TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Direktorat Sumber Daya memfasilitasi upaya pencegahan terhadap ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme di lingkungan perguruan tinggi.
Langkah ini dilakukan dengan menggelar pelatihan bagi dosen (Training of Trainers) Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme di lingkungan Perguruan Tinggi.
Program ini merupakan strategi pendekatan lunak (soft approach) untuk memitigasi ekstremisme berbasis kekerasan dan membangun ketahanan masyarakat sesuai Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021.
Direktur Sumber Daya Lukman menjelaskan program pencegahan ekstremisme di lingkungan pendidikan tinggi berfokus pada upaya pencegahan yang mencakup kesiapsiagaan, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi. Untuk itu, Direktorat Sumber Daya memberikan dukungan dengan menggelar TOT bagi para dosen yang akan digelar di tiga regional yaitu Jakarta-Bogor, Surabaya-Lamongan, dan Solo-Semarang.
“Kita sangat berharap bisa memitigasi terhadap paham-paham yang memang tidak sesuai dengan budaya kita, tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” kata Lukman saat membuka acara ToT Pencegahan Ekstremisme Yang Mengarah Pada Terorisme di Jakarta, Selasa (9/7/2024).
“Ini adalah momentum yang tepat, bagaimana kita bisa mempertahankan merah putih dengan hal-hal yang paling kecil, salah satunya menjadi duta penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah terorisme di perguruan tinggi ini agar lebih implementatif,” tambah Lukman.
Melalui pelatihan ini, sebanyak 112 dosen akan membuat dan memelopori program penanggulangan ekstremisme berbasis kekerasan di kampus seperti membuat rencana aksi pencegahan ektremisme berbasis kekerasan, memasukkan materi/konseptual terkait pencegahan terorisme dan radikalisme pada kurikulum, melakukan sosialisasi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang sejenis.
Lukman berharap para peserta pelatihan ini dapat menjadi duta kampus dalam pencegahan ektremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme di perguruan tinggi di wilayahnya masing-masing.
“Kami sangat berharap para narasumber ini bisa menyampaikan dengan bahasa yang memang bisa dipahami oleh kalangan kampus, tidak perlu dengan bahasa yang rumit, tetapi bahasa yang memang mudah dicerna dan diimplementasikan,” tuturnya.