Marine Conservation Institute mengumumkan bahwa Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Indonesia memenangkan penghargaan bergengsi Blue Park tingkat emas untuk konservasi satwa liar laut yang luar biasa di Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perwakilan dari Blue Parks Science Council, dewan pakar konservasi laut internasional yang menentukan kawasan lindung laut mana yang memenuhi kriteria penghargaan, dan Presiden Marine Conservation Institute, Dr. Lance Morgan, mengumumkan penghargaan tersebut. Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat bergabung dengan jaringan yang berkembang dari 24 Blue Parks yang diberikan penghargaan di sekitar lautan global yang telah memenuhi standar tertinggi berbasis sains untuk efektivitas konservasi.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Victor Gustaaf Manoppo menerima penghargaan tersebut atas nama Pemerintah Indonesia.
Menanggapi perolehan penghargaan tersebut, Syafri, Kepala Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat mengatakan, “Suatu kehormatan yang luar biasa dapat menerima penghargaan emas Blue Parks ini. Kami bangga menjadi bagian dari Blue Parks Network untuk membangun jaringan global yang kuat dari wilayah laut yang dikelola dengan baik. Di Raja Ampat, kami ingin terus memperkuat pengelolaan untuk mempromosikan kesehatan laut dan memastikan keberlanjutan pangan dan sumber daya alam untuk anak-anak dan generasi mendatang.”
Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah jaringan enam kawasan lindung laut di jantung Segitiga Terumbu Karang di Bentang Laut Kepala Burung Indonesia. Di perairan dangkal, jaringan ini melindungi terumbu tepi, penghalang, patch, dan atol yang luas dan beragam yang mengandung setidaknya 488 spesies, mewakili 75% spesies karang yang dikenal di seluruh dunia.
Lebih dari 1.000 spesies ikan berkeliaran di sekitar karang membentuk kumpulan berwarna cerah termasuk parrotfish, tangs, dan rainbow runner. Selain terumbu karang yang luas, beberapa wilayah di Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat memiliki hutan bakau yang merupakan habitat penting bagi ikan dan makroinvertebrata. Sementara di saluran dalam antar pulau, jaringan tersebut melindungi berbagai habitat laut dalam yang unik, termasuk gunung bawah laut, puncak, dan ngarai bawah laut.
Jejaring Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah contoh luar biasa dari upaya kolaboratif yang digerakkan oleh masyarakat dan didukung oleh banyak pihak. Jejaring Kawasan Konservasi di Perairan pada wilayah Bentang Laut Kepala Burung, Papua
Barat tersebut diluncurkan dengan dukungan pemerintah daerah, masyarakat, dan beberapa
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti Conservation International Indonesia, The Nature Conservancy, dan World Wildlife Fund pada tahun 2004, untuk melindungi keanekaragaman hayati laut, mengatasi masalah penangkapan ikan ilegal, dan pengelolaan yang aman bagi ekosistem laut.
Keberhasilan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat tak lepas dari kerja keras semua pihak. Muhammad Ilman, Direktur Program Kelautan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), mitra utama The Nature Conservancy di Indonesia, menyatakan, “Sebagai salah satu mitra pembangunan, kami bangga dan berterima kasih atas penghargaan Blue Park untuk Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat. Hal ini membuktikan bahwa kerja sama merupakan kunci keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi. Ke depan, kami berharap kerja sama yang telah terjalin dengan baik dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga Raja Ampat dapat menjadi contoh kawasan konservasi perairan yang memberikan manfaat baik secara ekologi maupun sosial ekonomi.”
Meity Mongdong, West Papua Program Director Konservasi Indonesia, mitra utama Conservation International di Indonesia yang merupakan mitra penting Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat menyatakan, “Kami sangat senang melihat jaringan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat diakui sebagai bagian dari jaringan Blue Parks yang bergengsi. Raja Ampat memberikan contoh untuk pengembangan dan pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan lainnya di Papua Barat dan di seluruh Indonesia, memberikan contoh bagaimana pengelolaan yang kuat dan inklusif dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal saat ini dan untuk generasi mendatang.”
Melestarikan kearifan lokal, nilai-nilai, dan praktik pengelolaan tradisional merupakan bagian integral dari pengelolaan jaringan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat. Masyarakat lokal memiliki hak kepemilikan tradisional atas wilayah tersebut, dan mengintegrasikan praktik pengelolaan tradisional seperti sasi, penutupan ruang dan waktu tradisional yang ditentukan oleh masyarakat setempat untuk memungkinkan ekosistem melakukan pemulihan sementara.
Keberhasilan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat juga didukung oleh tim pengelola yang sebagian besar terdiri dari masyarakat lokal. Selain itu, pemasukan dari tiket masuk wisata juga digunakan untuk mendukung konservasi untuk pengelolaan kawasan.
“Selamat untuk Blue Parks tahun ini,” kata Dr. Lance Morgan, Presiden Marine Conservation Institute. “Kawasan konservasi laut ini menjaga kehidupan laut dan membantu merevitalisasi laut kita. Kami berharap Penghargaan Blue Parks 2022 akan menginspirasi lebih banyak masyarakat dan pemerintah untuk berkomitmen pada perlindungan yang kuat dan efektif bagi ekosistem laut yang penting.”
Blue Park Award mengakui upaya luar biasa oleh Pemerintah Indonesia, pengelola kawasan konservasi perairan, LSM, dan masyarakat lokal yang secara efektif melindungi ekosistem laut sekarang dan untuk masa depan. Penghargaan tersebut diberikan setiap tahun sejak diluncurkan pada tahun 2017. Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat adalah Blue Park kedua di Indonesia.
Cagar Alam Laut Misool, yang berada di Raja Ampat, memperoleh Penghargaan Blue Park pada tahun 2018. Hingga saat ini, Blue Parks mencakup hampir 2 juta kilometer persegi lautan, yang mencakup 20 negara. Kriteria penilaian yang ketat berbasis sains dari Marine Conservation Institute dan panel internasional yang terdiri dari ilmuwan kelautan terkemuka adalah kunci untuk memeriksa dan memastikan bahwa kawasan konservasi laut ini memberikan contoh konservasi kehidupan laut yang paling efektif.
“Penghargaan Blue Park mendukung kemajuan nyata menuju target konservasi laut internasional,” kata Dr. Sarah Hameed, Ilmuwan Senior dan Direktur Program Blue Parks.
“Sementara perjanjian internasional telah mendorong percepatan penetapan kawasan konservasi laut, beberapa dari penetapan ini tidak memiliki perlindungan yang memadai untuk benar-benar membuat perbedaan. Itu sebabnya kami membutuhkan Blue Parks untuk memastikan bahwa kawasan konservasi laut yang ditunjuk menjadi tempat yang benar-benar menjaga keanekaragaman hayati.” Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 14.5 menetapkan target untuk melindungi 10% lautan pada tahun 2020 dan banyak negara menyerukan target pasca-2020 untuk melindungi 30% lautan pada tahun 2030.