Scroll untuk baca artikel
Example 525x600
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Landscape Pendidikan Abad ke-21: Tantangan Siswa dan Guru Sains Biologi di Masa Depan

×

Landscape Pendidikan Abad ke-21: Tantangan Siswa dan Guru Sains Biologi di Masa Depan

Sebarkan artikel ini
Profesor perempuan termuda di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Dr. Marleny Leasa, S.Pd., M.Pd. Foto-Ist/TN
Example 468x60

TEROPONGNEWS.COM, AMBON – Pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan siswa untuk hidup di masa depan. Keterampilan abad ke-21 adalah, serangkaian kemampuan yang penting bagi siswa berkembang, agar berhasil di era informasi.

Keterampilan abad ke-21 meliputi keterampilan belajar, keterampilan hidup, dan keterampilan literasi. Keterampilan belajar: dikenal sebagai “empat C” pembelajaran abad ke-21, yang meliputi berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan kreativitas.

Example 300x600

“Keterampilan hidup mencakup fleksibilitas, inisiatif, keterampilan sosial, produktivitas, kepemimpinan. Keterampilan literasi meliputi literasi informasi, literasi media, literasi teknologi,” kata Profesor perempuan termuda di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Dr. Marleny Leasa, S.Pd., M.Pd, dalam pidato Pengukuhan Guru Besar, dalam Bidang Ilmu Pendidikan Biologi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, di hadapan Rapat Terbuka Luar Biasa Senat Unpatti Ambon, Senin (2/10/2023).

Faktanya, kata dia, integrasi keterampilan ini ke dalam kurikulum sekolah sering kali mengalami tantangan bagi banyak guru. Tantangan ini kemungkinan akan terus berlanjut, hingga guru menerima pelatihan yang memadai, dan diberikan contoh yang baik tentang bagaimana mengintegrasikan keterampilan-keterampilan tersebut ke dalam kurikulum.

Menurut Marleny, sejumlah kekayaan yang ada di Indonesia, bahkan di Maluku belum dapat dikelola dengan baik, karena sumber daya manusia yang tidak kompeten.

Oleh karena itu, siswa yang merupakan agen perubahan di masa depan, diharapkan memiliki berbagai keterampilan abad ke-21, agar bisa sukses dan mengelola sumber daya alam dengan baik bagi kesejahteraan masyarakat.

“Tantangan pendidikan abad ke-21, menekankan supaya guru bertanggung jawab dalam mempersiapkan siswa menghadapi dunia global dan partisipatif serta belajar, bekerja, dan menggunakan teknologi canggih,” ujarnya.

Dikatakan, guru harus berkolaborasi dan berkomunikasi dengan guru dan pakar lain untuk membuat, berbagi, dan mengevaluasi proyek terbaik agar mendorong minat siswa, serta mengembangkan dan memobilisasi keterampilan mereka.

Guru abad ke-21 harus mengambil peran sebagai konselor yang mendukung siswa. Guru berperan dalam pengembangan siswa secara holistik, membimbing untuk menyelesaikan tugas sekolah, dan memecahkan masalah mereka.

“Sains biologi yang diajarkan di SD hendaknya dilakukan secara sistematis mengembangkan dan mendorong keingintahuan siswa tentang dunia di sekitar mereka, menghadirkan kesenangan dalam kegiatan ilmiah dan pemahaman tentang bagaimana berbagai fenomena terjadi,” pungkas Marleny.

Bagi Marleny, peran seorang guru tidak hanya sekedar mewariskan ilmu kepada siswanya. Guru harus membimbing siswa, untuk memahami lebih dalam fenomena alam.

Guru juga diharapkan, memiliki kemampuan mengamati dan mengeksplorasi alam, serta membangun sikap positif terhadap sains biologi dan metode ilmiah, dalam eksplorasi alam.

“Tujuan utama mata pelajaran sains biologi adalah membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan di bidang sains dan teknologi yang memungkinkan mereka memecahkan masalah dan mengambil keputusan kehidupan sehari-hari berdasarkan sikap ilmiah dan nilai moral,” imbuhnya.

Namun, menurut Marleny, metode pembelajaran belum dilaksanakan sepenuhnya dengan benar, sehingga mengakibatkan kurang terintegrasinya keterampilan abad ke-21 bagi siswa.

“Salah satu keterampilan abad ke-21 yang menjadi fokus penelitian saya sejak tahun 2015 hingga sekarang adalah, keterampilan berpikir kritis,” tegas dia.

Lima dari enam indikator keterampilan berpikir kritis berhasil diungkap dalam studi tersebut yakni interpretasi, analisis, evaluasi, eksplanasi, dan inferensi.

“Secara komprehensif ditemukan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa SD dalam pembelajaran sains biologi di Maluku berada pada kategori cukup, sehingga perlu ada upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis terutama dalam proses pembelajaran,” akuinya.

Lebih lanjut dia menambahkan, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang digunakan dalam pembelajaran sains biologi dapat dioptimalkan, untuk mengeksplorasi dan menanamkan pemikiran kritis siswa secara konsisten, selain kemampuan afeksi.

Selain itu, guru diharapkan kreatif untuk mengembangkan modul sains biologi, sesuai arahan dari model pembelajaran tersebut. Pilihan lain dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah, dengan menggunakan strategi metakognitif.

“Hasil penelitian saya selanjutnya juga mengungkap bahwa keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif memiliki hubungan yang moderate pada pembelajaran sains biologi dengan NHT, dan hubungan yang sangat kuat bila diterapkan model pembelajaran NHT dengan strategi metakognitif,” beber Marleny.

Sumbangan keterampilan berpikir kritis terhadap hasil belajar kognitif pada pembelajaran dengan NHT sebesar 20,4%. Bila ditambahkan strategi metakognitif dalam pembelajaran sains biologi di SD, nilai sumbangannya meningkat menjadi 71,4%.

Dia mengaku, temuan-temuan tersebut menyimpulkan, bahwa model serta strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik pembelajaran sains biologi di SD berpotensi menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa, sebagai salah satu keterampilan abad ke-21.

Berbeda dengan keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif cenderung menggunakan gaya berpikir konvergen. Berpikir kreatif mencakup banyak keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti pengamatan, penemuan, analisis, pembuatan hipotesis, pengujian, pemecahan masalah, dan komunikasi.

“Kreativitas saat ini berada di garis depan dalam memainkan peran penting dalam proses produksi pengetahuan ilmiah, dalam menghadapi perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat. Guru mengalami kendala, untuk melatih keterampilan berpikir kreatif siswa SD dalam pembelajaran sains biologi,” ungkap profesor berusia 40 tahun ini.

Kendala tersebut, lanjut dia, disebabkan karena sebaran informasi tentang keterampilan tersebut yang kurang diakses oleh guru. Meskipun perangkat pembelajaran telah menuliskan adanya unsur creativity, namun dalam implementasinya masih kabur dan mengambang.

Maka sangat diharapkan, pembekalan dan pendampingan guru dalam merealisasikan kebijakan pendidikan apapun perlu dikawal dengan baik. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, sekaligus pemahaman konsep dalam pembelajaran sains biologi adalah dengan mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

“Faktor pemicu rendahnya pemahaman konsep adalah siswa tidak diberi praktik yang cukup untuk menyelesaikan masalah pembelajaran pada masa lampau,” kata dia.

Oleh karena itu, untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemahaman konsep dalam pembelajaran sains biologi sangat disarankan untuk guru menggunakan model-model pembelajaran inovatif.

“Sejalan dengan itu, guru dapat berinovasi dalam mendesain perangkat-perangkat pembelajaran, sesuai dengan aspek keterampilan berpikir yang diberdayakan pada siswa,” tandas Marleny.

Untuk diketahui, Prof. Dr. Marleny Leasa, S.Pd, M.Pd, merupakan sosok yang senang meneliti, dan menulis artikel jurnal nasional maupun internasional.

Example 300250
Example 120x600