambrauw.

Program ini dikemas oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Tambrauw, bekerjasama Dengan Yayasan Mange Mange Papua. Program tersebut menyasar anak kelas III hingga kelas VII di Kabupaten Tambrauw.

Sementara itu, sejalan dengan program merdeka belajar dimana lingkungan sekitar anak merupakan sumber ilmu pengetahuan, guru hanya membimbing agar anak menemukan sumber pengetahuan itu, berinteraksi dengannya dan memberi efek psikologis bagi anak sehingga merangsang kognitif menjelajah lebih jauh dari pengetahuan yang sudah anak-anak miliki, kata kepala Sekolah SMP Negeri 9 Kebar dalam pembukaan kegiatan Sekolah Konservasi Tambrauw.

“Anak-anak belajar tentang tantangan cendrawasih dan tantangan hidupnya, mereka belajar juga tentang masa depan air bersih setelah 100 tahun Indonesia merdeka, seandainya hutan Kebar ditebang habis; manfaat hutan untuk energi baru terbarukan yang tergantung pada ketercukupan air dari sungai-sungai yang mengalirkan air dari pegunungan hutan Tambrauw. Disamping ekosistem hutan, anak-anak diperkenalkan dengan ekosistem pesisir dan interaksi antara keduanya,” jelas Ema Siloni, Penanggungjawab program Pendidikan Konservasi, YM2P.

Kembali ke Merry Sesa, dirinya masih merasa kagum terhadap alam Savana Kebar. “Berada di Padang Savana ini terasa membayar lunas kecapaian dan kelelahan perjalanan hampir 10 jam dari Sorong. Cerita bukit Teletabis dan Kebar sudah kami dengar lama sekali. Alamnya indah, meluksikan keindahan dan kebaikan Tuhan bagi masyarakat Kebar dan tanah Papua,” Kata Merry, sapaannya sehari hari.

Selain Merry, seorang fasilitator lain, Oktovina Kondologit dan Vivi Kawer, mengatakan. “Savana Kebar, satu dari keajaiban alam yang dititip Tuhan di tanah Tambrauw, selain puncak Salju di tanah Amungme dan keajaiban bawah laut Raja Ampat”.

Tak terasa hari semakin sore, kami akan segera meninggalkan padang Savana Kebar untuk kembali ke penginapan milik PEMDA Tambrauw.

“Kalau kita mampu hidup berdampingan dengan alam, harmonis dengan alam, saya pikir tidak ada virus yang habitatnya terganggu. Saya teringat seorang bernama, David Quammen, kata Octovina Kondologit seorang fasilitator YM2P yang energik. David, penulis tentang alam dan kehidupan liar, menulis pada salah satu surat kabar Internasional,” katanya.

Meringkas siklus dan penyebab munculnya banyak penyakit. Dikatakan oleh Quammen bahwa virus, bakteri dan kuman, kehilangan tempat tinggal akibat hutan dan alam diinvasi manusia untuk keperluan hidup maupun keserakahan.

“Kita memotong pohon, memburu binatang, merenggut mereka dari habitatnya, bahkan menjualnya ke pasar untuk dimakan membuat virus kehilangan rumah alamiahnya. virus2 itu, kehilangan rumahnya dan mereka mencari inang baru dan inang barunya adalah tubuh manusia.”

Hari akan segera malam, perjalanan kami meninggalkan padang Savana semakin jauh, ketika langit memancarkan cahaya keemasannya, menambah keindahan padang Savana dari kejauhan. Kami akan menginap semalam lagi di Kebar, besok paginya melanjutkan program Sekolah Konservasi Tambrauw di kampung Siakwa, distrik Miyah. (Alberth Nebore)