Faktor Ekonomi dan Budaya Pengaruh Anak Putus Sekolah di Sorong Selatan

Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat Daya, Adrian Howay (Foto:Mega/TN).

TEROPONGNEWS.COM,SORONG – Angka putus sekolah banyak ditemukan di Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan Papua Barat Daya, Adrian Howay usai mengikuti Focus Discusion Group (FGD) Hasil Penelitian Partisipasi Usia Sekolah dan Pengembangan Model Pendidikan di Kabupaten Sorong Selatan, di Aston Hotel Kota Sorong, Rabu (20/9/2023).

Adrian menjelaskan, faktor yang mempengaruhi angka putus sekolah selain faktor lingkungan, juga budaya dan masalah ekonomi. Di mana daerah Imeko atau Kokoda menjadi penyumbang terbanyak.

”Makanya mulai jenjang SD banyak yang putus sekolah, begitu juga ke jenjang SMP. Dari sisi budaya, masyarakat ada yang menganggap anak harus membantu ekonomi keluarga daripada bersekolah. Ada juga yang karena budaya tertentu, di mana pada umur tertentu anak sudah harus menikah sehingga tidak dapat melanjutkan sekolah,”jelasnya.

Penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di Papua Barat Daya. (Foto:Mega/TN)

Menurutnya, perlu banyak intervensi dari pemerintah, baik intervensi Pemerintah Kabupaten ataupun Provinsi, sehingga dapat mengurangi angka putus sekolah di Papua Barat Daya.

Di mana sebanyak 31.216 penduduk usia sekolah di Papua Barat Daya yang tidak bersekolah, jumlah 6.877 di antaranya adalah Kabupaten Sorong Selatan.

Selain itu, hal-hal yang menjadi penghambat pendidikan di Kabupaten Sorong Selatan adalah kurangnya tenaga pengajar.

“Guru SD cuma 1-2 orang yang didominasi oleh honorer, tapi lama-lama mereka juga tidak betah karena tidak diangkat jadi pegawai. Lalu kebijakan pemerintah, guru melalui PPPK ini banyak ditempatkatkan di sekolah negeri. Ini kendala besar juga,”pungkasnya.