TEROPONGNEWS.COM,JAKARTA – Memiliki sumber daya alam yang melimpah membuat Indonesia menjadi negara dengan keindahan alam terbaik didunia saat ini mengalahkan New Zaeland hingga Tanzania. Mulai dari tempat wisata yang dikelola manusia hingga yang terbentuk sengan sendirinya.
Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul oknum-oknum yang mencoba merusak bahkan mengakuisisi komoditas sumber daya alam tanpa memikirkan dampak negatif kepada masyarakat dan negara. Salah satunya perubahan iklim yang berdampak langsung kepada petani dalam sektor pertanian.
Hal ini tentu menjadi perhatian khusus bagi aparat penegak hukum dan pemerintah untuk melakukan langkah konkret dalam upaya mencegah perubahan iklim dan krisis pangan terjadi di Nusantara.
Menanggapi hal itu, Ketua Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat (ALMISBAT) Chairuddin mengatakan program pemerintah dalam rangka mengatasi perubahan iklim dan krisis pangan harus dikawal dengan baik secara bersama. Termasuk program sertifikasi tanah bagi masyarakat yang tidak mampu yang diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Tentunya, kebijakan mulia dan berpihak kepada rakyat harus di kawal, untuk fokus menuntaskan program sertifikasi lahan bagi masyarakat tidak mampu dan melakukan pendataan dan penataan sekitar 4,9 juta hektar tanah negara yang bisa diberikan kepemilikannya kepada rakyat,” kata Chairuddin dalam keterangan resminya dikutip Senin (5/6/2023).
Chairuddin menilai pemerintah perlu bersinergi dalam mendorong implementasi pencegahan perubahan iklim dan krisis pangan karena dampaknya sangat buruk dan dirasakan langsung oleh rakyat.
“Program prioritas nasional berupa Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial yang telah dicanangkan pemerintah untuk keadilan dan memiliki keberpihak kepada rakyat perlu di pertahankan dan di kawal bersama-sama agar terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Chairuddin memungkasi.
Sebagai informasi, Perubahan iklim atau yang saat ini lebih dipertegas dengan istilah krisis iklim merupakan kondisi yang mengacu pada perubahan ekstrim jangka panjang terkait suhu dan pola cuaca. Pada dasarnya perubahan ini dapat terjadi secara alami, tetapi sejak era revolusi industri abad ke-18, perubahan ini terjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan masifnya penggunaan bahan bakar fosil yang menghasilkan gas rumah kaca (GRK) sejak saat itu.
Krisis iklim bagi Indonesia sesungguhnya dapat berdampak pada semua sektor, tetapi salah satu sektor yang paling terdampak dan mempengaruhi sektor lain yaitu sektor pertanian. Gagal panen menjadi salah satu momok yang paling ditakuti oleh para petani. Namun seharusnya, gagal panen juga menjadi ancaman bagi seluruh masyarakat. Pasalnya gagal panen ketika terjadi terus-menerus akan menurunkan suplai kebutuhan pangan.