Karantina Terpusat Terlaksana Jika Ada Dukungan Masyarakat

Para Pasien Positif COVID-19 yang sembuh mendapat bungan dari dokter yang merwatnya baru-baru ini. (Foto : Dok.)

Manokwari, TN – Rencana pemerintah daerah melalui gugus tugas Provinsi Papua Barat untuk menerapkan karantina terpusat dalam rangka memutus mata rantai penyebaran corona virus disease 2019 (COVID-19) harusnya didukung semua elemen masyarakat.

Pasalnya, jika tidak didukung semua elemen khusus masyarakat akar rumput maka sia-sia karantina terpusat itu diterapkan, kemudian tingkat penyebaran virus corona mulai menyerang siapa saja.

“Harusnya masyarakat Papua Barat itu mendukung rencana pemerintah melalui gugus tugas COVID-19 Papua Barat karena tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini, jangan menghalangi dong,” kata salah satu warga Manokwari, Eko Sami kepada media ini melalui telpon celulernya, Kamis (21/5).

Menurut Eko Sami, jika ada warga yang terkonfirmasi positif terpapar virus corona maka keluarga,tetangga serta siapa saja yang kenal dengan dia memberikan support untuk menjalani karantina di Rumah Sakit.

Begitu juga dengan warga Papua Barat yang berstatus orang tanpa gejala (OTG), orang dalam pemantauan (ODP) serta pasien dalam pengawasan (PDP) diberikan dukungan untuk mengikuti karantina terpusat.

“Mari kita kita semua dukung pemerintah Papua Barat dalam menerapkan karantina terpusat, karena ini berkaitan dengan kehidupan kita semua juga,” tandasnya.

Terpisah, juru bicara gugus tugas COVID-19 Provinsi Papua Barat, dr Arnoldus Tiniap,M.Empid mengaku bahwa 1 pasien positif corona di Kabupaten Manokwari yang beralamat di Warmare tidak mau menjalani karantina pada RSUD Provinsi.

“Sudah dari sabtu pekan lalu kami sudah komunikasikan dengan pasien positif tersebut dan keluarganya, kami katakatakan bahwa yang bersangkutan jangan jadi sumber penularan bagi keluarga serta sesama, maka diminta untuk dibahwa ke RSUD Provinsi tetapi tidak berhasil, keluarga pasien juga melarang,” ungkap dr Arnol Tiniap.

Salah satu penyebab yang membuat sehingga pasien positif bersama keluarga menolak untuk menjalani karantina karena mereka tahu bahwa orang yang positif terpapar virus corona harus sakit.

Padahal masyarakat tidak menyadari bahwa 80 persen lebih orang yang terkonfirmasi positif terpapar virus corona itu tidak bergejala atau orang tanpa gejala (OTG) atau keluhan. Hal seperti merupakan salah satu bentuk masyarakat Papua Barat yang tidak mau mendukung kebijakan pemerintah untuk menerapkan karantina terpusat dalam  rangka memutus mata rantai penyebaran virus corona disease 2019.