TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Program besar pemerintahan Presiden Joko Widodo terkait revolusi mental, diadopsi secara serius oleh PBNU pimpinan KH Yahya Cholil Staquf. Bahkan, dalam perkembangannya, tagline besar pembangunan nasional itu sudah menyasar lapisan kelas pelajar di lingkungan Nahdlatul Ulama. Yang terbaru adalah melibatkan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Terkait program ini, Pimpinan Pusat (PP) IPPNU tengah menggelar Workshop Revolusi Mental di Hotel Ibis Gading Serpong, Tangerang Selatan, Banten, pada Jumat (11/8/2023) hingga Ahad (13/8/2023). Agenda ini dibuka langsung oleh Ketua PBNU H Choirul Sholeh Rasyid.
Di dalam sambutannya, ia menyampaikan sejumlah arahan dari Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Ia menjelaskan bahwa workshop ini merupakan hasil kerja sama PBNU dengan Kemenko PMK. Sementara pelaksanaannya diserahkan ke badan otonom, termasuk IPPNU. Choirul mengatakan, revolusi mental yang digagas Presiden Joko Widodo ini merupakan era untuk membangun mental dan karakter bangsa ke arah perubahan yang lebih baik, bermartabat, dan berkeadilan.
“Jadi tujuannya membangun mental dan karakter bangsa, termasuk kita. Mental dan karakter memang harus dibangun sejak awal, khususnya di banom kita di IPPNU, berumur 12-24 tahun,” ucapnya.
Ia mengatakan, PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya saat ini memiliki visi ‘merawat jagat membangun peradaban’. Dari visi tersebut, harapannya dapat diejawantahkan ke dalam kerja nyata badan otonom.
“PBNU itu lebih kepada policy, pengambil kebijakan, menyusun rencana dan program besar selama lima tahun, lalu pelaksanaannya diserahkan kepada banom,” kata Choirul.
Menurut Choirul, selama tiga tahun kepengurusan IPPNU hingga 2025 mendatang, kiranya akan cukup untuk secara maksimal hadir di basis-basis pelajar, baik di SMA, aliyah maupun di perguruan tinggi.
Mantan Sekjen PP GP Ansor ini meminta agar IPPNU mampu merumuskan strategi untuk meningkatkan kapasitas organisasi agar dapat memperkuat dan membangun mental, serta karakter para kader.
“Kami harap agar ada aksi nyata. Hingga terwujud gerakan Indonesia melayani, bersih, mandiri, tertib. Bisa diwujudkan oleh IPPNU, baik di kepengurusan maupun di perilaku sehari-hari,” katanya.
Revolusi mental, katanya, harus tercermin dalam perilaku keseharian sehingga terbentuk etos kerja, semangat belajar atau beraktivitas. “Ini bagian dari cara PBNU untuk mengukur kinerja IPPNU. Diberikan program supaya bisa maksimal, kalau maksimal nanti kita usulkan lagi agar IPPNU bisa diberikan tugas lagi oleh PBNU untuk ikut melaksanakan berbagai program lain,” pungkas Choirul.
Workshop Revolusi Mental dan Peningkatan Kapasitas IPPNU ini diisi dengan empat materi. Materi pertama membahas revolusi mental, kedua pembahasan tentang refleksi pengurus, ketiga membahas evaluasi program, dan keempat ada pembahasan tentang profil IPPNU (mengenal lebih dekat IPPNU).
Sekretaris Umum PP IPPNU Wahyu Mawadatul Habibah mengatakan, kegiatan ini digelar sebagai hadiah untuk satu tahun kepengurusan PP IPPNU yang dimulai sejak Agustus 2022 lalu.
“Dengan adanya kegiatan ini, kami mampu merayakan satu tahun kepengurusan PP IPPNU. Karena memang Agustus 2022, periode kami baru dimulai dan hari ini anniversary yang pertama,” ucap Wahyu.
Selain workshop, kegiatan ini juga diisi dengan peningkatan kapasitas diri masing-masing pengurus dan kader IPPNU. “Jadi tidak hanya sekadar teori-teori yang kita pelajari di workshop, tetapi juga pengaplikasian bagaimana pendidikan karakter yang berguna bagi kader IPPNU,” katanya.
Kemudian, PP IPPNU akan melakukan evaluasi kinerja selama satu tahun sejak kepengurusan di bawah Ketua Umum Whasfi Velasufah dibentuk. Salah satu evaluasi kinerja yang akan dilakukan adalah mengenai target atau fokus pada pemberdayaan pelajar berusia 13-24 tahun, berdasarkan Kongres PP IPPNU pada tahun lalu.
“Dengan demikian, workshop ini memang perlu untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Aplikasinya nanti bisa kita lakukan di kehidupan masing-masing,” ucapnya.
Di dalam kegiatan ini, IPPNU melibatkan para santri dari Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta dan Pesantren Budaya Indonesia Depok. “Kami buktikan, dalam setiap kegiatan IPPNU, kami melibatkan pelajar-pelajar SMA dan pelajar yang ada di pesantren,” tegas Wahyu. (Khairil Huda)