Berita

Urus Pasien Covid-19, Tenaga Medis Raja Ampat Ini Terpapar dan Terlantar Di Ruang Isolasi

×

Urus Pasien Covid-19, Tenaga Medis Raja Ampat Ini Terpapar dan Terlantar Di Ruang Isolasi

Sebarkan artikel ini
Potongan vieo seorang perempuan yang mengaku bernama Oktovina dan bekerja sebagai tim medis bagian laboratorium RSUD Raja Ampat, yang mengeluhkan kondisinya di ruang isolasi RSUD setelah dinyatakan terkonfirmasi virus corona. (Foto:Ist/TN)

TEROPONGNEWS.COM, RAJA AMPAT – Seorang tenaga medis yang bertugas di bagian laboratorium RSUD Kabupaten Raja Ampat, berurai air mata sambil menceritakan kondisinya yang terpapar virus corona dan terlantar di ruang isolasi.

1515
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Melalui rekaman video yang diunggah oleh pemilik akun facebook Mutmainah Bahrun, tenaga medis perempuan yang mengaku bernama Oktovina Tonata ini menumpahkan keluh kesahnya kepada Bupati Raja Ampat, Sekda dan Tim Satgas Covid-19 Raja Ampat.

Video berdurasi 4.31 menit ini, diunggah ulang oleh akun facebook Anis Susanti, dan viral di media sosial sejak Minggu (27/9/2020) sore. Hingga Senin (18/9/2020) siang, video itu sudah dibagikan sebanyak 1.076 kali, mendapat tanggapan 545 dan dikomentari oleh 19 orang.

“Selamat siang bapak Sekda, Bapak Bupati dan seluruh tim Satgas Covid. Saya Oktovina Tonata, tim medis dari RSUD Raja Ampat bagian Laboratorium,” kata wanita ini mengawali curhatnya dalam rekaman video.

“Saya terkonfirmasi covid, dan saya masuk ke sini sudah hari ke empat. Kami pertama masuk, keadaan kami sangat menderita. Pertama kami masuk harus bersihkan ruangan, bersihkan tempat tidur dan bersihkan semuanya. Dan kami tidak dapat dkunjungi dokter. Satupun dokter tidak ada yang mengunjungi kami. Disini kami di rawat berjumlah 12 orang dan di dalamnya ada 5 anak balita yang tidak pernah diperhatikan sama dokter,” ungkap Oktovina.

“Yang kedua, kami juga tidak pernah mendapat asupan vitamin. Memang makanan ditangung baik, tapi vitamin untuk asupan kami tidak ada. Kami menelpon dibilangnya tidak ada anggaran untuk pembelian vitamin. Keadaan saya sekarang bukan baik, semakin buruk pak. Karena kami tidak pernah diperhatikan seorang pun dokter. Kami ditelatarkan begini,” lanjut Oktovina.

Kemudian dia mengarahkan ponsel kameranya kearah seorang ibu yang ada di belakangnya, sambil berkata,” Kasihan ibu ini, masuk pertama dengan keluhan batuk. Sampai sekarang tidak ada sama sekali realisasi untuk dikasih obat batuk. Malah kami beli obat sendiri di luar,” katanya.

Oktovina berada di ruang isolasi RSUD bersama dengan suami, anak, dan beberapa temannya. “Ini teman saya Lisna pengalaman sama, sakit juga rasanya. Sama dengan kami. Ini suami saya, Liustinus dari Dinas Perhubungan. Kami masuk dengan muka yang cerah, kami di dalam dengan muka yang pucat,” tambahnya.

Oktovina dan suaminya, yang sama-sama di isolasi di RSUD Raja Ampat.

Bahkan kondisi salah satu anaknya, ketika pertama masuk ruang isolasi, mengalami diare dan muntah. Tapi permintaan obat ke petugas satgas, tidak diberi hingga video rekaman itu dia buat. “Kami minta obat sama sekali tidak dikasih, sampai sekarang. Kami beli obat untuk kasi minum dia,” urainya.

Karena kesal tidak diperhatikan, Oktovina sempat keluar mendatangi posko Satgas Covid untuk mencari solusi. Tapi yang terjadi justru keributan dan perkelahian. Oktovina disebut sebagai tenaga medis yang goblok karena dianggap kabur dari ruang isolasi.

Setelah keributan pecah, barulah ada dokter yang datang melihat kondisi pasien di ruang isolasi itu. Tapi lagi-lagi kata Oktovina, hanya pasien lain yang di tensi, sedangkan dirinya bersama keluarga, tidak disentuh.

“Alasannya apa kami dibikin kayak begini. Kami juga tidak mau  terkena penyakit ini, tapi kami terpapar dari pasien pak. Jadi kami bersabar. Kami minta pindah malah kami dimarahi. Kami dikasih masuk di isolasi, kami tidak ada keluhan, kenapa dimasukkan di isolasi?,” ungkap Oktovina, yang menyampaikan keluhan itu kepada para pejabat daerah.

“Kenapa kami tidak pernah dikunjungi, anak kami yang sakit tidak pernah dilihat? Mending kami pergi pak.. mungkin kami karantina di gedung wanita pak, kami lebih aman. Anak balita tidak diperhatikan. Kami juga orang medis, masak kami ditelantarkan begini,” tambahnya.

Sebagai tenaga medis yang bersinggungan dengan pasien Covid, Oktovina dan kawan-kawannya yang da di ruang isolasi RSUD, hanya minta diperlakukan secara manusiawi.

“Kami cuma mohon pindahkan kami dari rumah sakit. Kami mohon dipindahkan hari ini. Kami mohon pak sekda pak bupati dan tim covid, kami mohon dipindahkan sebelum imun kami menurun. Kami ingat anak-anak kami mashi kecil, kami juga ingat beban pekerjaan kami di rumah sakit masih banyak, beban kami melayani masyarakat. Kami sudah tidak sanggup di ruang isolasi rumah sakit. Hari ini saya ambil pernyataan, meski Pak Agus saya punya direktur, saya tetap hargai dia pak. Saya pingin pindah ke gedung wanita, terima kasih pak, selamat siang,” tutup Oktovina. **