TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Republik Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pembudayaan Literasi, Inovasi, dan Kreativitas di Balai Raya Semarak Bengkulu. Kegiatan ini merupakan bagian dari “Gelar Karya Revolusi Mental melalui Aksi Nyata Pembudayaan Literasi, Inovasi, dan Kreativitas”, yang melibatkan 16 kementerian/lembaga, pemangku kepentingan, dan perwakilan masyarakat lingkup Provinsi Bengkulu.
Dipilihnya Provinsi Bengkulu sebagai penyelenggara kegiatan ini tidak terlepas dari penghargaan Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang telah diterima Pemerintah Provinsi Bengkulu dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 2 Mei 2024 di Jakarta.
Penghargaan tersebut merupakan apresiasi atas komitmen Pemerintah Provinsi Bengkulu dalam upaya pelestarian bahasa daerah yang diserahkan pada saat Pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Nasional 2024.
Dalam sambutannya, Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, berharap kegiatan ini dapat meningkatkan budaya literasi di Provinsi Bengkulu, sehingga masyarakat menjadi lebih literat, inovatif, dan dapat meningkatkan kesejahteraan.
Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan seni dan budaya oleh Pemenang FTBI Tingkat Provinsi Bengkulu. Empat tunas muda yang juga dikirim ke tingkat nasional ini menampilkan pertunjukan mendongeng, membaca puisi, menulis dan membaca aksara Ulu, serta tembang tradisional rejung.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, hadir sebagai narasumber dengan materi bertajuk “Arah Baru Revitalisasi Bahasa Daerah: Menekan Laju Kepunahan Bahasa Daerah di Indonesia”. Aminudin menjelaskan bahwa ancaman kepunahan bahasa daerah semakin nyata. Menurut UNESCO, satu bahasa punah setiap dua minggu. Indonesia, dengan 718 bahasa daerah dari Aceh hingga Papua, berada dalam ancaman ini.
“Selama sepuluh tahun terakhir, bahasa Sunda kehilangan dua juta penuturnya, jumlah yang setara dengan populasi Provinsi Bengkulu,” ungkap Aminudin.
Untuk menekan laju kepunahan ini, Badan Bahasa menerapkan pendekatan baru dengan fokus pada revitalisasi, bukan sekadar pendokumentasian. Program revitalisasi ini lebih menekankan tunas bahasa ibu dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
“Siswa yang suka mendongeng bisa memilih materi mendongeng, begitu pula dengan yang suka menulis puisi, komedi tunggal, atau tembang tradisional,” tambahnya.
Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu sebagai unit pelaksana teknis Badan Bahasa, turut berpartisipasi dalam kegiatan ini dengan membuka stan simulasi Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) dan memamerkan produk Kantor Bahasa serta batik diwo, bekerja sama dengan komunitas Az-Zahra, Kepahiang.
Selain itu, Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu tahun ini turut menyelenggarakan program revitalisasi bahasa daerah. Tujuh bahasa dan dialek yang direvitalisasi antara lain bahasa Enggano, bahasa Rejang, serta lima dialek bahasa Bengkulu, yaitu Serawai, Pasemah, Lembak, Pekal, dan Nasal.
Rangkaian kegiatan RBD di Kantor Bahasa Bengkulu berjalan lancar berkat dukungan penuh dari pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sinergi ini diharapkan dapat terus terjaga demi menjaga keberlangsungan bahasa daerah di Provinsi Bengkulu.