TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA — Aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan aparatur sipil negara (ASN) Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) terhadap Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro berakhir damai.
Perdamaian terjadi pada Senin (20/1/2025) malam di kediaman Satryo di Jalan Widya Chandra, Jakarta.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendiktisaintek, Togar M Simatupang, proses perdamaian berlangsung sekitar satu setengah jam. “Berlangsung dengan pendekatan silaturahmi,” katanya seperti dikutip sejumlah media, Selasa (21/1/2025).
Togar menjelaskan terdapat tiga hal dalam proses silaturahmi itu. Pertama, itu merupakan dialog yang konstruktif, karena masing-masing pihak menyampaikan aspirasi, persepsi, perbedaan-perbedaan yang ada, dan juga kekhawatiran-kekhawatiran, baik secara emosional maupun psikologis.
Kedua, dalam perdamaian itu diluruskan bahwa tidak ada sama sekali pemecatan pegawai Kemendiktisaintek.
Ketiga, ada proses keberterimaan, saling minta maaf, dan menerima ketidaksempurnaan antara Satryo dengan pihak ASN yaitu Neni Herlina. Mereka berkomitmen untuk kembali bersama-sama menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
“Kembali bersama-sama sebagai satu tim ya sebagai mitra-lah gitu ya, untuk bisa memandang atau melakukan kewajiban atau boleh dikatakan tugas dan fungsi kita masing-masing gitu ke depan,” jelas Togar.
Dia pun menegaskan bahwa Neni Herlina masih tetap bekerja dan menjadi pegawai di Kemendiktisaintek dan tak ada pemindahan ke Kemendikdasmen.
Untuk diketahui, aksi protes yang dilakukan ratusan ASN Kemendiktisaintek dilakukan buntut dari pemecatan tidak adil yang dialami oleh Prahum Ahli Muda dan Pj. rumah Tangga Setditjen Diktiristek, Neni Herlina.
Neni diketahui sudah 24 tahun bekerja di instansi tersebut. Kemudian, pada Jumat (17/1/2025) sore dirinya mengaku tiba-tiba diusir keluar ruangan oleh pimpinan tertinggi di Kemendiktisaintek.
“Tiba-tiba pimpinan tertinggi kami masuk ke ruangan kami dan di hadapan semua orang, beliau mengusir saya keluar dan memerintahkan untuk pindah ke Kemendikdasmen… Saya keluar dan shalat,” ujar Neni.
Sementara itu, Neni menyebut penyebab pengusiran dirinya itu bermula dari sebuah meja tamu di ruang tertinggi lantai 18, yang juga sebenarnya sudah tersedia sejak pimpinan sebelumnya ada, dirasa perlu diganti. Penggantian ininkemungkinan karena dianggap tidak menghormati pimpinan yang baru tersebut.
“Lalu semua masalah urusan rumah tangga yang terjadi di lapangan, bermuara kepada saya, sampai saya harus keluar dari institusi ini,“ kata dia.
Sementara Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro membantah tuduhan pemarah, arogan hingga tindakan lainnya yang dituduhkan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menggelar aksi protes di Kemendiktisaintek, Senin (20/1/2025).
“Tidak ada sama sekali, tidak benar,” kata dia menyangkal tuduhan tersebut, usai pelantikan Rektor ITB di Aula Barat ITB.
Dia menyebut aksi tersebut dilakukan lantaran pihaknya tengah melakukan “bersih-bersih” di tubuh Kemendikti Saintek dengan melakukan rotasi-mutasi.
“Pendemo biasanya kan mencari sesuatu yang menarik kan, intinya kita sedang bersih-bersih, bereskan banyak kegiatan yang dianggap oleh kami pemborosan, presiden mengatakan tidak boleh boros di Kementerian, kita kerjakan,” ungkapnya.
Dia menduga ada pihak-pihak yang merasa tidak nyaman dengan langkah yang ia tempuh, sehingga aksi hari ini terjadi.
“Demo itu terkait dengan kami sedang mengadakan upaya mutasi besar-besaran di Kementerian, karena pecah jadi tiga menteri, kemudian kita ingin membenahi karena Pak Presiden mengatakan harus hemat dengan anggaran pemerintah, kita adakan satu mutasi yang cukup besar, dan karena ada pihak-pihak yang tidak berkenan dimutasi,” jelas Satryo. ***