IMT Sorong Terancam Dualisme Kepemimpinan

Mahasiswa asal kabupaten Tambrauw saat menggelar jumpa pers di salah satu cafe di kota Sorong. (Foto:Mega/TN)

TEROPONGNEWS. COM, SORONG – Sejumlah Mahasiswa yang berasal dari distrik Salemkai hingga distrik Abun, kabupaten Tambrauw di Sorong merasa kecewa, lantaran Musyawarah lanjutan dengan agenda pemilihan ketua Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT) Sorong periode 2020-2022 dinilai tidak sesuai dengan mekanisme.

Diketahui pada pemilihan ketua IMT yang digelar di gedung Keik Malamoi, KM. 13 kota Sorong pada 11 juli 2020 tersebut, Bonesius Hae mendapatkan suara terbanyak dibanding Marten Momo dan Salmon Yeblo yang juga ikut mencalonkan diri sebagai ketua IMT Sorong.

Simon Yenjau, Salah satu mahasiswa Tambrauw mengatakan bahwa pemilihan ketua IMT Sorong dinilai tidak sesuai mekanisme dan menolak hasil musyawarah lanjutan itu. Di mana menurut Simon, pada musyawarah tersebut sebagian besar anggota IMT Sorong tidak diikutsertakan.

“Saya rasa kegiatan kemarin itu dilakukan secara terpaksa, tidak tahu itu kepentingan panitia atau siapa kita tidak tahu. Menurut kami proses musyawarah kemarin juga tidak berjalan dengan baik. Masa panitia melakukan perhitungan suara tidak pakai cap panitia, jadi menurut kami, ini sudah keluar dari mekanisme organisasi,”ujar Simon saat menggelar jumpa pers bersama beberapa mahasiswa asal kabupaten Tambrauw di salah satu cafe di kota Sorong, Minggu (12/7/2020).

Simon serta beberapa mahasiswa asal Tambrauw yang tidak diikutsertakan dalam musyawarah itu merasa dirugikan. Sebab, menurut dia keputusan dari musyawarah itu harus dilakukan bersama-sama agar tidak menimbulkan konflik dalam organisasi.

“Kita merasa dirugikan karena banyak dari kita ini yang tidak mendapat undangan resmi. Oleh karena itu kita minta musyawarah itu diulang, serta menghadirkan dinas terkait seperti Kesbangpol atau Bupati dan Wakil Bupati Tambrauw pada musyawarah itu. Jika tidak kita akan buat dualisme,”ancam Simon.

Disamping itu juga, kata Simon, ditengah pandemi Covid-19 ini aktivitas kampus belum berjalan dengan normal dan masih banyak mahasiswa yang belum kembali ke Sorong, sehingga banyak diantara mereka yang tidak bisa hadir.

“Jangan sampai persoalan ini berkepanjangan, biarkanlah Musyawarah ini berjalan sesuai dengan mekanismenya kalau tidak nantinya bisa memperpanjang konflik. Kalau mekanismenya berjalan baik kan bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik mahasiswa kita nanti, “pungkas Simon.