TEROPONGNEWS.COM, ASMAT – Sepenggal kisah dari puncak peringatan detik – detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dari Kota diatas rawa di Selatan Papua. Kisah itu datang dari derap langkah pasukan pengibar bendera (Paskibra) Merah Putih.
Tampak gadis remaja hitam manis kelahiran 2006 berada ditengah derap langkah Paskibra memasuki arena upacara yang berlangsung di Lapangan Yos Sudarso.
Gadis manis itu melangkah sambil membawa baki di tangannya. Baki itu digunakan untuk membawa bendera Merah Putih yang diletakkan oleh Inspektur Upacara dan dibawa lalu diberikan kepada Paskibra untuk dikibarkan di tiang bendera di tengah lapangan Yos Sudarso.
Gadis manis itu, bernama Nada Dendew. Nada ini putri dari Feliks Owom, tetua adat Kampung Syuru, Distrik Agats, Kabupaten Asmat.
Ternyata Nada yang duduk di bangku kelas 1 SMK Negeri 1 Agats telah bercita – cita dari kecil ingin menjadi pembawa baki bendera Merah Putih dalam barisan Paskibra.
“Saya sejak kecil sering lihat Paskibra pada upacara 17 Agustus. Sejak itu, saya bercita – cita ingin menjadi pembawa baki bendera Merah Putih, ” kata Nada saat berbagi kisah dengan Redaksi Teropong News di Hotel Aswan yang menjadi tempat penampungan 40 anggota Paskibra.
Nada mengaku sangat senang dan bahagia, sebab impian masa kecilnya telah kesampaian.
“Saya sangat senang dan terharu, karena dari kecil saya ingin menjadi pembawa baki dan bisa terwujud sekarang, ” ungkap Nada bahagia.
Sebagai anak kelima dari 7 bersaudara, Nada terus mendapatkan motivasi dari mamanya. Mama Vitalia Simbab ingin Nada terus bersekolah.
“Tadi mama hadir. Mama datang dan peluk saya sambil menangis bahagia, karena mama tadi lihat saya bawa baki bendera Merah Putih, ” ucap Nada.
Nada sendiri bercita – cita ingin menjadi Polwan. Untuk itu dia terus berusaha belajar dengan tekun.
Pesan yang Nada sampaikan buat adik – adik perempuan asli Asmat dari seluruh kampung untuk selalu berdoa memohon pertolongan Tuhan, bersemangat dan konsisten mengejar cita – cita.
“Pertama harus selalu berdoa. Yang kedua semangat dan yang ketiga kejar terus cita – cita, ” kata Nada berpesan mengakhir ceritanya.