TEROPONGNEWS.COM, BANDUNG – Aduan mengenai aliran air PDAM yang tidak lancar kerap diterima Ombudsman Jawa Barat. Jenis aduannya, berupa air yang mengalir kecil, air berhenti, atau lancar tapi hanya tengah malam. Masyarakat pun harus membeli air literan seperti galon untuk memenuhi kekurangan air.
Menanggapi hal ini, Direktur Utama (Dirut) Perumda Tirta Wening Kota Bandung, Sonny Salimi memastikan, pihaknya tidak pernah menahan air untuk tidak didistribusikan ke masyarakat
“Secara idel, harusnya suplai air untuk Kota Bandung mencapai 6.000 liter per detik. Saat ini suplai kita baru berkisar 2.200-2.400 liter per detik. Itu pun sangat berpengaruh terhadap cuaca di cekungan Bandung,” jelas Sonny kepada wartawan, di Bandung, Senin (20/2/2023).
Jika terdapat kendala aliran, ia mengatakan, warga bisa segera menghubungi PDAM untuk mendapatkan kompensasi.
“Nanti akan kami sediakan mobil tangki air sebagai kompensasi. Kami menghadirkan satu mobil tangki air kapasitas 5.000 liter, yang bisa dimanfaat untuk 10-15 individu kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” paparnya.
Pun saat masa paceklik atau kondisi insidental, PDAM biasanya akan menyediakan air gratis dari mobil tangki. Sebagai pengolah air, PDAM memiliki tugas untuk mendistribusikan air. Hal ini membutuhkan proses yang panjang dan harus diselesaikan secara bertahap.
“Solusinya bisa dengan District Meter Area (DMA). Sebab, kondisi saat ini diakibatkan dari penduduk yang terlalu jauh atau posisi rumah yang lebih tinggi elevasinya akan menjadi pelanggan yang terakhir dapat air,” ucapnya.
Ia mengaku, pihaknya sementara memperbaiki sistem distribusi wilayah utara. Itupun dananya sudah mencapai Rp 248 miliar dengan alternatif pembiayaan.
Ada ada dua projek besar yang sedang running saat ini, yakni Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Gedebage, dan pengaliran air sungai Saguling.
“SPAM Gedebage sudah kita bangun dari tahun 2018 dan baru selesai 2022. Kapasitas 700 liter per detik untuk blok Gedebage. Kedua, kami bekerja sama dengan Perum Jasa Tirta yang mengolah air di cekungan Bandung. Kita sedang membuat studi kelayakan untuk menghadirkan air dari Saguling 3.500 liter per detik. Agar air dari Saguling bisa diairi ke Kota Bandung,” pungkas dia.
Menurutnya, selain cuaca, faktor yang mengakibatkan air tidak mengalir sampai ke rumah masyarakat adalah, ketergantungan dengan Indonesia Power.
“Kita sangat tergantung dengan aktivitas Indonesian Power yang memiliki otoritas mengelola Situ Cileunca dan Cipanunjang. Pada saat mereka menghentikan teknis, kami pun artinya harus berhenti. Ketika kita berhenti, suplai kepada masyarakat pun jadi menurun,” akunya.
Melihat kondisi ini, Sonny berpendapat, jika Kota Bandung tidak bisa dikategorikan krisis air. Sebab, volume air saat ini masih bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hanya memang, menurut Sonny, untuk menjaga dan menambah jumlah volume air bersih perlu adanya dukungan dari masyarakat.
“Masyarakat juga memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sungai-sungai bersih, air tanah kembali banyak,” tuturnya.
Selain itu, ia menjabarkan, jika tarif untuk tagihan di bulan Maret akan kembali ke tarif Perwal lama tahun 2013, yakni Rp1.000 per 1.000 liter.