Pentua Adat di Talaud Gelar Ritual Tolak Bala


Talaud, TN – Di tengah situasi dan kondisi dunia yang semakin mengkhawatirkan akibat kehadiran Corona Virus Disaise (Covid-19), masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud menjadi satu dari sebagian daerah yang cukup diresahkan.

Pasalnya, daerah yang dikenal dengan kebersamaan ini, harus menahan diri untuk berkumpul dan bahkan beribadah bersama di tempat-tempat ibadah yang ada.

Melihat keresahan di tengah-tengah masyarakat, para pentua adat di Kecamatan Beo, langsung berinisiatif menggelar ritual adat tolak bala, atau dalam nama adatnya disebut Mandangannu Soa Manandaa Banua, di Pelabuhan Beo, Selasa (31/3) dini hari.

Para pentua adat yang dihadiri oleh Ratun tampa Beo Timur Justus Tuwongkesong, S.Pd, Ratum Banua Beo Timur Obrin Sarundaitan, Inangu Wanua Beo Timur Yoel Loronusa, Ratum Banua Beo Barat Markuslon Manaidam Inangu Wanua Beo Barat Adrianus Liroga dan Inangu Wanua Beo Magdalena Anaadda, didampingi pula oleh Camat Beo Petrus Pangendaheng, M.Pd, Lurah Beo Raden Mangkey, serta Danramil Beo Kapten Wofsi Metusala.

Justus Towongkesong, ketika diwawancarai menjelaskan, ritual ini tak direncanakan namun selalu digelar ketika ada wabah penyakit, kejadian luar biasa, bala atau malapetaka lainnya, baik secara lokal maupun nasional.

“Ritual ini dilakukan dini hari bukan tanpa alasan. Adat meyakini, semua masyarakat akan bangun di pagi hari dan menyambut mata hari sebagai pembawa berkat dari Tuhan yang maha esa. Prosesi tolak bala ini selalu berhasil dan mendatangkan hasil baik,”terang Justus.

Sedianya, sambung Justus, jika tak ada larangangan social distancing dari pemerintah, dalam prosesi adat ini semua masyarakat akan dilibatkan dan turun untuk melakukan doa secara bersama.

“Prosesi ini tak mengenal agama dan dari mana masyarakat berasal, semuanya harus dilibatkan. Namun karena kali ini ada aturan dari pemerintah soal menjaga jarak, maka yang datang memang hanya pentua adat. Meskipun berlatar belakang adat, namun doa yang dipanjatkan tetap kepada Tuhan yang maha esa, sang empunya bumi dan isinya,”ujar Justus.

Mengenai pemilihan tempat pegelaran prosesi tolak bala, dia mengakui bahwa pelabuhan adalah tempat yang paling tepat, karena merupakan salah satu pintu masuk masyarakat, terutama orang dari luar ke wilayah Beo.

Ditanya soal pandangan adat terhadap Covid-19, Justus mengatakan, dari kaca mata adat virus ini adalah teguran untuk para pemimpin. Karena hampir terjadi di seluruh dunia, maka kata dia pemimpin-pemipin di dunia harus melakukan langkah yang tepat.

“Jika terjadi secara menyeluruh dan semua masyarakat ikut merasakannya, maka adat melihat itu adalah teguran untuk seluruh umat manusia. Maka dari itu, doa secara adat kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, dengan harapan agar wabah ini segera berakhir, secara umum di Kabupaten Talaud dan secara khusus di wilayah Kecamatan Beo,”tuntas Justus.
Pewarta: Endy Mangindudu