Berita

Ada Jembatan Sepanjang 3 KM Di Dalam Hutan Malaumkarta

×

Ada Jembatan Sepanjang 3 KM Di Dalam Hutan Malaumkarta

Sebarkan artikel ini
Jembatan kayu sepanjang 3,225 meter yang dibangun di dalam hutan Klaso, kampung Malagufuk, Malaumkarta raya, kabupaten Sorong. (Foto:Mega/TN)

TEROPONGNEWS.COM, SORONG – Kata Siapa bila berkunjung ke hutan itu berbahaya dan menakutkan? Ya, hutan memang identik dengan alam liar, terlebih jenis hutan itu adalah hutan rimba. Belum lagi banyak yang beranggapan bahwa hutan adalah tempat yang keramat atau sakral.

Jika demikian, di hutan Klaso, yang terletak di kampung Klagufuk, Malaumkarta raya, distrik makbon, kabupaten Sorong ini tidak seseram yang dibayangkan. Uniknya, jika biasanya hutan hanya memiliki setapak jalan yang lembab agar bisa dilewati, di hutan Klasoo bisa dilewati dengan jembatan kayu sepanjang 3,225 meter, agar mempermudah akses wisatawan menikmati keindahan alam.

Ketika pertama kali memasuki hutan Klaso, pengunjung pertama kali akan disuguhkan pemandangan hutan yang masih asri dan sejuk, dan dihiasi kicauan burung atau satwa endemik yang ada di dalamnya.

4758
Mana Calon Gubernur Papua Barat Daya Pilihan Anda yang Layak?

 www.teropongnews.com sebagai media independen meminta Anda untuk klik siapa calon yang digadang-gadang oleh Anda untuk dipilih dan layak jadi calon Gubernur Papua Barat Daya Periode 2024-2029,  kemudian klik Vote pada bagian paling bawah ini.

Posisi jembatan yang ada ditengah hutan ini memberikan rasa nyaman bagi pengunjung, dan sangat cocok bagi mereka yang ingin berswa foto. Untuk keamanan, hutan tersebut dijaga oleh masyarakat setempat.

Jembatan itu juga menghubungkan desa di dalamnya, jadi tidak heran ada masyarakat yang melewati jembatan itu dengan membawa hasil kebun ataupun sekedar ingin mengakses kampung sebelah.

Dijadikannya hutan Klaso sebagai kawasan konservasi tidak terlepas dari dukungan pemerintah kabupaten Sorong, BBKSDA Papua Barat, yayasan Econusa dan Generasi Pemuda Malaumkarta (GPM)

Bertepatan dengan momen peringatan hari rimbawan ke-38, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat melakukan pelepasliaran satwa dilindungi hasil sitaan dan penyerahan masyarakat secara suka rela.

pelepasliaran satwa dilindungi pada momen hari bakti rimbawan ke-38. (Foto:Mega/TN)

“Kami merayakan itu dengan melakukan penanaman pohon dan pelepasliaran satwa dilindungi hasil sitaan dan penyerahan masyarakat secara suka rela. Ada beberapa jenis satwa yang dilepasliarkan yaitu berupa jenis burung Kakatua jambul kuning, kasturi merah atau yang biasa disebut nuri merah kepala hitam, bayan, dan kaka tua raja, “ujar Plt BBKSDA Papua Barat, Budi Mulyanto, Selasa (16/3/2021) pada momen pelepasliaran satwa liar yang berlangsung di kawasan hutan Klaso.

Selain pelepasliaran satwa dilindungi, pada peringatan hari bakti rimbawan ke-38 juga dirayakan dengan penanaman pohon di hutan Klaso. (Foto:Mega/TN)

Pada kesempatan yang sama, ketua perkumpulan Generasi Pemuda Malaumkarta, Torianus Kalami menyebutkan, Kawasan tersebut telah melewati proses yang cukup panjang, mulai dari melakukan pemetaan tanah adat dan pemetaan potensi-potensi wisata lainnya.

“Kita tidak hanya melakukan pemetaan dari tanah adat saja, tapi kita juga peta potensinya yang secara ekonomi dapat memberikan dampak kedepan. Jadi bagaimana hutan ini bisa terus terus ada airnya, buah, burung, tetap hidup di hutan ini. Potensi lain yang harus dipetakan dari kawasan ini adalah potensi sejarahnya,religi, nilai tradisonalnya, dan pendidikan tradisional. Itu penting, agar bagaimana masyarakat adat bisa mempertahankan hutan ini dari ancaman orang diluar, “jelas Tori.

Selain itu, kata Tori, lewat potensi wisata yang dikembangkan, ia ingin mengubah cara berpikir masmasyarakat adat, di mana dengan menjaga hutan mereka bisa mendapatka uang.

” Tempat ini dibuka untuk wisata umum tapi tetap yang ramah lingkungan, jadi segala hal yang tidak ramah lingkungan tidak bisa masuk disini, dan tidak persilahkan untuk wisata komersial, “terangnya.

Tori menuturkan, lewat momen peringatan hari rimbawan ke- 38 itu dapat memberi tahu kepada publik bahwa ada suatu proses yang dilakukan oleh pemuda Malaumkarta untuk bagaimana mempertahankan keberlangsungan hutan di malaumkarta raya.

“Sebenarnya yang kita lakukan ini adalah kampanye, untuk bagaimana masyarakat adat di tempat lain bisa mengikuti apa yang kita lakukan, dan pemerintah daerah sendiri menaruh pengharapan kepada kami Generasi Pemuda Malaumkarta untuk menginisiasi masyarakat seperti ini karena pilot project seperti ini tidak ada di tempat lain, “tuturnya.

Sementara itu, Bupati kabupaten Sorong yang diwakili oleh kepala Dinas tanaman pangan dan holtikultura, Hengky Wakafma menyebutkan, bahwa kalimat hutan adalah ibu kandung atau mama, bukan lah sekedar slogan bagiorang Papua secara umum, tetapi juga bagi masyarakat yang tinggal hidup diatas tanah Moi.

“Hutan Klaso memberi kehidupan tidak hanya kepada masyarakat sekitar tetapi juga tumbuhan dan satwa yang ada di dalam.Pengembangan kawasan hutan Klaso serta penangkaran satwa yang ada di dalamnya merupakan wujud kecintaan dan kepedulian terhadap kekayaannya sumber daya hutan itu sendiri, “ucapnya.

Hengky juga menyampaikan bahwa jembatan tersebut dibangun oleh pemerintah kabupaten sorong dengan panjang jembatan 3.225 meter.

“Kalau jembatan atau jalan ini selesai maka ini adalah jalan jembatan paling terpanjang di Indonesia, ” pungkas Hengky.