Direktur AMO Wakili Indonesia Dalam Event Art For All 2021

Direktur Ambon Music Office (AMO), Ronny Loppies. Foto-Ist/TN

TEROPONGNEWS.COM, AMBON – Direktur Ambon Music Office (AMO), Ronny Loppies akan mewakili Indonesia pada event bertajuk Art For All 2021: Virtual Art Activity Series, yang dilaksanakan Ditjen Kebudayaan Thailand.

Kepastian Direktur AMO sebagai perwakilan Indonesia dalam kegiatan yang akan berlangsung secara daring pada Jumat, 23 Juli 2021, disampaikan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Rabu (21/7/2021) malam.

“Saya telah dikontak untuk mewakili Indonesia pada event yang juga dihadiri oleh perwakilan negara–negara ASEAN,” kata Loppies kepada wartawan, Kamis (22/7/2021).

Menurut dia, topik dari event internasional tersebut adalah, berbagi pandangan, pengalaman, dan pelajaran, dalam mengajar kesenian atau kegiatan, terkait kesenian melalui daring selama pandemi Covid-19.

Khusus dalam event dimaksud, Direktur AMO menuturkan, dirinya akan menyampaikan materi “Ferkuensi Menengah untuk Anak-anak dan Perdamaian Dunia”.

“Ambon dikenal di Indonesia sebagai kota penghasil penyanyi. Orang Ambon memiliki talenta yang luar biasa sebagai anugerah Tuhan, bukan karena mereka belajar musik. Dalam dokumen ke UNESCO ketika menjadi kota musik dunia disampaikan bahwa 90 persen orang Ambon dapat bernyanyi. Mereka bernyanyi dari dalam kandungan sampai kematian. Oleh karena itu, orang ambon ketika lahir, mereka tidak menangis tetapi bernyanyi,” jelasnya.

Anak-anak Ambon, sebut Loppies, suka bernyanyi pada frekuensi menengah, karena terbiasa mendengarkan lagu-lagu pop rohani dan pop Ambon yang dinyanyikan oleh orang tuanya.

Budaya musik ini menyebabkan anak-anak di Ambon merupakan anak-anak yang cerdas, mudah bergaul dan dekat dengan lingkungan.

“Mereka cepat menyesuaikan dengan tempo, pitch dan harmoni secara otomatis tanpa membaca notasi,” ujar dia.

Potensi ini, lanjutnya, sangat penting untuk perdamaian dunia lewat musik anak-anak yang berada pada frekuensi menengah. Dimana frekuensi menengah menciptakan rasa saling cinta terhadap manusia, hewan, dan lingkungan. Irama yang damai yang dihasilkan dipercaya bisa melepaskan energi buruk dan meningkatkan rasa cinta.

“Oleh karena itu, Ambon kota musik dunia, membawa branding musik sebagai alat perdamaian dunia, dan dimulai dari anak-anak yang suka bernyanyi pada frekuensi menengah,” tandasnya.

Lebih lanjut Loppies menambahkan, frekuensi menegah membuat anak-anak juga betah tinggal di rumah selama pandemi Covid-19.

Kreativitas anak-anak Ambon juga tetap terjaga dalam berkarya, karena musik membuat mereka rileks, meningkatkan imun tubuh sehingga tidak mudah tepapar virus.

Selain untuk perdamaian, musik di Ambon juga dapat membangun inovasi untuk konservasi alam dan lingkungan, dengan program ‘Sound of Green’ yang digagas AMO.

“Salah satu inovasinya adalah mengkolaborasikan antara musik dan lingkungan dengan melibatkan anak-anak yang selalu mengeluarkan frekuensi menengah. Program ini kami kaitkan dengan wisata musik, pendidikan anak di sekolah dasar dan sekolah menegah, literasi buku dan notasi musik, sekolah alam dan membangun studio untuk anak-anak,” pungkasnya.