KLHK Ungkap Sepeda Motor Sumbang Polusi Udara Terbesar di Jakarta

Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian LHK, Luckmi Purwandari dan Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio saat menghadiri diskusi Polemik dengan tema 'Solusi Polusi Jakarta, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa (15/8/2023). (Foto : Pierre Ombuh)
TEROPONGNEWS.COM, JAKARTA – Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian LHK, Luckmi Purwandari, mengungkapkan bahwa transportasi, terutama kendaraan sepeda motor telah menjadi penyumbang terbesar pencemaran udara di Jakarta.
Hal ini berdasarkan data KLHK yang menyebut lebih dari 24,5 juta sepeda motor masuk ke Jakarta pada tahun 2022. Kendaraan yang masuk sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil yang berkontribusi pada emisi.
“Kendaraan bermotor di Jakarta, terutama sepeda motor dengan bahan bakar fosil, mencapai 24.500.000 pada tahun 2022. Dari jumlah tersebut, sebanyak 78 persen adalah sepeda motor. Pertumbuhan sepeda motor ini sekitar 1 juta lebih setiap tahunnya,” ujar Luckmi dalam diskusi Polemik Trijaya FM: “Solusi Polusi Jakarta” di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa (15/8/2023).
Luckmi menjelaskan bahwa sepeda motor dan aktivitas industri merupakan dua faktor utama penyumbang polusi udara di Jakarta yang dapat diatasi. Meski buruknya kualitas udara juga dipengaruhi oleh faktor alami seperti musim, arah angin, dan topografi kota.
Perlu diketahui, selama beberapa tahun terakhir, musim kemarau pada bulan Juni hingga Agustus memiliki pengaruh besar terhadap kualitas udara di Jakarta. Pada periode ini, angin muson timur yang mengarah dari timur ke barat membawa potensi pencemaran udara yang lebih tinggi dari biasanya.
“Dalam data kami, setiap bulan Juni, Juli, Agustus, yang merupakan musim kemarau, angin muson timur bertiup dari timur ke barat. Pada periode ini, terdapat potensi penurunan kualitas udara yang signifikan dibandingkan dengan kondisi normal,” tambah Luckmi.
Untuk itu, Luckmi menilai, kualitas udara di Jakarta saat ini tidak seseram yang diberitakan. Karena menurut data KLHK, kondisi udara Jakarta dari 2018 sampai 2023 rata-rata baik dan sedang.
“Untuk bulan Agustus ini sampai tanggal 13 kondisinya sedang, dan 5 harinya tidak sehat. Jadi selama 13 hari ada 5 hari yang tidak sehat. Tapi lainnya sedang. Artinya tidak sehat, untuk orang yang memiliki asma dan gangguan pernafasan lainnya harus lebih waspada dengan memakai masker, membawa obat-obatan dan mengurangi aktivitas di luar,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Luckmi membantah kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap polusi di Jabodetabek. Ia memastikan penggunaan bahan bakar PLTU di Jakarta sudah beralih dari batu bara ke gas yang lebih ramah lingkungan.
“Sudah jelas kebijakannya bahwa transisi ini menggunakan energi terbarukan, dan PLTU yang di Jakarta sudah berubah menggunakan gas. KLHK juga mewajibkan pembangkit listrik untuk memasang alat pantau emisi dengan continuous emission monitoring yang real time dan terintegerasi. Jadi saya kira pengaturanya sudah jelas,” sebut Luckmi.
Ia menjamin, KLHK melakukan pengawasan berkala agar implementasi aturan ini berjalan di lapangan. “Ya harus (dipenuhi), kalau tidak kami akan tegur bahwa ini belum memenuhi standar, dan jika terus-terusan tentu saja ada sanksi hukumnya,” tegas dia.