Berita

Berlabuh di Papua Barat, Kapal EcoXplorer Siap Digunakan Untuk Ekowisata dan Angkut Komoditas Lokal

×

Berlabuh di Papua Barat, Kapal EcoXplorer Siap Digunakan Untuk Ekowisata dan Angkut Komoditas Lokal

Sebarkan artikel ini
Kapal riset EcoXplore milik Econusa yang berlabuh di laut Papua Barat. (Foto:Ist/TN)

TEROPONGNEWS.COM,SORONG – Yayasan Ekosistem Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa) sebagai NGO yang fokus pada isu lingkungan di Indonesia Timur, khususnya wilayah Papua dan Maluku meluncurkan kapal riset.

Kapal riset yang diberi nama EcoXplore yang kini berlabuh di wilayah Papua Barat itu resmi diluncurkan setelah dilakukan ritual atau upacara tolak bala oleh masyarakat adat suku Moi, di atas kapal EcoXplore yang berlabuh di laut Malaumkarta, Kabupaten Sorong, Sabtu (20/8/2022).

ritual atau upacara adat suku Moi di atas kapal EcoXplorer. (Foto: Mega/TN)

Pada upacara adat ini, beberapa tetua-tetua adat Moi nampak membacakan mantra sambil mengililingi kapal. Mereka juga membawa pinang, buah sirih, dan nasi kuning yang dibungkus dengan daun dan dililit. Selanjutnya, pinang, sirih, dan nasi kuning itu dilempar ke laut guna menolak bala.

4909
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

“Setiap ada pertemuan atau mereka yang baru datang sebagai tamu, perjumpaannya seperti tadi yaitu upacara adat sirih pinang, dengan memanggil arwah terdahulu (moyang) agar mereka merestui apa yang kita lakukan, sehingga tidak terjadi hal-hal buruk di kemudian hari terutama saat kapal dalam posisi beroperasi nanti,”jelas tokoh adat Moi, Benyamin Kalami.

Benyamin menjelaskan, dalam bahasa Moi, upacara adat itu disebut Benvie Kama Book. Benvie yang artinya upacara, Kama artinya perahu/kapal, Book yang artinya pinisi/pesiar. Pada ucapara itu, nama-nama para arwah disebutkan dalam ritual tersebut, di mana terdapat 14 marga Moi di dalamnya.

Nasi kuning, sirih dan pinang dalam ritual adat Moi yang akan dilarungkan ke laut. (Foto:Mega/TN)

“Upacara seperti ini baru kali pertama di lakukan di kampung Malaumkarta. Karena generasi Malaumkarta juga terlibat aktif di kegiatan Econusa otomatis kami orang tua juga harus terlibat,dan kita harus melakukan budaya ini agar jadi jaminan untuk generasi ke depan. Jadi ketika kita sudah tiada mereka yang akan melanjutkan budaya itu,”ucap Benyamin.

Sementara itu, Kepala Kantor Econusa Wilayah Sorong Raya, Fransiskus Xaverius Adi Saputra menjelaskan bahwa, kapal kayu model pinisi khas Sulsel ini bergerak di wilayah Indonesia Timur seperti di Maluku, Maluku utara, Papua dan Papua Barat.

Selain untuk kepentingan riset, kapal dengan kapasitas GT 136 ini juga akan digunakan untuk mengangkut komoditi lokal dan wisata.

Masyarakat adat suku Moi diatas kapal EcoXplorer.(Foto:Mega/TN)

“Kapal ini juga sebagai kapal pendidikan, kami punya jejaring anak muda bernama EcoDefender, jejaring anak muda ini yang mendesain kegiatan-kegiatan edukasi tentang lingkungan, adat budaya dan akan dilakukan di atas kapal. Sehingga anak-anak muda bisa belajar di sana,”ujar Adi.

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Firman selaku guide kapal menjelaskan kapal EcoXplore terdiri dari 9 kabin, yang mana 6 kabin terdiri untuk kamar tamu, 3 kabin untuk kamar crew dan ruang navigasi.

“Navigasinya sudah berstandar internasional, dan ada Life Raft yang muat 35 orang. Kapal ini dilengkapi juga dengan 4 mesin, yang mana 1 mesin induk dan 3 mesin listrik. Untuk produksi air di kapal itu menggunakan watermarker,byang dapat merubah air laut menjadi air tawar. Jadi untuk kebutuhan air tawar di kapal kita tidak pernah isi air lagi, jadi bisa diproduksi ketika kita di tengah laut,”pungkasnya.